Teologi Natal Sebagai Jalan Pulang Perantau
Penulis: Fredy Suni
Teologi Natal sebagai jalan pulang Perantau | @Pixels |
Tafenpah.com - Perayaan Natal umat Kristen (Katolik dan Protestan) selalu membawa harapan baru dan refleksi atau pembaharuan diri akan perjalanan Sang Mesias (Yesus Kristus) bersama Bunda Maria dan St. Yosef di Yerusalem.
Perjalanan Bunda Maria dan St. Yosef selalu menemui kendala.
Sama halnya dengan ketiga Raja yang melihat bintang dari arah Timur.
Ketiganya melalui jalan berliku hingga menemukan Yesus yang dilahirkan di kandamg yang hina.
Ketakutan terbesar ketiganya adalah ancaman Raja Herodes yang berkuasa saat itu.
Di mana, Herodes memerintahkan kepada prajuritnya untuk membunuh bayi-bayi yang berusia 2 tahun, setelah mendengar penjelasan dari ketiga raja tersebut.
Beruntung, ketiga Raja itu setelah menemui Yesus yang dilahirkan Bunda Maria di kandang ternak, mereka pun memilih untuk kembali ke kotanya tanpa melaporkan kepada Herodes.
Memang, banyak jalan menuju Roma itu benar adanya.
Lantas, apa makna dari perjalanan keluarga Nazaret (Bunda Maria, Yesus, St. Yosef), dan ketiga Raja tersebut bagi perantau?
Setiap perantau (termasuk Anda) yang membaca tulisan ini, penulis pun yakin bahwasannya kita semua adalah perantau.
Meski demikian, kemana pun kita pergi, pada akhirnya kita akan kembali ke kampung. Karena di sanalah jiwa kita bersemayam dalam kedamaian.
Makna atau teologi Natal bagi kita adalah ajang di mana kita melihat kembali perjalanan kita dari kampung halaman hingga menikmati suka dan duka di negeri asing.
Dalam perjalanan itu, kerap kali kita menemui kesulitan, selain kenikmatan berkat-berkat yang kita dapatkan dari lingkungan kerja, bisnis, dan lain sebagainya.
Layaknya perjalanan keluarga Nazaret dan ketiga Raja tersebut dalam menghadapi tekanan Raja Herodes, karena tampuk pemerintahannya sudah tidak aman lagi.
Pada fase ini, kita boleh bayangkan pengalaman apa saja yang sudah kita dapatkan selama di tanah rantau.
Bila pengalaman itu menyenangkan, kita mensyukurinya.
Namun, bila pengalaman itu menyakitkan, kita pun berhak untuk menangis. Sembari, memikirkan langkah - langkah konkret apa saja yang akan kita perbaiki di episode tahun 2023.
Lebih dari itu, Teologi perjalanan ini mau mengajak kita untuk memikirkan keringat tulang pipi kedua orang tua kita yang berada di kampung halaman tercinta.
Bagi yang memiliki rezeki cukup, bolehlah untuk kembali menemui orang tua kita.
Sebaliknya, bagi yang rezekinya masih belum cukup, cukup saja kita memberi kabar kepada mereka yang berada di kampung.
Toh, mereka (orang tua) maupun sanak famili di kampung tidak menginginkan hal yang lebih dari kita kok.
Mereka hanya butuh informasi, apakah kita di negeri asing bisa makan atau tidak.
Terlepas dari itu, PULANG LAH WAHAI PERANTAU!
Mumpung orang tua kita masih ada. Karena penyesalan di liang lahat orang tua itu tak ada gunanyaðŸ˜ðŸ˜ðŸ˜
Natal itu Sebagai Persiapan Pembaharuan Diri
Sembari menantikan kedatangan Sang Mesias (Yesus Kristus), alangkah lebih baiknya kita kembali melihat sudah sejauh mana kualitas hidup kita bagi diri sendiri, sesama, maupun di lingkungan mana pun.
Karena sehebat, secerdas, dan sesuper apa pun diri kita, ada satu space atau ruang kelemahan yang selalu menjadi bayang-bayangi perjalanan kita dalam membangun hubungan dengan Tuhan, diri sendiri, maupun orang lain, terutama yang berbeda budaya atau pun aliran kepercayaan dari kita.
Maka, Teologi perjalanan Natal menjadi alarm bagi kita untuk menerima dan memaafkan kesalahan yang pernah kita lakukan sepanjang tahun 2022.
Mengingat perjalanan tahun ini tidak lah muda bagi kita semua.
Karena efek dari Pandemi global.
Akhirnya, sehabis hujan pasti ada cahaya penerangan. Begitu pun, selepas tahun ini, kita yakin dengan spirit baru, resolusi kita yang belum terlaksana tahun ini akan menjadi kenyataan di tahun 2023.
Intinya, kita yakin dan percaya, bahwasannya ramalan resesi ekonomi di tahun depan akan kita lewati.
Karena selalu ada jalan menuju Roma.
Sekian dan selamat menantikan kelahiran Sang Juru Selamat Yesus Kristus.
Jakarta, 8 Desember 2022
Instagram: @Fredy_Suni18
Posting Komentar untuk "Teologi Natal Sebagai Jalan Pulang Perantau"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat