Pendidikan, Budaya dan Persahabatan Yang Ditonjolkan Dalam Film Cinta Bete

Pendidikan, Budaya dan persahabatan yang ditonjolkan dalam film Cinta Bete @cintabete

TAFENPAH.COM - Meskipun filsuf Aristoteles pernah mengatakan bahwa persahabatan lebih tinggi dari apa pun yang ada di dalam kehidupan manusia. Tapi, nyatanya persahabatan selalu berakhir dengan rasa kecewa, sedih, sakit hati, dan berbagai perasaan yang dialami oleh setiap orang.


Bahkan lebih rumitnya, jika persahabatan itu berakhir dengan sebuah pilihan yang berat dari salah satu pihak. Dalam kondisi ini, apa yang dilakukan oleh seseorang?


Ya, begitulah yang dialami oleh Bete Kaebauk (Hana Malasan) dalam film Cinta Bete. Sejak kecil, ia sudah bersahabat dengan Emilio. Awalnya mereka tidak memiliki perasaan apa pun. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Bete Kaebauk putri bangsawan keturunan Raja di Atambua, Belu, NTT jatuh cinta dengan Emilio.

@cintabete

Emilio merasakan hal yang berbeda dari sikap Bete Kaebauk akhirnya ia memutuskan untuk masuk Seminari.


Bete Kaebauk sangat marah dan kecewa dengan Emilio. Dalam kekecewaan itu tampillah petinju jalanan yakni Alfredo. Alfredo tak membutuhkan waktu yang lama untuk melamar Bete. Akan tetapi, lamaran Alfredo ditolak oleh keluarga Bete. Karena persoalan belis dan adat.


Alfredo nekat membawa Bete Kaebauk keluar dari rumahnya. Bete pun mengikuti ajakan Alfredo. Tapi, kehidupan Bete tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Karena ia selalu mendapatkan perlakuan kekerasan dari Alfredo.


Di sini sangat jelas bahwa pernikahan budaya Timor masih kental dengan belis, status sosial yang berakhir pada kekerasan fisik.

@cintabete

Film Cinta Bete berusaha untuk mengedukasi model pendidikan anak di pulau Timor yang dulunya sangat keras, kini harus mengikuti model pendidikan anak sesuai perkembangan zaman.


Tak bisa dimungkiri bahwa akibat dari pendidikan yang keras itu menyebabkan cacat mental bagi sebagian besar anak-anak pulau Timor.


Bayangkan berapa ribu atau juta anak di bagian Timor Indonesia yang cacat mental akibat dari didikan orang tua yang salah.


Masalah ini memang tidak akan berakhir. Namun, setidaknya melalui potretan Film Cinta Bete bisa meningkatkan kesadaran semua pemangku kepentingan di NTT, terutama orang tua dalam mendidik anaknya dengan cara yang halus dan lebih mengedepankan lagi perkembangan mental anaknya menuju persaingan dunia global.


@cintabete

Akhirnya, jangan lupa saksikan film Cinta Bete bersama keluarga tercinta pada tanggal 18 November 2021 di bioskop kesayangan kota Anda.




Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Pendidikan, Budaya dan Persahabatan Yang Ditonjolkan Dalam Film Cinta Bete"