Trauma Hari Kamis
![]() |
Treat |
Penulis: Mayu Yunita Bessie | Editor: Fredy Suni
Tafenpah.com - Sebagian besar karyawan, mahasiswa, dan praktisi apa pun pasti menyambut hari Kamis dalam nuansa yang ceria. Lain kisah dengan salah satu mahasiswi Prodi Sastra Inggris Universitas Negeri Cendana (Undana) Kupang yang mengalami ketakutan luar biasa.
Sebut saja namanya Mayu Yunita Bessie. Gadis manis berambut pirang asal Rote ini punya kisah traumatik setiap hari Kamis. Tentu saja ada sebab-musabab. Yang pasti, sebagai pemirsa kita tidak tahu. Karena pada dasarnya kita adalah makhluk yang tidak tahu apa-apa.
Namun, berangkat dari ketidaktahuan tersebut, kita menaruh rasa simpati sekaligus rasa ingin tahu (kepo) akan kisah dari Mayu.
Berikut adalah cuplikan singkat yang diterima Admin Tafenpah dari Mayu Bessie via pesan WhatsApp pada Senin (1/5/2022).
Setiap hari Kamis saya selalu gugup dan takut untuk menjalaninya. Terkadang saya berharap, jika seandainya Sang Pencipta meniadakan atau menghilangkan hari Kamis, saya pasti merasakan kemerdekaan lahir dan batin.. Namun, rasanya mustahil.
Karena setiap hari Kamis mental saya down. Kondisi itu membuat saya tertantang untuk melewatinya. Namun, saya merasa ada yang berat di atas pundakku. Entah mengapa perasaan itu selalu terbawa dalam setiap derap langkah kakiku.
Saya mengandaikan atau mengumpamakan/menganalogikan diriku sedang mendaki Gunung Fuji di negeri Sakura, Jepang. Perjalanan saya menuju ke puncak gunung terasa berat. Seberat menunggu panggilan dari si dia (hehe).
Saya pun sadar bahwasannya itu memang murni kesalahan saya. Karena saya tidak bisa mengontrol diri. Keadaan ini terkadang mendorong saya untuk melukai ataupun menyalahkan diri sendiri. Karena apa yang saya lakukan itu pun berimbas atau berefek negatif ke orang lain.
Tentu saja saya sangat sedih sobatku. Namun, dari pengalaman itu, saya berusaha untuk mengoreksi diri. Lalu, saya mensugesti atau memotivasi diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik di waktu yang akan datang.
Saya pun berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di hari kemarin. Karena kehidupan terus berjalan.
Pada satu titik, saya mulai sadar. Kesadaran ini merupakan langkah yang tepat dan efektif untuk menuju paradigma atau cara berpikir yang baru, yakni saya harus menjadikan hari Kamis bukan lagi sebagai sesuatu yang menakutkan, tetapi sebagai hari termanis dalam perjalananku.
Saya juga berjanji pada diri sendiri untuk lebih mencintai dan menerima diri sendiri. Karena suport sistem atau motivator terhebat selain orang tua adalah diri sendiri.
Suport sistem ini memberikan kebahagiaan tersendiri bagi saya. Meski dalam etika nikomachea filsuf Plato mengatakan pencarian tertinggi dan terakhir dari perjalanan manusia adalah kebahagiaan.
Ya, saya sudah menemukan secuil/sedikit kebahagiaan dari proses menerima diri sendiri. Inilah self improvemnet atau motivasi diri yang memberikan impact atau dampak positif bagi saya sendiri.
Di mana saya tidak akan membiarkan siapa pun meremehkan dan mempermalukan saya di depan banyak orang.
Sebagai orang beriman, saya yakin dan percaya akan kuasa Tuhan dalam setiap perjalanan saya. Dia juga mampu mengangkat dan mengubah hidup saya menjadi pribadi yang berharga dari waktu ke waktu.
Posting Komentar untuk "Trauma Hari Kamis"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat