Kritik Sastra: Minimnya Perhatian Pemprov NTT Terhadap Penulis Novel, Laskar Pelangi Sebagai Model Pendekatan Kontekstual Kemajuan Pariwisata Bangka Belitung
Penulis: Frederikus Suni
Kritik Sastra: Minimnya Perhatian Pemprov NTT Terhadap Penulis Novel, Laskar Pelangi Sebagai Model Pendekatan Kontekstual Kemajuan Pariwisata Bangka Belitung. Sumber/foto dari Leko NTT |
Tafenpah.com - Ratusan penulis novel di bumi Provinsi Nusa Tenggara Timur, sejauh ini belum mendapatkan perhatian serius dari pemerintah setempat, dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.
Padahal, kekuatan novel mampu mengubah hampir semua lini kehidupan, termasuk memajukan bidang pariwisata daerah tertentu.
Belajar dari novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata yang sukses menyulap Provinsi Bangka Belitung mencari pariwisata terpopuler di tanah air.
Jauh sebelum terbitnya novel Laskar Pelangi, Bangka Belitung tidak sepopuler pasca peluncuran karya Andrea Hirata tersebut.
Puncaknya pada tahun 2008. Di mana, novel Laskar Pelangi diadopsi oleh Produser Mira Lesmana dengan sutradara film Riri Riza.
Elaborasi apik dari sang sutradara dan produser di atas mampu mengangkat Provinsi Bangka Belitung menjadi salah satu destinasi terpopuler dunia.
Bahkan novel Laskar Pelangi diterjemahkan ke dalam 34 bahasa, karena mendapatkan respon positif dari peminat Sastra dunia.
Relavansi Novel Laskar Pelangi Terhadap Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sejatinya penulis-penulis top dari NTT tidak kalah dari Sastrawan besar Indonesia.
Persoalannya pemerintah setempat belum melirik atau mengakomodasi para sastrawan NTT lintas generasi untuk membuat satu karya yang benar-benar mampu memikat peminat sastra dunia.
Memang, keterbatasan sumber daya manusia, dukungan atau sponsor menjadi persoalan terbesar yang dihadapi oleh penulis novel NTT.
Namun, persoalan tersebut, bisa diatasi dengan dukungan promosi dari seluruh stakeholder pemerintah pronvinsi maupun swasta terhadap karya-karya dari geberasi NTT.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT selaku aktor utama dari kemajuan literasi di tanah Flobamora ini, secara kontinu melibatkan penulis-penulis dari NTT, bukan sebatas acara formalitas semata, tetapi perlu adanya terobosan baru dalam mengorbitkan satu karya novel yang mampu mengangkat tema-tema humanistik termasuk pariwisata demi kebesaran NTT di mata dunia.
Memang, NTT sejauh ini sudah dikenal dan sangat populer di dunia internasional, karena alam dan budayanya yang indah dan cantik.
Akan tetapi, apakah kita hanya bermain aman di zona tersebut?
Tentunya tidak. Karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, kita sebagai warga NTT juga butuh adanya terobosan baru di bidang kesusastraan daerah.
Terutama novel-novel yang mengangkat tema lokal, perlu diorbitkan menjadi film.
Berdasarkan data dari berbagai sumber, film-film yang mengangkat tema seputar budaya, sosial, pariwisata NTT sudah ada, yakni: Cinta Bete, Aku Rindu dan Tanah Langit NTT dll.
Namun, kemajuan tersebut perlu ditingkatkan lagi, demi kebesaran NTT.
Karena stok penulis di NTT tidak pernah habis. Melainkan setiap generasi selalu ada dan akan terus bermunculan penulis-penulis dari tanah Flobamora ini.
Intinya, perhatian pemerintah setempat jangan sampai kendor. Di mana, dukungan pemda NTT dapat memberikan suntikan moril besar bagi penulis untuk terus berkarya demi kemajuan NTT di tahun-tahun mendatang.
Salam literasi
Posting Komentar untuk "Kritik Sastra: Minimnya Perhatian Pemprov NTT Terhadap Penulis Novel, Laskar Pelangi Sebagai Model Pendekatan Kontekstual Kemajuan Pariwisata Bangka Belitung"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat