Catatan Redaksi Tafenpah Group: NTT dalam Perspektif Media Digital, Promosi Kearifan Lokal Atoni Pah Meto, Tantangan Generasi Z dan Alpha di Tengah Propaganda Budaya Asing
Penulis: Frederikus Suni
Tafenpah.com - Provinsi Nusa Tenggara Timur bagaikan serpihan Taman Eden dalam disiplin ilmu Humaniora (Teologi) Kristen.
Pasalnya, provinsi kepulauan yang terletak di selatan Indonesia dan diapit oleh Selat Timor dan Selat Australia ini, menyimpan segudang kekayaan alam yang mempesona. Mulai dari hamparan lautnya yang sangat eksotik, padang sabananya yang menggemaskan, kulinernya yang memanjakan lidah para wisatawan, kearifan lokal budaya yang mendunia dan berbagai hal unik dan menarik masih belum diketahui oleh para pelancong dari luar NTT.
Makanya, tak berlebihan pada kesempatan ini, catatan redaksi Tafenpah Group, kembali mengulik, meramu, meracik serpihan-serpihan kekayaan alam, budaya, bahasa, karakter, pesona alam, dan berbagai hal unik lainnya.
Catatan Redaksi Tafenpah Group: NTT dalam Perspektif Media Digital, Promosi Kearifan Lokal Atoni Pah Meto, Tantangan Generasi Z dan Alpha di Tengah Propaganda Budaya Asin |
Menelaah perkembangan teknologi di era 21 ini, terutama manfaatnya untuk kemajuan provinsi NTT ini sangat besar.
Bagaimana tidak, melalui ulikan para kreator digital (Blogger, Youtuber, Selebgram, TikToker, Influncer) dan juga para Jurnalis/Wartawan yang ada di bumi NTT turut memajukan pariwisata, budaya, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Selain itu juga, dengan adanya kontribusi dari figur publik, praktisi media digital, akademisi serta lintas profesi dari pemerintah dan swasta juga ikut membesarkan nama NTT di mata dunia.
Inilah keniscayaan dari perkembangan revolusi industri di era 21.
Promosi Kearifan Lokal Atoni Pah Meto/Suku Dawan dalam Perspektif Media Digital
Sebagaimana yang redaksi Tafenpah Group katakan di atas, bahwasannya dengan adanya media digital, masyarakat Dawan (Atoni Pah Meto) yang mendiami wilayah Timor Barat dan sebagian Timor Leste, makin dimudahkan dalam membranding atau memperkenalkan kekayaan budayanya melalui berbagai karya digital, entah karya itu berupa artikel, berita, konten audiovisual sampai pada konten E-Book yang bertebaran di jagad maya.
Kontribusi nyata dari pegiat literasi digital di atas, bertujuan untuk mendukung pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Sinergitas inilah yang perlu ditumbuhkembangkan oleh setiap warga yang ada di bumi Flobamora (NTT).
Di samping kemajuan NTT di era perkembangan media digital saat ini, ada kecemasan juga di kalangan pegiat literasi digital.
Kecemasan itu ditujukan pada sense of culture atau rasa kebudayaan generasi Z dan Alpha yang ada di NTT.
Memang tak bisa dipungkiri, bahwasannya setiap kemajuan, pasti ada tantangannya.
Dalam konteks ini adalah generasi z dan alpha justru tertarik dengan budaya asing (K-Pop, beserta budaya yang ada di Amerika Serikat).
Pasalnya, Amerika Serikat selaku pemenang Perang Dunia Ke-2 memiliki pengaruh besar dalam memasukkan budayanya di berbagai sektor kehidupan bangsa lainnya.
Salah satu dampak yang dirasakan oleh gen z dan alpha adalah film-film Hollywood lebih seksi ketimbang dengan film dokumenter yang mengangkat kisah perjuangan, pendidikan, sosial dan budaya Indonesia, khususnya yang ada di tanah NTT.
Tantangan ini akan terus berjalan. Senada dengan kemajuan teknologi digital yang terus bergerak ke depan, tanpa mengulang ke belakang.
Jika persoalan terbesar ini kita diamkan saja tanpa mendobrak keniscayaan tersebut, beberapa tahun mendatang, kearifan lokal Atoni Pah Meto/Etnis Dawan akan tergerus dengan kemajuan teknologi dan propaganda budaya asing.
Menakar jurang propaganda budaya asing yang kian menyusup, merayap, dan mengobrak-abrik tatanan sosial budaya etnis Dawan, rasanya dada kita makin sesak.
Namun, fakta hari ini mengatakan, generasi z dan alpha akan terus menyukai budaya asing ketimbang budayanya sendiri.
Contoh konkretnya; kita jarang melihat adanya festival yang benar-benar mengangkat kesenian lokal, misalnya tari bonet, tabso, dll.
Justru mata kita dimanjakan dengan goyangan ala super keren dan gemesnya para selebriti mancanegara dengan belahan rok mini yang menampilkan kemolekan pahanya dan juga belahan dadanya yang selalu menyita perhatian publik tanah air.
Tanpa sadar, komunikasi budaya asing lebih manjur, ketimbang budaya bangsa kita, khususnya sebagai warga NTT dengan segala macam kekayaan budayanya.
Lalu, solusi seperti apakah yang perlu kita tawarkan untuk generasi z dan alpha yang hidupnya dari sejak lahir sudah bersentuhan dengan handphone, jaringan internet, dan berbagai fasilitas pendukungnya?
Cara terbaik adalah setiap keluarga berkomitmen untuk terus mengajarkan si buah hati kearifan lokal budaya masing-masing dengan pendekatan humanis, entertainment (menghibur), dan hal-hal teknis, layaknya ajaran tenaga pendidik kepada siswa-siswinya.
Anak-anak juga perlu dibatasi untuk bermedia sosial.
Tentunya masih banyak pendekatan yang sekiranya mempermudah bapak/ibu dalam menanamkan cinta akan kebudayaan sendiri, sebelum bersentuhan dengan budaya luar.
Redaksi Tafenpah Group yakin, pendekatan itu akan semakin sempurna dengan pelbagai karya nyata dari para pegiat literadi digital, tenaga pendidik, tokoh publik, tokoh adat, tokoh agama, dan siapa saja yang berjiwa lokalisme.
Demikian opini singkat dari redaksi Tafenpah Group pada edisi ini.
Salam hangat dan mohon maaf, coretan ini tidak bermaksud untuk menggurui, menyudutkan, bahkan merendahkan pihak manapun ya.
Melainkan tulisan ini sebagai bahan permenungan bersama kita untuk terus bersikap waras dalam melestarikan kearifan lokal budaya kita di era kemajuan teknologi digital.
Instagram penulis @suni_fredy
Posting Komentar untuk "Catatan Redaksi Tafenpah Group: NTT dalam Perspektif Media Digital, Promosi Kearifan Lokal Atoni Pah Meto, Tantangan Generasi Z dan Alpha di Tengah Propaganda Budaya Asing"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat