Bagaimana Menjadi Manusia Baik di Zaman Modern?
Bagaimana Menjadi Manusia Baik di Zaman Modern? | Tafenpah.com |
Semangat dasar zaman modern ini dimulai dengan semboyang Imanuel Kant yang dikutip dari Horatius sepere aude ( beranilah berpikir sendiri ) yang cukup berkembang pada jaman pencerahan, mendorong manusia sebagai ens rationale dan otonom untuk berpikir sendiri dan menentukan tindakannya sendiri.
Manusia menjadi patokan dan parameter dalam bertindak dan menilai suatu tindakan moral. Subjektifitas dan relativisme dalam masyarakat begitu kental dan transparan, yang menuntun pada “emotivisme”, yang menimbulkan fenomena umum yaitu ketidak sepakatan moral, di mana masing-masing individu mempunyai standar dan parameter untuk menilai suatu tindakan bermoral atau tidak. Seperti aborsi, kelompok pro akan berpendapat bahwa itu adalah k
eputusan bebas yang merupakan haknya. Namun kelompok kontra akan berargumen bahwa itu adalah suatu tindakan yang melanggar perintah Tuhan, di mana manusia mengambil nyawa manusia yang tidak menjadi haknya.
Etika tidak lagi menjadi dasar dalam pertimbangan baik buruk yang
menuntun orang pada kehidupan dan tindakan bermoral, namun etika menjadi sarana
instrumental dalam mengadu argumen, untuk mempertahankan argemen.
Di sinilah tampil seorang filsuf kontemporer kelahiran Scot-Landia, yang lahir di Glassgow 12 Januari 1929, lewat karyanya After Virtue, mengatakan bahwa etika modern telah gagal. Untuk itu ia mengajak untuk kembali ke etika abad klasik, yaitu etika keutamaan.
Menurutnya etika modern gagal dalam merumuskan bagaimana menjadi manusia baik, yang mana etika modern justru membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas seperti ajaran moral, yaitu tujuan (telos) manusia. Dengan membuang (telos) buat apa lagi manusia harus mengikuti norma-norma yang ada?.
Sehingga tidaklah mengherankan jika masi ada perang, aborsi dan pembunuhan, karena setiap oraang memiliki parameter masing-masing tentang yang baik.
Tidak ada suatu nilai universal yang dipegang, yang menjadi
pedoman dan parameter umum. Untuk mengatasi masalah itu, MacIntyre mengajak
untuk kembali pada etika Aristoteles yaitu etika keutamaan.
[1]Etika keutamaan adalah teori etika yang berpendapat bahwa
filsafat moral tidak pertama-tama berurusan dengan benar atau salahnya tindakan
manusia menurut norma-norma atau prinsip-prinsip moral tertentu, melainkan
dengan baik burukya kelakuan atau watak manusia. Pertanyaan dasariah etika dalam
etika keutamaan bukan pertama-tama tindakan mana seharusnya dilakukan,
melainkan bagaimana manusia sebagai manusia hidup.
Etika keutamaan lebih mengutamakan menjadi manusia yang baik, sebab dengan menjadi manusia baik maka akan menentuakan tindakan yang baik sehingga orang tau apa yang harus dilakukan.
Pertanyaan tentang apa yang harus saya buat
dengan sendirinya akan muncul jika orang tau bahwa ia adalah manusia seperti
apa. Sebagai contoh misalnya ia adalah seorang pelajar, maka ia tahu bahwa yang
harus ia lakukan adalah belajar.
Disni
muncul pertanyaan, bagaiman menjadi manusia baik? Alasdair MacIntyre lewat
karyanya after virtue memberikan tiga jalan untuk menjadi manusia
baik, yaitu kegiatan
bermakna ( practise ), tataran naratif (narrative), dan tradisi moral ( moral
tradition).
Pertama, kegiatan bermakna ( Practise )
Mengikuti Aristoteles, MacIntyre pun mengatakan bahwa keutamaan merupakan sesuatu yang tidak langsung terbentuk.
Namun leawat latihan terus-menerus. Kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus akan menjadi kegiatan yang bermakna jika telah menjadi seuatu yang membawa faedah.
Misalnya dengan latihan secara terus-menerus, maka nilai-nilai akan dengan sendirinya terinternalisasi dalam diri seriap orang, sehingga menjadi bagian dan membentuk pribadi seseorang. Misalnya dengan bermain catur.
Awalnya sesorang mungkin tertarik bermain catur karena suruhan
orang tuanya. Namun karena dilakukakn secara terus-menerus, maka permainan
catur bukan hanya dilakukan karena suruhan orang tua, melainkan suda menjadi
hobi. Dan bisa berkembang menjadi bakat, yang bisa menghantar orang pada
tingkat yang lebih tinggi, yaitu mengikuti lomba dan mendapat penghargaan serta
uang.
Kedua, tataran naratif ( Narrative )
Menurut MacIntyre, untuk menjadi manusia baik, bukanlah suatu pencarian akan tujuan ( telos ) hingga akhir hayat. Kesatuan naratif membantu orang untuk mengerti, bahwa jika dirinya berlatih untuk menjadi seorang pemain bola kaki dan ia tidak pernah bisa mencapai telosnya, maka itu bukanlah final dari pencariannya hidupnya.
Maka ia perlu menyadari diri dan mulai mengambangkan diri dalam bidang lain, dalam hal ini ia mulai mencari telos baru yang lebih tepat dan bisa dicapai. Upaya menemukan telos dalam pemikiran MacInyre disebut sebagai kesatuan naratif dalam hidup manusia.
Dalam hal
ini, bagi seorang manusia, kehidupan yang baik merupakan cerita atau narasi
untuk mencapai apa yang berarti dan menjadi tujuan hidup. Sebagai telah
dijelaskan di atas, tujuan final itu hanya bisa dicapai setelah kita melewati
berbagai hambatan dan tantangan.
Ketiga, Tradisi moral ( Moral Tradition
)
Kegiatan yang bermakna adalah sebuah tradisi (partikular) yang merupakan bagian dari tradisi yang lebih luas. Tradisi inilah yang memberi kerangka bagi tatanan naratif kehidupan seseorang. Tentunya tradisi yang dimaksudkan oleh MacIntyre adalah suatu tradisi yang terus dipertentangkan dengan perkembangan zaman dan terus dihidupi.
Dalam tradisi yang masih hidup terdapat suatu peredebatan yang terus berlangsung dalam lintasan sejarah sebuah komunitas, melalui banyak generasi, tentang apa yang baik dan buruk, apa yang wajib dan yang tidak, serta bagaimana manusia sebaiknya hidup.
Hanya dalam kerangka sebuah tradisi yang terus menerus
diperbarui melalui penengokan kembali narasi sejarahnya, manusia dapat
menemukan makna kegiatan dan kehidupannya.
[1] Iffan Ahmad Gufron, “ MENJADI MANUSIA BAIK DALAM PERSPEKTIF ETIKA KEUTAMAAN”, YAQZHAN Volume 2, Nomor 1, Juni 2016, hal.105
Posting Komentar untuk "Bagaimana Menjadi Manusia Baik di Zaman Modern?"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat