Kamis, Kamu Masih Imut Sayang

Kamis: Kamu Masih Imut Sayang. Hipwee

 Penulis: Fredy Suni 

Tafenpah.com - Hi sobat Tafenpah, apa kabarmu? Salam kenal ya. Pagi itu tetesan embun malam belum jatuh dari dedauan di taman Mira.


Mira adalah gadis desa yang berusia 20 tahun. Parasnya cantik, seksi pula. Siapa pun yang melihatnya, pasti langsung jatuh cinta. Bengitu pun dengan saya.


Tanpa sengaja, saya melewati salah satu desa Pesanggrahan di Kota Batu, Malang, Jawa Timur menuju tempat wisata Coban Rondo atau air terjun janda.


Ehemmm kedenganrannya pasti aneh di telinga sobat sekalian kan? Tapi, begitulah nama tempat wisata itu, letaknya di tengah hutan. Pemandangan yang asri, indah, sejuk, dan nyaman untuk di tempati. Sayangnya tiada seorang pun yang pernah tinggal di hutan tersebut.


Sebelum lanjut, saya akan mengisahkan arti dari “Air Terjun Janda.” Dikatakan sebagai “Air Terjun Janda” karena pada zaman dulu, ada kekasih dari penduduk setempat yang tidak direstui oleh orang tua mereka.


Dua sejoli ini sangat mencintai. Tapi, sayangnya cinta mereka terbentur oleh status sosial atau dalam kaca mata orang India menyebutnya Kasta.


Pasangan muda ini memutuskan untuk melarikan diri ke tengah hutan. Tepat, di hutan itu, ada air terjun yang sangat melemahkan mata. Lalu, mereka berdua bersembunyi di situ, hingga keluarga dari pihak lelaki itu datang dan berhasil menemukannya.


Sementara si perempuan itu tidak ditemukan. Usut punya usut, akhirnya beberapa bulan kemudian, ada penduduk lokal yang tanpa sengaja menemukan mayat perempuan tersebut.


Akhirnya, air terjun itu disebut sebagai “Coban Rondo.” Mohon maaf bagi warga Kota Batu, jika saya salah menyebutkan sejarahnya. Tetapi, kurang lebih seperti itu.



Tempat wisata Coban Rondo di kota Batu, Malang, Jawa Timur. Portalwisata

Sembari menyeduh secangkir kopi, pikiran saya masih terngiang-ngiang dengan kemolekan Mira.


Sosok Mira seakan tidak pernah pergi dari bayanganku. Apakah saya sudah kecantol dengan Mira? Bisa ya dan bisa tidak. Karena semua masih absurd atau belum jelas. Mengingat segala sesuatu itu bisa diragukan dari ilmu pengetahuan Filsafat.


Lalu, saya pun duduk di tepi Coba Rondo, sesekali memotret obejk yang memiliki nilai estetika, sembari menyejuk secangkir kopi. Aroma kopi Manggarai begitu tajam di hidung pengunjung.


Aku masa bodoh. Karena seluruh pikiranku tertuju pada Mira. Lalu, saya memutuskan untuk pulang ke Malang dengan tujuan singgah di taman Mira.


Memang kalau sudah jodoh, pasti ada kesempatan untuk bersua, sembari ber-say-hello dengan Mira.


“Hi, Mira, apa kabarmu?” tanyaku

“Kabarku baik-baik saja” jawabnya


Saya dan Mira memang sudah lama kenal, tetapi hanya melalui media sosial. Pertemuan hari itu merupakan pertemuan pertam dan terakhir kali saya dengan Mira.


Karena selepas itu, saya kembali lagi ke Jakarta. Lalu, Mira memilih untuk melanjutkan studi di salah satu Perguruan Tinggi Swasta ternama di kota Malang.


Namun, sebagai generasi milenial yang melek terhadap teknologi, kami pin tetap melanjutkan komunikasikasi kami melalui berbagai media sosial.


Ya, meskipun saya dan Mira menjalani hubungan LDR-an, namun itu bukanlah masalah bagi kami.


Karena kami yakin dan percaya bahwa kepercayaan itu adalah sesuatu yang mutlak dimiliki oleh kami berdua.


Singkat cerita, saya dan Mira sibuk dengan kuliah. Komunikasi kami perlahan-lahan mulai terputus. Tetapi saya masih tetap berharap untuk bisa meneruskan hubungan saya dengan Mira. Begitu pun dengan Mira.


Selang tiga bulan, kami tidak ada komunikasi sama sekali. Sisi egoisme mengejar kami di usia muda. Karena saya dan Mira memasuki fase kekaburan identitas. Di mana saya dan Mira memilih untuk mengembangkan karier, melanjutkan pendidikan, mengejar mimpi, dan berbagai kesenangan kami di usia muda. Belum lagi, ada goncangan mental adaptasi di usia kami itu membuat hubungan kami hampir putus. 


Namun, bukan seperti drama Layangan Putus yang diperankan oleh Reza Rahadian dan Anya Geraldine ya sobatku. Melainkan kisah percintaan kami gampang-gampang susah sih.


Memasuki bulan keempat, saya memutuskan untuk melepaskan ego dan memperbaiki hubungan saya dengan Mira.


Telepon dari seberang membuat adrenalin saya beronta-ronta, ingin bertemu dan memeluknya dengan kasih sayang, sambil mengucapkan kalimat “Kamu Masih Imut Sayang atau yang biasa disingkat Kamis.


Hiks, serius amat sih sobat tafenpah, ini hanya kisah fiktif ya, mudah-mudah ada sesuatu yang bisa dipelajari dari kisah ini juga.


Terakhir, jangan lupa untuk terus menyeduh secangkir inspirasi dari rumah literasi “TAFENPAH” di waktu yang akan datang ya sobatku.


Selamat menjalani aktivitas di hari Kamis ceria ini, dan katakan pada pasangan atau pun orang terkasih kamu “terima kasih sayang, karena kamulah perisaiku di setiap hari Kamis.”


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Kamis, Kamu Masih Imut Sayang"