Kecanduan Menulis dan Bagaimana Mengatasinya?

Talkshow Nasional;Ngobrol Santai Seputar Dunia Kepenulisan

KUPANG, Tafenpah.com - Setiap orang punya kecenderungan masing-masing terhadap satu hal. Ada yang memilih untuk menghabiskan waktu dan terkadang juga mengabaikan tugas dan tanggung jawabnya hanya untuk menuntaskan hasrat atau rasa keingintahuannya akan hal baru. Begitu pun dengan seorang penulis.


"Kecanduan menulis terkadang membuat saya untuk melupakan tugas dan tanggung jawab saya sebagai seorang calon Romo/Pastor dalam kepercayaan Katolik" ujar Alfred Sius Ngese Doja dalam talkshow nasional "Ngobrol Santai Seputar Dunia Kepenulisan via Google Meet, Rabu (13/4/2022).


Ia juga mengatakan dirinya terlalu nyaman ketika menulis. Kondisi ini membuat dirinya merasa bersalah. Lantas, apa yang musti dia lakukan untuk keluar dari rasa bersalah?

Moderator dan Narsumber talkshow nasional. Hasil tangkapan layar

"Kecanduan untuk sesuatu hal yang baik itu tidak masalah. Yang terpenting menyeimbangkan antara hobi dan tugas utama" ujar Hendra Wattimena selaku Narasumber atau pembicara dalam talkshow tersebut.


Elvrida Lady Angel Purba juga menegaskan kecanduan menulis itu tidak menjadi hal yang perlu disesali. Karena di balik kecanduan tersebut, ada manfaat yang diberikan kepada pembaca di mana pun.


Mahasiswa Universitas Negeri Medan ini juga menekankan adanya keseimbangan atau keselarasan antara tugas utama dan hobi. Karena bagaimana pun juga, segala sesuatu itu perlu ditakar sesuai dengan porsinya. Agar menghasilkan cita rasa yang baik dan itu berguna bagi perkembangan literasi milenial Indonesia.


"Kecanduan menulis  itu adalah hal yang baik dan perlu ditingkatkan. Karena terkadang kita juga membutuhkan pemikiran 'out of the box' untuk mendobrak ketidakmungkinan menjadi hal yang mungkin bagi perkembangan literasi digital Indonesia" pungkas Fredy Suni selaku narasumber kepada peserta hadirin.




Ia juga menekankan seni bersikap masa bodo seperti yang disampaikan Mark Manson dalam bukunya yang berjudul "Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat.'


Statment atau pernyataan ini ditujukan kepada Risma terkait komentar netizen di media sosialnya. Peserta talkshow ini kerap kali menerima cibiran dari akun anonim atau tidak dikenal soal postingannya yang dinilai netizen adalah sesuatu yang berlebihan atau lebay.


Talkshow ini semakin interaktif saat moderator Elvrida Purba mahasiswa Prodi Sastra Indonesia dan juga Penulis Kompasiana memberikan kesempatan kepada peserta hadirin untuk menyampaikan argumentasi, sanggahan, maupun komentar dari pertanyaan Risma.


Kenalilah Dirimu

Hasil tangkapan layar

Mengenali diri berarti mengenali kelebihan dan kekurangan dari diri kita sendiri. Pertanyaan dari peserta Timey soal bagaimana menemukan konsep atau kekhasan dalam menulis menjadi sesuatu hal yang baru dan bermanfaat bagi narasumber dan juga peserta hadirin.


Karena setiap penulis belum tentu tahu kelebihan dan kekurangannya sendiri, terutama penulis milenial.


"Untuk mencapai fase pengenalan diri itu membutuhkan proses yang sangat panjang dan berkesinambungan secara kontinu. Selain itu, penulis juga perlu menonjolkan keaslian dirinya demi cita rasa artistik dalam karya sastra" ujar Fredy Suni


Ia juga mengatakan sastra mampu menghubungkan masa lalu dan sekarang demi keberlanjutan mimpi setiap orang ke depan.


Hendra juga menegaskan aspek pengolahan rasa yang dipadukan dengan rasio. Rasio atau pikiran mampu membawa seseorang untuk menemukan apa yang ia miliki. Kemampuan itulah yang perlu ditampilkan sebagai kekuatan seorang penulis dalam berkarya.


Hal senada juga disampaikan oleh Elvrida Purba soal kecerdasan emosional yang dibalut dengan pemikiran humanis (kemanusiaan) demi menghasilkan karya yang mampu menggugah sekaligus menginspirasi perjalanan setiap orang.


Artikel Populer vs Artikel Ilmiah

Sastrawan itu menulis untuk memuaskan pembaca bukan untuk melayani identitasnya. Sastrawan yang berasal dari Biara memiliki kecenderungan untuk menulis dengan gaya ilmiah. Ini pun berlaku bagi dunia akademik Perguruan Tinggi.


"Sastrawna yang baik adalah ia mampu menyesuaikan gaya komunikasi di mana ia berkarya" ujar Fredy


Sementara, Elvrida dan Hendra pun menyampaikan paradigma atau cara berpikir yang senada kepada penanya yang merupakan seorang Biarawan Katolik dalam talkshow tersebut.


Akhirnya, biarkanlah Sastrawan tersiksa dan menikmati karyanya sendiri.


Terima kasih untuk panitia penyelenggara Talkshow nasional, modertaor, narasumber, dan peserta hadirin yang meluangkan waktunya untuk menyeduh secangkir inspirasi seputar dunia kepenulisan dari sudut milenial.



Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Kecanduan Menulis dan Bagaimana Mengatasinya?"