Belajar Bahasa Dawan, Ajakan untuk Makan, Banyak Grammar Tapi Substansinya Sama
Penulis: Frederikus Suni
Belajar Bahasa Dawan, Ajakan untuk Makan, Banyak Grammar Tapi Substansinya Sama. Digital Imaging Frederikus Suni/Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Bahasa dawan adalah satu dari sekian banyaknya cabang bahasa Austronesia yang tersisa di bumi Nusa Tenggara Timur. Bahasa Dawan juga kaya akan tata bahasanya. Begitu pun dengan penyebutan dan artinya.
Kekayaan tersebut bermuara atau menuju pada satu substansi atau dasar pemahaman yang sama. Salah satu contoh penggunaan bahasa Dawan yang akan kita kaji bersama dalam episode kali ini adalah admin akan mengajak pembaca untuk menyelami ajakan 'Mari Makan,' dalam versi Dawan.
Mari makan secara umum dalam bahasa Dawan adalah 'EM HE TAH.'
Etimologi atau akar kata dari EM HE TAH terdiri dari 3 suku kata, yakni:
1.EM yang berarti; MARI
2. HE memiliki arti penghubung atau konjungi
3. TAH artinya Makan.
Jadi, kalimat ajakan makan tersebut dapat disesuaikan dengan kata bendanya. Misalnya, si A mengajak B untuk makan nasi. Kalimat ajakan yang baik dan benar dalam bahasa Dawan adalah:
EM NAI HE TAH MA'KA`
Lalu, orang atau pribadi yang kita ajak akan menjawab, kurang lebih seperti di bawah ini:
"Naleok Bae. Neo Tah Nai" yang berarti: Oke/baik. Silakan makan
Sebagaimana dalam judul artikel di atas bahwasannya bahasa Dawan itu gampang-gampang susah untuk dipelajari. Akan tetapi akan menjadi kesulitan tersendiri bagi orang asing/budaya lain yang ingin mempelajari bahasa Dawan. Karena betapa kayaknya arti dan penyebutan.
Dalam kaidah bahasa Indonesia, kita mengenal kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga beserta penggunaan kata ganti jamak.
Nah, dalam bahasa Dawan juga demikian. Persoalannya itu hanya terletak pada penyebutan dan penerjemahan kepada si komunikator/pemberi pesan kepada komunikan atau penerima pesan tersebut.
Meskipun demikian, arti dan makna ajakan makan dalam bahsa dawan itu sama.
Untuk diketahui bersama, bahasa Dawan juga sejatinya kian terasimilasi atau berbaur/tercampur dengan kata dari kebudayaan asing.
Semakna dengan apa yang dikatan oleh Prof. Deddy Mulyana, M.A., Ph.D dalam bukunya, 'Komunikasi Lintas Budaya,' yakni: dewasa ini hanya tinggal 20% bbudaya manusia yang belum terkontaminasi atau bercampur dengan kebudayaan lain.
Artinya, setiap kebudayaan lokal nusantara, terutama bahasa daerahnya sudah mengadopsi kata serapan dari bahasa lainnya.
Bahasa Dawan juga ikut merasakan kemajuan budaya dan teknologi tersebut. Artinya: tak dapat dibantah bahwa kemajuan teknologi komunikasi
dan transportasi dewasa ini telah memungkinkan manusia di berbagai penjuru
dunia saling mengenal dan berhubungan dengan eratnya. Dalam waktu beberapa
menit saja orang bisa berhubungan antarnegara via telepon. Dengan menggunakan
pesawat jet, sekian jam kemudian mereka bisa pula bertemu muka. Bahkan tanpa
bepergian ke luar negeri pun, kita orang Indonesia sering bertemu dengan orang
berbeda budaya, baik dalam arti ras, suku, agama, jenis kelamin, jenis
pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, atau sekdar usia yang berbeda, (Sumber Buku: Komunikasi Lintas Budaya).
Dengan demikian, potretan sederhana dari admin Tafenpah.com pada kesempatan ini, sekiranya memberikan secercah cakrawala bagi pegiat literasi dan juga mereka yang sedang belajar bahasa Dawan dengan beragam kepentingannya.
Kritik dan saran sangat diharapkan admin Tafenpah.com, demi perbaikan karya-karya dari rumah literasi Tafenpah.
Ikutin juga media sosial kami:
Youtube: Tafenpah Group
TikTok:@tafenpah.com
Instagram:@suni_fredy
Posting Komentar untuk "Belajar Bahasa Dawan, Ajakan untuk Makan, Banyak Grammar Tapi Substansinya Sama"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat