Refleksi Jelang Pesta Demokrasi 2024, Hati-Hati Memilih Pemimpin di Era Globalisasi

Penulis: Agustinus Opat, S. Fil
Editor  : Frederikus Suni

Refleksi Jelang Pesta Demokrasi 2024, Hati-Hati Memilih Pemimpin di Era Globalisasi. Sumber/foto: Freepik


Tafenpah.com, Kefamenanu - Memilih pemimpin, entah pemimpin umat atau masyarakat di Era dewasa ini, memang tidak segampang kita mengedipkan mata. Kemajuan sains dan teknologi  telah mengantar perubahan di berbagai dimensi kehidupan, termasuk datangnya arus  reformasi dan globalisasi.

Kenyataan ini memang sangat mungkin akan terjadi perubahan sikap masyarakat, cara pandang, gaya hidup, kebijakan dan moralitas. 

Memilih pemimpin adalah suatu tugas dan tanggung jawab yang besar dan berat. 

Akan terjadi pertarungan dan pertentangan suara batin, dan pertentangan atau konflik antara suara batin dengan budi murni. 

Tidak hanya itu, malah lebih jauh pembentukan kubu-kubu akan muncul. Ambisi dan persaingan bahkan pelecehan bisa terjadi dikalangan elite baik di tingkat desa/kelurahan, kabupaten atau juga provinsi. 

Terlepas dari sehat atau cara bermain serta pantas atau tidaknya seseorang mengorbitkan dirinya atau diorbitkan oleh kelompok dan kendaraan politik tertentu, sang calon pemimpin haruslah yang pertama-tama mengenal dirinya secara riil dan objektif sebelum tampil menjadi pemimpin,

Menjadi pemimpin dewasa ini, apalagi dalam konteks kemiskinan dan keterbelakangan NTT khususnya kabupaten Timor Tengah Utara, mestinya orang yang mempunyai visi yang jelas dan tegas, kepribadian yang integral, moralitas yang tidak bisa diragukan, memiliki kecerdasan sosial dalam arti dekat dengan masyarakat, mengenal masyarakat, dan mempunyai hati untuk masyarakat, memiliki kecerdasan keagamaan dan memiliki semangat serta pengetahuan untuk membuat rancangan dan perencanaan, perubahan dan kemajuan

Tanpa memiliki kemampuan-kemampuan managerial yang baik dan tepat untuk memimpin dan tidak ditunjang dengan moralitas dan landasan iman yang tegas dan prinsipiil, adalah bijaksana dan militant jika orang harus menarik diri dari pertarungan politik pada suksesi kepemimpinan yang akan berlangsung nanti. 

Lebih baik sedari awal mempertanyakan diri dan seluruh kemampuan yang ada pada dirinya daripada dipertanyakan atau diragukan orang banyak dan sesudah itu menempuh cara-cara yang illegal dan amoral seperti; premanisme, intimidasi, money politic dan berbagai bentuk KKN lainnya yang mengambarkan degradasi moral dan dehumanisasi.

Suksesi kepemimpinan sekarang sedang hangat dibicarakan. Siapa yang pantas dan tidak pantas, siapa yang dijagokan dan tidak dijagokan, siapa yang didekati dan belum atau tidak didekati, ini semua adalah proses awal bagaimana orang menjaring calon pemimpin. 

Memasuki proses awal juga banyak orang bisa melihat dan menilai bahwa ada orang yang begitu berambisi, menggebu-ebu dan bisa juga tampil menjadi sedikit overacting, sementara ada yang kelihatan begitu tenang dan diam-diam saja, seolah-olah tidak pernah tahu tentang dirinya dan tidak diketahui oleh orang banyak yang menaruh simpati. 

Ada pun sikap yang ditampilkan oleh orang-orang tersebut, semuanya adalah sikap politik masing-masing orang dengan taktiknya sendiri-sendiri. Tentu saja sikap-sikap yang ditampilkan ini tidak salah karena setiap orang boleh menempuh dan memilih seni atau prinsip berpolitik yang berbeda-beda.

Akan tetapi seni berpolitik dari masing-masing calon pemimpin yang ditampilkan menjelang suksesi kepemimpinan mesti dibaca dalam kerangka yang selalu mempunyai keterkaitan dengan masa lalunya. 

Masyarakat pemilih harus menjadi semakin kritis dan objektif untuk menilai siapa sebenarnya yang pantas dan patut menjadi pemimpin dan kemudian memutuskan untuk memilih yang bersangkutan. Masyarakat pemilih mesti belajar dari pengalaman yang sudah-sudah. 

Bahwa memilih pemimpin hanya berdasarkan kedekatan emosional, praktek money politic, intimidasi, premanisme dan menjual jasa disaat-saat menjelang suksesi kepemimpinan seperti; pengobatan, gratis, bantuan sembako graits dan berbagai bentuk bantuan lainnya yang tidak pernah muncul disaat-saat yang jauh sebelum suksesi  adalah cara dan praktek yang harus segera dengan berani ditinggalkan bahkan ditolak. 

Hal ini karena praktek yang demikian sebenarnya tidak lebih dari tindakan untuk memanipulasi masyarakat kecil, dan melecehkan martabat kelompok masyarakat lemah yang sesudahnya yang sesudahnya juga akan terus menjadi korban.

Hati-hati memilih pemimpin adalah sebuah seruan moral yang mau mengajak kelompok masyarakat pemilih untuk dengan carmat, kritis, dan tepat memilih siapa yang menjadi pemimpin yang pantas dan patut. Ajakan moral ini sifatnya mendesak, mewajibkan dan universal karena memilih siapa yang menjadi pemimpin berarti memilih untuk meningkatkan taraf hidup dan masyarakat banyak. Memilih untuk sebuah perubahan dan perbaikan yang signifikan. 

Memilih untuk mencapai cita-cita bersama yakni kesejahteraan hidup masyarakat. Tanpa memperhatikan cita-cita bersama ini, sikap kita dalam memilih menjadi gampang dipengaruhi oleh hiburan-hiburan politik murahan dari figur-figur tertentu yang sebenarnya mau memanipulasi masyarakat kecil demi kepentingan politik pribadi dan partai sesudahnya.

Sadar atau tidak, menjelang suksesi kepemimpinan tahun 2023-2024 ditingkat kelompok masyarakat tertentu sudah, sedang, dan akan terus berlangsung lirika-lirikan dan senyuman politik dari mereka yang biasa disebut team sukses dari figure tertentu. Saat-saat seperti itu biasanya adalah saat-saat mengatur strategi politik. 

Bagaimana figur tertentu mendekati orang atau kelompok tertentu dan dengan jaminan money politic serta kemudahan atau berbagai kemewahan politik lainnya yang semuanya merupakan seni atau strategi memenangkan pertarungan politik caleng, pilkada dan pilpres. 

Tidak bisa dipungkiri bahwa membangun strategi pendekatan, pileg, pilkada, dan pilpres tanpa money politic dan kemudahan serta berbagai kemewahan politik lainnya pada dunia dewasa ini adalah suatu yang sulit. 

Bahkan yang pasti terjadi bahwa dari hari-hari jauh sebelumnya kepada team sukses tertentu sudah diberikan fasilitas dan berbagai kemudahan lainnya untuk berperan agar figure yang dijagokannya itu bisa tampil sebegai pemenang.

Berhadapan dengan kenyataan politik sebagaimana disebutkan di atas, sikap “hati-hati” dari masyarakat pemilih adalah penting dan mendesak. Adalah bijaksana jika sebelum kita memilih siapa yang menjadi pemimpin kita ke depan, kita terlebih dahulu memikirkan secara matang “entah saya harus menerima sogokan politik berupa money politik yang jumlahnya hanya merupakan hiburan sesaat, tetapi sesudahnya saya harus berhadapan dengan kekecawaan bahkan korban sealama satu atau dua periode kepemimpinannya; atau saya harus menolak dengan tegas segala bentuk sogokan politik sekarang, tetapi sesudahnya selama masa kepemimpinannya saya justru berhadapan dengan perubahan, kemajuan, dan pencapaian target dari strategi politiknya yakni mensejahterakan kehidupan masyarakat banyak. 

Sebuah pilihan bijaksana haruslah menjadi sikap atau putusan politik kita pribadi dalam kita memilih siapa yang menjadi pemimpin kita.  

Perubahan cara pandang yang seperti itu akhirnya sungguh berdampak pada perubahan dan peningkatan taraf hidup masyarakat sehingga kemiskinan dan keterbelakangan yang sampai kini kita rasakan dapat diminimalisir bahkan dilenyapkan.
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Refleksi Jelang Pesta Demokrasi 2024, Hati-Hati Memilih Pemimpin di Era Globalisasi"