Sepenggal Kisah, Kala Mengunjungi Makam Bung Karno

Penulis: Fredy Suni

Ziarah rohani di Makam Bung Karno, Blitar - Jawa Timur | Foto: www.tafenpah.com

Tafenpah.com - Salam jumpa sobat Tafenpahners! Setiap perjalanan pasti ada happy endingnya.


Begitulah yang saya rasakan, kala mengunjungi makam Bung Karno di Blitar - Jawa Timur.



Peristiwa penting itu berlangsung di tahun 2018. Di mana, saya bersama Frater (Seminaris) beserta Pater/Pastor/Imam SVD memutuskan untuk ziarah rohani.


Baca Juga: Teologi 2 November dan Maknanya bagi Atoin Meto


Perjalanan dari kota Malang menuju Blitar kurang lebih 2 jam.



Sepanjang perjalanan, mata dan hatiku tak bisa membohongi semesta.



Sementara adrenalin saya pun ikut terbang bersama alunan musik religi Kristiani.



Lantaran, sejarah pun tercipta di kota Blitar.




Alasan Memilih Makam Bung Karno sebagai Destinasi Rohani



Saya selalu yakin, bahwasannya setiap perjalan sudah ada dalam rencana yang matang.



Perencanaan itu mulai dari persiapan dana, waktu, tenaga, pikiran, dan berbagai hal yang nantinya ikut menyukseskan perjalanan itu sendiri.



Hemat waktu dan ruang, matahari terus bergerak menuju arah khatulistiwa, sementara sinarnya hampir menembusi ubun-ubun kepalaku.



Saya dan rombongan tiba di kota Blitar tepat pukul 12.00 WIB.


Baca Juga: Sama Seperti Kebahagiaan, Kesepian Adalah Tanggung Jawab Kita


Sejenak kami mengambil rehat di salah satu Gereja Katolik yang berada di Blitar.



Sembari berkonsultasi dengan umat setempat, guna memberikan kami bekal informasi, sebelum mengunjungi makam bersejarah tersebut.



Setelah cukup kami terima berbagai kisah seputar pemakaman Bung Karno, akhirnya kami bergegas menuju Bendogerit, Sananwetan yang merupakan lokasi pemakaman Sang Proklamator RI.



Akan tetapi, sesampainya kami di kompleks tersebut, sekilas kami merasa bingung.



Lantaran, kompleks itu sudah di desain berdampingan dengan Perpustakaan Soekarno.



Tuor giude atau pemandu mengarahkan kami menuju salah satu ruangan pertunjukan untuk menyaksikan film dokumenter perjuangan Ir. Soekarno selama masa pergolakan RI hingga pada kemerdekaan.


Lalu, kami pun diarahkan ke museum Bung Karno yang berisikan berbagai dokumentasi penting bangsa Indonesia di bawah kepemimpinan Bung Karno.



Selepas itu, kami langsung menuju pemakaman Bung Karno di halaman belakang.



Di halaman tengah terdapat 17 pilar batu yang menjulang tinggi angkasa.



Simbol itu menandakan tanggal kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus.



Konsep bangunan gaya klasik Jawa yakni Jogjo mengitari pemakaman Bung Karno.



Sementara di sisi lain ada bangunan budaya yang bercita rasa Bali.



Sulitnya Memegang Makan Bung Karno



Perjalanan menuju makam Bung Karno yang terbuat dari Marmer hitam memang sangat sulit.



Karena setiap saat ada ribuan manusia yang datang dari belahan mana pun untuk berdoa, selain meminta berkat dari Sang Pahlawan.



Walaupun ada hambatan, namun sebagian dari kami pun berhasil memegang makam Bung Karno, lalu melantunkan doa untuk perjalanan hidup kami ke depannya.



Tak peduli hujan deras yang mengguyur kota Blitar dan sekitarnya pada saat itu.



Yang terpenting ada kepuasaan dan rasa bangga, karena saya sudah pernah mengunjungi orang nomor satu Indonesia ini.



Untuk mengabadikan momen berharga itu, swafoto pun kami jalani hingga malam kembali memaksa kami untuk pulang ke rumah.



Sebelum kembali ke Malang, kami pun mengunjungi pasar yang berada di samping pemamakan Bung Karno.



Tujuannya adalah mencari oleh-oleh khas kota Blitar.



Terakhir, tujuan dari ziarah rohani ini adalah mencari inspirasi, sekaligus meminta doa restu dari Bung Karno untuk karya pelayanaj kami.



Setiap dari kami selalu percaya bahwasannya kesuksesan akan datang. Soal waktu kami tidak mempertanyakannya.



Karena Bung Karno telah mendengarkan doa dan kerinduan kami dalam semangat iman kepercayaan kami.



Salam traveling




Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Sepenggal Kisah, Kala Mengunjungi Makam Bung Karno"