Privasi Story WhatsApp:Pendekatan Teori Managemen Privasi Komunikasi
Penulis: Frederikus Suni
Privasi story whatsapp, pendekatan teori manajemen privasi komunikasi Universitas Siber Asia. Sumber gambar; Sonora |
Tafenpah.com - Setiap detik dan menit, kita akan menemukan puluhan bahkan ratusan story whatsapp yang bertebaran di jagad media sosial milik kita. Penggunaan story whatsapp dapat disesuaikan dengan kebutuhan setiap pengguna aplikasi besutan perusahaan Meta tersebut.
Akan tetapi, kadang kala, kita sebagai pengguna,
belum tentu dapat melihat story whatsapp dari teman, kakak, adik, sanak family,
rekan kerja, kampus, bisnis dan lain sebagainya. Karena adanya ‘Kepemilikan Privasi[1],’ sebagaimana
yang telah diajarkan oleh pakar atau ahli komunikasi Sandra Petronio dalam
teori Communication Privacy Management (CPM).
Kontekstualnya penulis akan mengelaborasikan ‘teori
manajemen privasi komunikasi,’dari Sandra Petronio, khususnya “Kepemilikan
Privasi, dengan pendekatan ‘kualitatif, yang berangkat dari pengalaman penulis,
selaku pengguna aktif di media sosial WhatsApp
Kata Kunci: Story WhatsApp, Kepemilikan Privasi, dan Kualitatif,
Story
WhatsApp
Penggunaan aplikasi
WhatsApp dapat memudahkan kita untuk saling bertukar pesan dengan siapa saja.
Ruang lingkup WhatsApp juga tidak terbatas. Artinya setiap orang bebas
menggunakan aplikasi besutan perusahan Meta ini, sejauh tidak melanggar Pedoman
Komunitas.
Menariknya, aplikasi
WhatsApp juga menyediakan beragam fitur bagi penggunanya.Pemanfaatan fitur
whatsapp juga dapat disesuaikan dengan kadar kebutuhan setiap orang.
Salah satu fitur
whatsapp yang paling banyak digunakan oleh pengguna adalah ‘Story WhatsApp.’
Story WhatsApp
memungkinkan setiap orang untuk membagikan informasi pribadinya, mulai dari
aktivitas kerjanya, makan, berwisata, berdoa, olahraga, ajang reunian, bahan
gabut, alias curhat hingga saling menyebar informasi yang bertentangan dengan
norma dan etika dalam kehidupan bersama.
Frasa terakhir dari
kalimat di atas mengindikasikan bahwasannya, penggunaan story whatsapp juga
dapat dibatasi, artinya kita dapat mengatur siapa saja yang dapat melihat
unggahan story whatsapp kita, atau dalam bahasa Sandra Petronio adalah ‘Kepemilikan Privasi.’
Artinya, ‘Kepemilikan
Privasi, dalam menggunakan aplikasi whatsapp, terutama story whatsapp, kita
berhak untuk membatasi informasi pribadi.
Berikut adalah langkah
sederhana yang biasanya penulis dan mungkin pengguna whatsapp dalam membatasi
siapa saja yang nantinya melihat story kita, sebagai berikut:
Pertama:
Pengguna whatsapp akan diarahkan untuk mengeklik tiga garis kotak di bagian
paling kanan atas dan mencari menu; Setelan/pengaturan.
Kedua:
Pengguna dapat mengeklik tulisan ‘Privasi’ yang terdapat dua informasi penting
yakni; Blokir Kontak dan Pesan Sementara.’
Ketiga:
Pilih fitur Status
Keempat:
Ada tiga pilihan untuk membatasi penglihatan story whatsapp kita, yakni; Kontak
saya, Kontak saya dikecualikan, dan Bagikan hanya ke….
Kelima:
Pengguna akan memilih kontak mana saja yang akan melihat story whatsapp dengan
cara mengaktifkan centang di bagian kotak yang sudah disediakan oleh
pengembang.
Kelima langkah di atas,
tentunya dimaksukan pengembang untuk memudahkan pengguna dalam memanajemen
media sosialnya.
Tujuan dari pembatasan
penglihatan story whatsapp terhadap kontak kita adalah untuk menghindari
hal-hal yang berpotensi pada pelanggaran etika dan moral dalam kehidupan setiap
hari.
Privasi
Privasi adalah hal-hal
yang bersifat individual. Artinya kita boleh saja menggunakan beragam media
sosial, terutama whatsapp dalam menjalin komunikasi bersama siapa saja.
Keterbukaan dalam
bermedia sosial juga ada sisi baik dan buruknya. Di mana, kelebihan dari kita
menggunakan aplikasi whatsapp adalah memudahkan kita dalam berbagi hal-hal
unik, lucu, serius dan lain sebagainya bersama orang yang kita cintai.
Sementara, sisi
kekurangan dari keterbukaan bermedia sosial adalah rentangnya kasus
penyalahgunaan informasi pribadi kita oleh pembenci. Akibatnya, kita sendiri
yang akan dirugikan, baik dari segi afeksi, psikologi, finansial, beban moral,
dan lain sebagainya.
Untuk itu, pentingnya
kita menerapkan manajemen privasi komunikasi. Bukan berarti kita ingin menjaui
kehidupan harian bersama orang lain. Namun, kita berusaha sedemikian rupa untuk
meminimalisir hal-hal yang berpotensi akan menghancurkan diri kita sendiri.
Komunikasi
Maju dan berkembangnya
seseorang dapat dilihat dari seberapa cerdas ia berkomunikasi. Komunikasi tidak
hanya terbatas pada tipikal komunikasi verbal, namun ada juga komunikasi
non-verbal.
Komunikasi non-verbal,
rasanya lebih mengena dan mampu menggugah atau membangkitkan harapan hidup bagi
orang lain, apalagi si komunikator cerdaskan dalam melibatkan semua indra
tubuhnya.
Dalam konteks ini,
komunikasi yang kita jalani di ruang virtual whatsapp, sama halnya sebagai
komunikasi yang kita jalani dan alami dalam kehidupan nyata.
Artinya komunikasi via
virtual whatsapp juga sebagai representasi atau perwakilan dari bahasa tubuh
dan pikiran si komunikator. Begitu pula, pihak penerima atau komunikan.
Untuk itu, komunikasi
yang sehat di ruang lingkup whatsapp dapat menghantar seseorang pada budaya komunkasi
lintas budaya yang sehat dan manfaatnya untuk kemajuan diri sendiri.
Metode
Kualitatif
Apa yang telah
dipaparkan di atas, sejatinya adalah pengalaman nyata penulis sendiri. Di mana,
dalam kehidupan setiap hari, penulis biasanya paling banyak menghabiskan waktu
untuk bertukar pesan hingga melakukan apa saja bersama kenalan dan siapa saja
di ruang virtual, sejauh adanya pertukaran kontak whatsapp.
Dalam sehari, penulis
biasanya menghabiskan 10-12 jam untuk membuka whatsapp. Apakah ini yang
dinamakan candu whatsapp ataukan sejenisnya? Entahlah penulis tidak dapat
mendefinisikan arti yang pasti. Karena segala sesuatu itu absurd, alias tidak
jelas, antara ada dan tiada.
Ini bukan persoalan
pledoi, namun lebih jauh ini tentang jiwa yang sedang kesepian dalam menerobos
labirin semesta.
Sebagai bahan acuan,
penulis akan menjabarkan table berikur seputar aktivitas penggunaan whatsapp
dalam setiap hari, sebagai berikut;
Nomor |
Keterangan |
Waktu |
Bermedia Sosial |
Durasi |
1 |
Bangun
pagi |
Pukul
05.00 WIB |
WhatsApp |
1
Jam |
2 |
Kerja |
Pukul
08.00 WIB |
WhatsApp |
4
Jam |
3 |
Istirahat |
Pukul
12.00 WIB |
WhatsApp |
30
Menit |
4 |
Rumah |
Pukul
17.30 WIB |
WhatsApp |
6
jam |
|
|
|
|
11 Jam 30 Menit |
|
|
|
|
11 Jam 30 Menit |
11 jam 30 menit penulis
habiskan dalam sehari untuk membuka aplikasi Whatsapp. Dalam sebulan, berapa
juta kesempatan dan peluang yang saya lewatkan untuk meningkatkan kualitas
hidup.
Kenyataan ini, kurang
lebih juga dialami oleh pengguna media sosial whatsapp lainnya di dunia ini.
Untuk meminimalisir
kecanduan penggunaan aplikasi whatsapp di atas, penulis biasanya berusaha untuk
membaca buku, maksimal sehari 4 jam, sebagai upaya untuk terapi diri dari
tekanan atau bayangan whatsapp.
Penutup
Kesimpulan
Berdasarkan pengalaman
penulis, terutama menghabiskan 11 jam 30 menit dalam sehari untuk menggunakan
aplikasi whatsapp, seyogyanya tidaklah pantas untuk diri sendiri. Akan tetapi,
hidup di tengah gempuran media sosial dewasa ini, tidaklah muda untuk
menghindarinya.
Sebagai upaya untuk
meminimalisir penggunaan aplikasi whatsapp, penulis biasanya menghabiskan 4 jam
dalam sehari untuk membaca.
Aktivitas membaca dapat
membawa penulis pada pemahaman baru tentang pentingnya ‘Kepemilikan Privasi,’
dalam bermedia sosial.
Semakna dengan pendapat
dari Sandra Petronio dalam ‘Sistem Manajemen Privasi,’ yakni pada poin kedua,
Kepemilikan Privasi.
Tujuan dari kepemilikan
privasi dari kacamata penulis adalah untuk membatasi informasi pribadi. Penulis
tidak bermaksud untuk mengasingkan diri dari pergaulan dunia maya. Akan tetapi,
keterbukaan diri juga berpotensi untuk mendatangkan pelbagai masalah kehidupan.
Untuk itu, pendekatan
dari teori Communication Privacy Manajement (CPM) karya Sandra Petronio dapat
membantu pengguna media sosila whatsapp untuk menjalani hidup, berdasarkan
etika dan moral, sebagaiman panduan media siber di Indonesia.
Daftar
Pustaka
Petronio,
Sandra. “Communication Privacy Manajement Theory.” Universitas
Pembangunan Jaya. Pdf diakses 29 Mei 2024.
Pengalaman Penulis sebagai pengguna aktif media sosial
instagram.
[1]
Petronio, S. “Communication Privacy Manajement Theory.” Universitas Pembangunan
Jaya. Pdf diakses 29 Mei 2024.
Posting Komentar untuk "Privasi Story WhatsApp:Pendekatan Teori Managemen Privasi Komunikasi"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat