Homo Digitalisasi: Manusia Terjebak dalam Super Sibuk di Media Digital

Ilustrasi sekelompok muda sibuk dengan dunianya sendiri. Pixels

Penulis: Andi Darman | Editor: Fredy Suni

Tafenpah.com - Media digital menjadi keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia pada abad ke-21 sekarang. Ia layaknya seperti oksigen, tanpanya manusia bisa menjadi invisible. Jutaan ide dan kreatifitas dari pengguna media digital terus menelusup di berbagai platform setiap waktu, seperti youtube, instagram, tiktok, facebook, blog, dan sebagainya. 


Mereka menyediakan informasi yang memikat banyak orang, berupa hiburan, pengetahuan tentang langkah-langkah melakukan sesuatu, komentar-komentar, dan informasi lainnya yang dibutuhkan manusia pada abad ke-21.


Baca Juga: Rekonstruksionisme: Arah Baru Pendidikan Kritis Indonesia


Dengan banyaknya informasi yang disajikan dalam media digital membuat manusia menjadi homo digitalis. Homo digitalis merupakan manusia online yang hidupnya ditentukan dengan uploading, chatting, dan posting dalam media digital. Manusia menjadi pengguna media digital dan ia sendiri juga media komunikasi dengan menyalurkan informasi berupa pesan. Dengan itu, eksistensi manusia sebagai homo digitalis tidak hanya sebagai pemikir, tapi juga sebagai browser.   



Media digital tentu memberikan kemajuan dan dampak positif bagi kelangsungan hidup manusia. Ia bisa menjadi obat yang menyembuhkan bagi manusia yang kehilangan eksistensi. Semua jawaban terhadap pertanyaan yang menjadi kegalauan manusia dapat ditemukan di media digital. Paus Fransiskus berkata; “media digital adalah sesuatu yang sungguh baik, dan hadiah dari Tuhan. Marilah kita berani menjadi warga dunia, biarkan komunikasi kita di media digital menjadi balsem yang mengurangi rasa sakit.”


Pixels

Akan tetapi, tak sedikit manusia memanfaatkan media digital untuk mengejar sensasi dan melupakan prioritas utama dalam hidupnya. Manusia ditarik oleh berbagai informasi yang termuat dalam berbagai platform media digital. Manusia terjebak dalam persahabatan yang akrab dengan media digital. Hidup hariannya tak pernah lepas dari media digital. Banyak waktu yang diabadikan untuk menikmati berbagai informasi dalam media digital. Hidupnya tak akan berarti tanpa scrolling tiktok, instagram, facebook dan platform lainnya.



Keterikatan manusia dengan media digital menyebabkan manusia pada abad ke-21 sekarang menjadi pribadi yang super sibuk. Dia mempelajari banyak hal dari informasi yang ditawarkan oleh media digital. Bukan saja hal baik yang dipelajarinya, tetapi sesuatu yang paling konyol dan brutal pun dapat dilihat dan dipelajari dalam media digital. Namun, semua yang dipelajarinya di media digital seringkali tidak berdampak pada pengembangan dirinya sendiri. Manusia sering scrolling media digital justru makin kerdil dan tidak ada kemajuan dalam banyak aspek. 



Manusia yang super sibuk dalam media digital juga seringkali lupa terhadap prioritas utama dari dirinya sendiri. Ia seringkali kehilangan prioritas atau inti dari tujuan hidup yang hendak dicapainya dalam hidup. Prioritas utamannya terkubur dalam kesibukan scrolling media digital setiap waktu. Karena itu, banyak orang sekarang terjebak dalam mengejar sensasi seperti berapa viewers, likers, dan followers dan lupa akan prioritas utama dalam hidup. 


Bagaimana cara untuk mengendalikan manusia pada prioritas utama dalam hidupnya? Manusia sekarang perlu ada suatu prinsip dalam hidup. Bahwa hidup manusia bukan hanya dikendalikan dari luar, tapi dari dalam. Artinya, manusia abad ke-21 mesti sadar bahwa yang membuat dirinya menjadi manusia bukan pada hal yang mewah untuk dirinya. Tetapi, dirinya menjadi manusia dengan kekuatan dari dalam diri yang mengontrol segala hal yang ada di luar. Manusia harus memiliki perasaan lebih superior dalam mengendalikan media digital, daripada media digital yang mengendalikan manusia.  


Pixels

Misalkan, kita memiliki handphone yang harganya mencapai 20-an juta rupiah. Bukan mahalnya handphone itu membuat diri kita menjadi manusia, tapi kita yang mampu mengontrol handphone itu untuk digunakan sebagai sarana pengembangan diri. Handphone mahal tidak hanya digunakan untuk memperluas jangkauan scrolling di media digital, tetapi kita memanfaatkan untuk memperdalam dan memperluas tujuan utama dalam hidup. 



Solusi lain yang dilakukan dalam mengontrol media digital adalah dengan menarik diri sejenak dari kesibukan yang banyak. Manusia perlu memiliki waktu (sekitar 30 menit) setiap hari untuk diam dan merenung dalam hati. 


Waktu diam bagi manusia sangat penting untuk mengosongkan diri dari berbagai kesibukan agar bisa diisi dengan sesuatu pikiran dan perasaan yang baru. Tokoh spiritual seperti Henry J. M. Nouwen pernah mengatakan bahwa diam menjadi sejata untuk mengantar manusia pada tujuan hidup yang sebenarnya. Diam sambil merenung mampu melahirkan suatu pemikiran yang kritis terhadap tindakan yang akan dilakukan selanjutnya.


Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Homo Digitalisasi: Manusia Terjebak dalam Super Sibuk di Media Digital"