Pengaruh Perilaku Dominan Terhadap Iklim Komunikasi dan Budaya Perusahaan
Oleh : Gibran Maulana Ibrahim Dkk
Mahasiswa Universitas Dian Nusantara
Gibran Maulana Ibrahim. Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Produktivitas dan kenyamanan lingkungan sebuah perusahaan tentu tidak lepas dari bagaimana budaya perusahaan dan iklim komunikasi yang ada dalam perusahaan tersebut. Edward T. Hall mengatakan bahwa budaya adalah komunikasi dan komunikasi adalah budaya.
Ini artinya budaya dan
komunikasi merupakan dua buah mata koin yang tidak bisa dipisahkan, karena keduanya
akan saling mempengaruhi satu sama lain.
Pertanyaannya adalah bagaimana menciptakan suatu budaya perusahaan sekaligus iklim komunikasi yang baik untuk seluruh individu dalam perusahaan dengan latar belakang budaya yang tentu berbeda-beda? Jawabannya adalah dengan komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya mampu menjadi jembatan untuk setiap individu mengenal dan memahami latar belakang budayanya masing-masing.
Permasalahannya adalah komunikasi antar budaya
sering mengalami berbagai hambatan. Salah satunya adalah perilaku dominan yang
tidak dikontrol dengan baik.
Perilaku dominan mengacu pada perilaku seseorang yang cenderung mendominasi atau mengendalikan situasi, orang lain, atau lingkungannya.
Seseorang yang memiliki perilaku dominan cenderung menonjol dalam kelompok atau interaksi sosial karena mereka lebih suka mengambil inisiatif, mengambil alih, dan memimpin.
Perilaku dominan dapat muncul dalam
berbagai konteks, seperti dalam hubungan pribadi, pekerjaan, atau dalam situasi
sosial.
Untuk memahami bagaimana perilaku dominan dapat
memengaruhi budaya dan iklim komunikasi suatu perusahaan, saya mewawancarai
salah seorang teman kuliah saya. Ia berinisial GA (ia menolak untuk dicantumkan
nama lengkapnya) seorang mahasiswi yang juga bekerja sebagai Digital
Marketing di salah satu perusahaan otomotif di Jakarta.
GA menjelaskan “bahwa salah satu manager dalam perusahaannya memiliki perilaku dominan yang menganggu budaya dan iklim komunikasi di perusahaannya.
Perilaku dominan tersebut berupa penilaian
kinerja yang dilakukan salah satu managernya terhadap seluruh bawahannya hanya
didasarkan pada “like & dislike” semata, sehingga penilaian
kinerjanya sangatlah bias. Ada seseorang di perusahannya yang memiliki kinerja
sangat baik tetapi karena salah satu manager ini tidak menyukai orang tersebut,
tetap saja kinerjanya itu tidak dipertimbangkan bahkan tidak pernah dilihat.”
Menurutnya, hal tersebut bukanlah sikap yang pantas untuk ditunjukan seorang manager. Seorang manager seharusnya bisa mempertimbangkan kinerjanya dan mengkomunikasikan kepada karyawan dengan cara yg lebih baik.
Lebih parahnya lagi, managernya ini juga memiliki sikap diktator yang selalu menolak pendapat orang lain.
Apabila ada orang yang tidak setuju dengannya
orang tersebut akan langsung di cap buruk, lalu keburukannya bisa disebar
didepan para karyawan yang lain, bahkan terancam posisinya.
Manager tersebut juga tidak segan untuk melakukan
cut off terhadap orang yang tidak disukainya dengan mencari kesalahan orang
tersebut. Ini membuat siapapun yang berhadapan dengan manager tersebut takut
mengeluarkan opini ataupun pendapatnya dan hanya mengikuti kemauan manager
tersebut tanpa peduli apa dampak buruknya bagi dirinya. Hal seperti ini tentu
sangatlah menganggu budaya dan iklim komunikasi dalam perusahaannya tersebut.
Dari wawancara saya dengan GA dapat kita lihat betapa
menganggunya perilaku dominan seseorang dalam sebuah perusahaan karena
menganggu budaya dan iklim komunikasi dalam perusahaan tersebut. Hasil
akhirnya, tentu menganggu kenyamanan seluruh individu yang berpotensi menganggu
produktivitas perusahaan tersebut.
Disisi lain, teman saya yang lain justru memiliki
pengalaman berbeda tentang perilaku dominan dalam perusahaan. Ia adalah Husnu
Rafiq Adzani, seorang mahasiswa dan juga Supervisor di salah satu perusahaan
retail ternama Indonesia.
Husnu mengungkapkan bahwa “sebagai seorang supervisor ia memiliki perilaku dominan yang justru diikuti dan dihormati oleh banyak staffnya. Contohnya, ia secara aktif memimpin tim penjualan, memberikan target yang jelas kepada staff, dan dengan percaya diri mengambil keputusan strategis untuk meningkatkan penjualan toko.
Selain itu ia juga mampu untuk menunjukkan sikap kompetitif yang sehat, sehingga mendorong timnya untuk mencapai kinerja terbaik dan selalu mencari cara untuk meningkatkan efisiensi operasional, dan mencapai target setiap bulannya.
Hasil
akhirnya, budaya dan iklim komunikasi yang baik-pun
tercipta sehingga membuat kenyamanan berarti dalam perusahaan dan pada akhirnya
mampu meningkatkan produktivitas dalam perusahaannya tersebut.”
Berdasarkan penjelasan dua informan di atas dapat kita lihat bahwa perilaku dominan dalam sebuah lingkungan (baik itu perusahaan, organisasi, institusi ataupun lingkungan lainnya) bagaikan pisau bermata dua.
Perilaku dominan dapat menjadi hasil buruk bahkan berpotensi memicu konflik jika tidak dikelola dengan bijak, tetapi disisi lain perilaku dominan membawa kepemimpinan yang kuat dan kemampuan mengambil inisiatif dapat sangat berharga dalam menciptakan budaya dan iklim komunikasi yang baik.
Untuk itulah, dalam hubungan atau tim kerja, penting untuk mencari
keseimbangan dan kerjasama antara berbagai jenis perilaku dan kepribadian agar
dapat mencapai tujuan bersama dengan harmoni. (GB)
Posting Komentar untuk "Pengaruh Perilaku Dominan Terhadap Iklim Komunikasi dan Budaya Perusahaan "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat