Krisis Identitas Mahasiswa dan Solusi Untuk Mengatasinya
Krisis identitas mahasiswa dan solusi untuk mengatasinya. Foto dari Klikdokter.com |
Dramatisasi dunia kampus dan percintaan adalah misteri bagi kawula muda. Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena di fase ini, seorang mahasiswa/mahasiswi berhadapan dengan jati dirinya. Di satu sisi, ia ingin menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya. Namun, ada juga keinginan atau hasrat percintaan, hasrat mengejar karier, hasrat membahagiakan orang tua maupun diri sendiri. Akibatnya, seseorang mengalami krisis identitas.
Krisis Identitas
Pixabay.com |
Pemicu krisis identitas adalah seseorang belum menemukan tujuan hidupnya. Memang, sesuai dengan etika Nocomachea Plato mengatakan; “ Tujuan tertinggi dan terakhir dari pencarian manusia adalah kebahagiaan.”
Kebahagiaan adalah hal mutlak yang kita cari, terutama dalam konsep atau diskursus ini adalah kalangan mahasiswa.
Frase ini memberikan paradigma atau kerangka berpikir bagi penulis untuk melihat kebahagiaan dari aspek psikologi. Mengingat di awal paragraf pembukaan, penulis sudah menjabarkan faktor-faktor penyebab dari krisis identitas itu sendiri.
Baiklah sobat Tafenpah, sebagai pendekatan kontekstual, penulis akan mengisahkan kehidupan sahabat penulis sendiri. Sebut saja namanya Alfira.
Alfira adalah gadis manis asal Malang, Jawa Timur. Kegiatan harian yang dilakukan oleh Alfira adalah dunia kampus, pekerjaan, percintaan dan keluarga.
Sebagai anak sulung, ia memiliki tanggung jawab untuk adik-adiknya. Sebagai solusi untuk keluar dari tuntutan tersebut, ia bekerja paruh waktu sehabis kuliah.
Berat ya memang berat tanggung jawabnya. Namun, bagaimana pun juga, ia harus memiliki kecerdassan emosional untuk memanajemen dirinya sendiri.
Di saat ia menikmati pekerjaan paruh waktunya sebagai penyiar radio, ia bertemu dengan lelaki tampan yang bernam Alfian.
Pertemuan tak sengaja itu akhirnya mendatangkan hasrat untuk memiliki. Akhirnya, mereka menjalin hubungan.
Awalnya keduanya berkomitmen untuk menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya. Usut punya usut, ternyata Alfian satu Kampus dengan Alfira di STIE Malangkucecwara. Dan lebih menariknya adalah Alfian satu tingkat di atas Alfira.
Kisah percintaan mereka berjalan normal hingga suatu waktu, Alfian meminta Alfira untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius ke jenjang pernikahan. Alfira dengan berat hati menolak keinginan Alfian. Karena ia masih memiliki tanggung jawab untuk adik-adiknya.
Alfian merasa kecewa dengan Alfira. Dan sejak saat itu, keduanya hilang kontak. Akan tetapi, di salah satu pertemuan kampus, mereka pun sengaja dipilih untuk mewakili kampusnya dalam acara pemilihan sampul majalah.
Akhirnya, keduanya terpilih. Benih cinta yang sempat kandas, kini bersemi lagi di bulan Juni.
Hujan Rindu di Bulan Juni 2015
Pexels.com |
Alfira memberikan kesempatan kedua bagi Alfian. Sebenarnya, Alfira hanya berpura-pura saja. Karena ia tidak ingin melukai hati Alfian yang sudah berjuang untuk mendapatkan perhatiannya.
Lagi-lagi, Alfian mengajukan pertanyaan yang sama yakni ia ingin keduanya segera menikah. Tetapi, dengan tegas, Alfira menolak keinginan Alfian. Maka, terjadilah perang dingin di antara mereka.
Mesin waktu berjalan secepat kilat, kesempatan ketiga di dapatkan oleh Alfian. Ruapanya Alfian sudah kebal dengan penolakan. Singkat cerita, Alfira dan Alfian serius menjalani hubungan mereka. Tapi, belum menuju fase pernikahan. Karena fase itu terlalu berat bagi Alfira.
Hemat penulis, keduanya pun menyelesaikan masa studi tepat pada waktunya. Hubungan mereka pun semkain akrab. Keduanya pun saling mendukung dalam dunia pekerjaan. Di mana Alfira kembali bekerja sebagai penyiar Radio. Sementara, Alfian sebagai pekerja kantoran di kota Surabaya.
LDR-an Sebagai Pemicu Masalah Keduanya
Pexels.com |
Meskipun keduanya dipisahkan oleh jarah yang tak begitu jauh. Tapi, keduanya butuh kebersamaan untuk terus memupuk bara cinta yang sudah merka bangun.
Perjalanan cinta itu ikut memberikan ujian kesetiaan bagi keduanya. Namun, keduanya melakukan kesalahan yang sama yakni; sama-sama memiliki hubungan baru bersama orang lain.
Alfira tak sengaja menemukan tambatan hati yang menurutnya paling pas di aplikasi kencan online (Tinder). Begitu pun dengan Alfian.
Lalu, bagaimana solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan keduanya?
Mereka memutuskan untuk saling memaafkan dan mengawali hubungan percintaan dari titik awal. Ya, anggap saja mereka lagi PDKT. Meskipun mereka sudah lama saling mengenal watak masing-masing.
Caranya adalah membangkitkan kembali rasa cinta di antara mereka. Akhirnya, mereka memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S2 di STIE Kertanegara, Malang.
Di fase ini, baik Alfira dan Alfian sudah dewasa dalam menentukan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Karena mereka sudah melewati masa pencarian jati diri. Tentunya hal ini bukan berarti mereka tidak akan terus mengupgrade diri ya. Melainkan, momentumkan ini akan menjadi ajang bagi mereka untuk belajar manajemen psiko emosional dan saling memahami antar pasangan.
Dua tahun berlalu, keduanya menyelesaikan pendidikan Pasca sarjana dan akhirnya memutuskan untuk menikah pada pertengahan tahun ini di kota Malang.
Sobat Tafenpah, kisahnya ini adalah sebagian kisah nyata dari rekan saya yang berada di kota Malang. Pembelajaran yang kita ambil di sini adalah bagaimana pentingnya kedewasaan, saling pengertian dan komitmen untuk menyelesaikan pendidikan.
Karena cara inilah yang akan memberikan kebahagiaan bagi diri kita sendiri, pasangan maupun orang tua tercinta.
Catatan: tafenpah selalu terbuka dengan siapa pun yang ingin menceritakan kisah perjalanan hidupnya. Baik dari segi pendidikan, karier, percintaan maupun trik-trik untuk menyelesaikan pendidikan tepat pada waktunya.
Karya: Fredy Suni
Posting Komentar untuk "Krisis Identitas Mahasiswa dan Solusi Untuk Mengatasinya"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat