Potretan Tapal Batas RI dan Timor Leste
Rumah Sakit Napan. TAFENPAH |
Penulis: Fredy Suni
Tafenpah.com - Di balik potretan mega proyek PLBN Napan, ada pemandangan yang sangat memanjakan mata pengunjung.
Karena ada sejuta hamparan perbukitan antara kedua negara yang hijau permai. Keasrian alam perbatasan RI - Timor Leste sejenak mengusir kepenatan atau kebosanan yang di alami oleh setiap orang.
Dua hari yang lalu, saya memiliki kesempatan untuk menjelajahi tapal batas RI - Timor Leste. Saya dan kakak sepupu (Paulus Lake) bersafari dari kampung Haumeni menuju Napan yang berbaatsan langsung dengan distrik Oekusi, Timor Leste.
Keindahan itu terasa mulai dari kampung Haumeni dengan viewnya yang serba hijau di musim hujan ini. Motor Revo milik Paulus Lake terus berpacu mengejar senja yang perlahan mulai menguning di balik perbukitan Timor Leste.
Tepat pukul 16.00 WITA, kami tiba di Desa Napan, Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. Tampak dari kejauhan ada ratusan pekerja PLBN yang fokus dan telaten mengerjakan tugas mereka masing-masing.
Saya langsung menuju pos sekuriti untuk meminta izin perihal liputan tapal batas sesuai dengan perintah dari kantor pusat Jakarta untuk media METASATU. Namun, sekuriti yang merupakan penduduk lokal, sebut saja namanya Bang Risto Siki menyarankan saya untuk bertemu dengan pimpinan.
Sayangnya, saat itu kantor belum buka. Jadi, saya tidak sempat mengambil gambar ataupun video untuk media kami.
Bertolak Menuju Noel Ekat
Noel Ekat. Tafenpah |
Kami disuguhkan dengan kopi, sembari kami mulai bercerita banyak hal tentang keadaan yang ada di tapal batas RI -Timor Leste.
Sesruput kopi hangat di senja hari itu searah dengan lanskap keindahan negeri matahari terbit Timor Leste dari kejauhan.
Kami mulai mengejar mesin kordona waktu menuju Noel Ekat atau sungai yang memisahkan kedua negara tetangga..
Sebelum turun ke Noel Ekat, saya memotret bangunan Rumah Sakit Napan yang sudah modern dan bernilai artistik. Karena bangunannya sangat antik, ya mirip dengan bangunan mega yang ada di kota metropolitan Jakarta atau pun luar negeri.
Kami mulai menikmati irama senja yang terus bersembunyi di balik perbukitan negeri tetangga Timor Leste. Dari atas ketinggian, saya mengambil video, sembari meminta pendapat dari Paulus Lake akan strategi yang tepat dan efektif untuk mencari jalan menuju sungai itu sendiri.
Video pertama dari ketinggian sangat indah dan membuat rasa penasaran bagi pemimpin umum Metasatu di Jakarta.
Lalu, pesan kilat pun mulai mengaliri aplikasi WhatsApp, "Fred apakah bisa kamu turun dan mengambil video darinsungai itu sendiri?" Oh tentu saja bisa Mas. Demikian balasan pesan saya.
Meskipun saya adalah penduduk asli tapal batas, tetapi saya pun baru pertama kali turun dan menyentuh air dari sungai itu sendiri. Itu semua karena tugas liputan dari Jakarta.
Setelah saya puas mengambil video dari sungai Noel Ekat, ada beberap truk juga yang mengambil batu alam dari pinggir sungai itu untuk keperluan bangunan.
Kami pun bertolak kembali ke Kantor Camat Bikomi Utara. Perjalanan pulang dengan medan yang sangat berat tidaklah membuat sang pengendara (Paulus Lake) takut. Karena kami mengejar tujuan yang pasti, yakni mengabadikan momentum berharga tersebut untuk dijadikan sebagai dokumentasi untuk generasi dan pelancong atau wisatwan domestik maupun mancanegara dalam beberapa bulan atupun tahun ke depan.
Mengingat, potensi pariwisata dalam beberapa tahun ke depan di daerah perbatasan akan menjadi daya tarik wisatwan mancanegara.
Untuk itu, pemerintah setempat dan seluruh masyarakat harus saling bekerja sama dan membangun semangat kolaboratif untuk memikirkan konsep dan strategi apa saja untuk menggaet wisatwan untuk mengunjungi desa-desa yang ada di perbatasan RI -Timor Leste.
Salam petualanagn. Jangan lupa, di episode selanjutnya akan ada potretan perbatasan RI - Timor Leste dari admin Tafenpah.
Posting Komentar untuk "Potretan Tapal Batas RI dan Timor Leste"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat