Nadiem Makarim Tokoh Pencetus Kurikulum Merdeka Belajar Indonesia
Penulis: Fredy Suni
Nadiem Anwar Makarim | CNNIndonesia |
Tafenpah.com - Nadiem Anwar Makarim adalah salah satu tokoh milenial pendidikan pertama Indonesia yang memperkenalkan kurikulum merdeka belajar.
Pemikiran dari Founder Grab ini pada awalnya memang menuai kritikan pedas dari berbagai praktisi pendidikan dan berbagai lintas profesi.
Namun, sebagai praktisi Teknologi, dirinya sudah jauh memikirkan perkembangan Teknologi Informasi, terutama di bidang pendidikan.
Baca Juga: Nadiem Makarim: Mahasiswa Harus Berenang di Lautan
Namun, kini terobosan dari pemikirannya ini sudah dinikmatin peserta didik, mulai dari Taman kanak-kanak hingga Perguruan Tinggi.
Karena peserta didik tidak hanya pandai dalam hal ilmu pengetahuan yang sudah ada sejak zaman dulu, tetapi peserta didik juga memahami teknologi informasi di revolusi industri 4.0 dan kini beralih ke revolusi industri 5.0 dst.
Meskipun ada beberapa hal yang masih belum sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
Namun, terlepas dari permasalahan itu, kita pun patut bangga.
Karena sedari dini, generasi muda kita sudah memahami teknologi.
Manfaat Kurikulum Merdeka Belajar bagi Pendidikan Indonesia
Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Begitu pun kaya akan sumber daya alam dan manusianya.
Kekayaan-kekayaan tersebut, bila tidak diimbangi dengan pemahaman teknologi, kita pun akan tertinggal jauh dari negara-negara besar lainnya.
Untuk itu, kurikulum merdeka belajar memiliki banyak keunggulan, di antaranya: kemudahan peserta didik dan masyarakat Indonesia untuk belajar dari mana saja.
Karena pembelajaran yang berbasiskan E-Learning mampu menjangkau siapa pun yang mencari ilmu dan lain sebagainya.
Saya melihat model pendidikan ini diadopsi adalah bagian integral dari pendidikan holistik yang menjadi ciri khas proses pembelajaran di benua Amerika dan Eropa.
Terlebih di universitas-universitas terbaik dunia yang ada di Amerika Serikat dan Inggris.
Lantas, apa itu pendidikan holistik? Sederhananya, pendidikan yang lebih menekankan pada praktek atau pengembangan passion peserta didik, di samping pembelajaran kepemimpinan.
Mengingat model pendidikan dari dulu selalu menekankan kecemerlangan akademis.
Nyatanya, orang yang pandai tidak mempunyai moral dan etika yang baik di lingkungan masyarakat.
Contohnya: budaya korupsi di mana-mana. Inilah kesalahan pendidikan akademis.
Dan yang melakukan tindakan tak terpuji itu adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi dan jebolan terbaik dari universitasnya.
Hal ini berbeda jauh dari kualitas pendidikan di Amerika Serikat dan umumnya Eropa.
Di mana, sejak kecil mereka sudah diajarkan bahwa mencuri itu tidak baik. Apalagi mencuri uang negara yang notabene adalah uang rakyat.
Tentu saja tidak semua orang Indonesia mempunyai karakter demikian.
Namun, pada kenyataannya selalu ada kasus-kasus ketidakadilan di bangsa yang mengagungkan Tuhan di atas segalanya.
Inilah permasalah yang sedang diupayakan Nadiem (Kemendikbud - Ristek) untuk menguatkan pedidikan karakter sedak dini bagi peserta didik.
Upaya itu termanivestasi dalam kurikulum merdeka belajar yang bercita rasa pendidikan holistik.
Akhirnya, Nadiem Makarim sudah berhasil mereformasi pendidikan yang berbasiskan kecemerlangan akademis, dengan menekankan pendidikan holistik, guna menguatkan spirit kepemimpinan, kemandirian, dan kejujuran dalam diri generasi bangsa.
Terlebih untuk menatap bonus demografi atau tingkat usia kerja generasi muda lebih banyak di tahun 2030, ketimbang generasi sebelumnya.
Terima kasih Kemendikbud-Ristek, Nadiem Makarim untuk kurikulum merdeka belajar ini.
Posting Komentar untuk "Nadiem Makarim Tokoh Pencetus Kurikulum Merdeka Belajar Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat