Nyadu atau Ipar Laki, Asimilasi dari Bahasa Portugis dan Bahasa Atoin Meto di Timor Indonesia
Tafenpah.com
– Pulau Timor di bagian Tenggara Indonesia ini, sejak abad ke-15 dikuasai oleh
bangsa Portugis, lalu menyusul abad ke-16, Belanda pun menduduki kota Kupang
dan sekitarnya.
Selama
perebutan kekuasaan oleh kedua bangsa asing tersebut, warga yang berada di
Sunda Kecil tersebut berafiliasi dengan kebudayaan Belanda dan Portugis.
Untuk
membagi wilayah Timor secara adil oleh kedua bangsa, maka terbentuklah beberapa
perjanjian penting, yakni; Perjanjian Lisboa pada tahun 1859 dan 1893.
Hasil
dari Perjanjian Lisboa adalah Timor Barat, mulai dari Kabupaten Timor Tengah
Utara, Belu, Timor Tengah Selatan hingga kota Kupang (kini menjadi Ibukota
Provinsi Nusa Tenggara Timur menjadi wilayah kekuasaan Belanda atau yang
dikenal dengan sebutan Timor Belanda).
Sedangkan,
Timor Timur (Mantan provinsi ke-27 Indonesia) yang sejak 20 Mei 2002 menjadi Negara
Demokratik Timor Leste masuk dalam wilayah kekuasaan Portugis, sebutan lain
adalah Timor Portugis.
Meskipun
demikian, hingga saat ini, Timor Barat/NTT, secara khusus kota Kupang dan
sekitarnya yang berada di pulau Timor, lebih condong mengadopsi kebudayaan
Portugis.
Hal
itu dapat dibuktikan dengan asimiliasi atau pembauran istilah/penyebutan bahasa
keseharain etnis Dawan Timor Indonesia.
Salah
satu kosakata yang biasanya dipakai oleh warga Atoni Pah Meto/Atoin Meto
(Kelompok masyarakat yang tinggal di daratan kering) adalah Nyadu.
Etimologi
Nyadu/Kunyadu dari Bahasa Portugis
Nyadu
atau Kunyadu dalam bahasa Portugis adalah CUNHADO. Lalu, kosakata Portugis ini
perlahan menjadi istilah umum yang biasanya disematkan kepada saudara/ipar
laki-laki.
Terkait
dengan kronologi kapan dan tokoh pertama yang menggunakan istilah nyadu/kunyadu
dalam bahasa keseharian warga di kota Kupang dan sekitarnya, penulis pun tidak
mengetahuinya dengan pasti.
Akan
tetapi, merujuk pada era kekuasaan Portugis di abad ke-15, penulis pun
mengambil hipotesa atau kesimpulan sementara bahwasannya istilah Cunhado
(bahasa Portugis), perlahan tapi pasti diadopsi oleh etnis Dawan.
Relevansi Nyadu/Kunyadu di Abad 21
Menurut
Harris, Moran dan Moran, dewasa ini hanya 10 % di dunia rasial atau etnik homogen
(Moodian, 2009:4).
Artinya
percampuran lintas budaya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah menjadi
hal biasanya di tengah masyarakat.
Untuk
itu, memahami komunikasi lintas budaya sangat diperlukan oleh setiap warga Negara.
Apalagi, kita tidak pernah tahu, kapan, di mana dan dengan siapa nantinya kita
jatuh cinta, kan?
“Tanpa
pemahaman antarbudaya, seseorang yang tinggal dalam budaya lain hanya akan
mengalami frustasi dan bahkan kegagalan dalam pekerjaan mereka,” tulis Prof.
Deddy Mulyana dalam buku ‘Komunikasi Lintas Budaya.
Sebagai
warga diaspora NTT yang saat ini tinggal di DKI Jakarta, penulis melihat dan
mengamati fenomena pernikahan lintas budaya pun sudah menjadi hal biasa.
Untuk
itu, pendekatan sederhana, terutama dalam memahami istilah umum yang berlaku di
dalam budaya orang lain, menjadi syarat mutlak bagi siapa pun.
Karena
hanya dengan cara demikian lah, kita pun akan menemukan berlian-berlian
berharga. Lebih jauhnya, relasi kita bersama keluarga besar istri atau suami
pun semakin harmonis.
Jadi,
teruntuk siapa saja yang sedang atau nanti serius meminang nona-nona
(perempuan) dari Timor, artikel ini merupakan pintu menuju relasi yang mesra
bersama ipar laki-laki.
Karena
bagaimana pun juga, ipar laki-laki adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan pernikahan Anda, selain orang tua dan orang yang Anda cintai.
Untuk informasi seputar kearifan local budaya Timor NTT, pembaca juga dapat menikmati tontonan
Youtube:TafenpahGroup
TikTok:
@tafenpah.com
Posting Komentar untuk "Nyadu atau Ipar Laki, Asimilasi dari Bahasa Portugis dan Bahasa Atoin Meto di Timor Indonesia"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat