Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hubungan Filsafat Liyan dan Cara Pandang Etnis Dawan di Tengah Keberagamaan Nusantara

Penulis: Frederikus Suni 


Digital Imaging Frederikus Suni/Tafenpah.com

Tafenpah.com - Manusia berelasi atau membangun jejaringan komunikasi bersama orang lain, karena adanya dorongan untuk mengeksplor sekaligus mengenali diri sendiri.

Pengenalan terhadap diri sendiri, tidaklah mudah. Karena butuh proses dan perjuangan dari setiap individu secara terus-menerus.




Proses pengenalan terhadap diri sendiri juga sama halnya dengan mengenali orang lain.

Dalam ilmu Filsafat, kita akan berkenalan dengan cabang ilmu filsafat Liyan.

Apa itu Filsafat Liyan?

Filsafat Liyan memfokuskan diri pada pemahaman sekaligus empati terhadap kehidupan sesama atau orang lain.

Pemahaman tentang diri sendiri dan juga orang lain, menerbangkan pikiran kita pada pemenuhan manusia dalam konsep 'Metafisika Timur (Hinduisme) dan filsafat Yunani.



Untuk filsafat Yunani, memang secara garis besar menyajikan potretan pertanyan-pertanyaan terbesar semesta, termasuk manusia.

Namun, lebih jauh, berorientasi pada pemahaman terhadap nilai-nilai universal. Artinya pertanyaan terhadap keberadaan sesama.

Konsep pemikiran tersebut, bertalian erat dengan cara pandang Atoni Pah Meto (orang yang tinggal di tanah kering dan tandus), khususnya etnis Dawan Timor di provinsi Nusa Tenggara Timur/NTT, yakni: AU AOK BIAKIN,' 

Terjemahan AU AOK BIAKIN secara etimologi terdiri dari 2 suku kata yakni: 

AU artinya: Saya
AOK BIAKAN: Diriku yang lain.

Jadi, sederhananya, AU AOK BIAKIN artinya: Diriku yang lain.

Elaborasi filsafat Liyan dan cara pandang Atoni Pah Meto tersebut mendekatkan kita pada pemahaman tentang pentingnya penghargaan terhadap sesama atau orang yang berbeda dari diri kita sendiri.

Pentingnya Pemahaman Filsafat Liyan dan Cara Pandang/ Filosofi Etnis Dawan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia 

Memahami karakter, ideologi, falsafah, cara pikir dan perbedaan di wilayah NKRI, pertama-tama kita harus mengenali diri kita sendiri, termasuk dari mana kita lahir dan ke mana kita akan mengakhiri peziarahan/perjalanan hidup kita di dunia ini.

Konsep pemikiran ini tidak mengindikasi bahwasannya kita akan masuk pada ranah teologi.

Melainkan pendekatan sederhana dalam memakai kemajemukan manusia nusantara.

Sebagimana yang kita ketahui bersama bahwasannya, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar sekaligus kaya akan kemanusiaan beserta sumber daya alamnya.

Sejatinya pluralisme tersebut sudah disatukan para founding fathers atau pendiri bangsa Indonesia yakni: Pancasila.

Bhinneka Tunggal Ika terutama dalam kelima sila Pancasila telah menjadi role model atau kompas kehidupan berbangsa dan bernegara warga Indonesia.

Reaktualisasi Pancasila warga Indonesia terutama dalam semangat berempati, simpati dan mengutamakan human being atau nilai-nilai universal, tidak pernah lepas dari filsafat Liyan dan juga cara pandang Atoni Pah Meto, AU AOK BIAKIN.

Untuk itu, tulisan sederhana dari portal TAFENPAH di edisi kali ini, bertujuan untuk membuka cakrawala kita dalam merasakan kegembiraan sekaligus berempati dengan kehidupan sesama di tengah kebudayaan Nusantara.

Agar hidup kita makin bermakna dengan kebaikan-kebaikan kecil yang kita bagikan kepada sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Ikutin juga media sosial kami di bawah ini 👇 👇 👇 👇 👇 👇 👇 

YouTube TAFENPAH GROUP 
TikTok:@tafenpah.com
Instagram: @suni_fredy





Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Frederikus Suni (Fredy Suni) Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia (Asia Cyber University) | Frederikus Suni pernah DO dari Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang dan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Dian Nusantara (Undira) Jakarta || Terkait kerja sama dan informasi iklan bisa melalui email tafenpahtimor@gmail.com || || Instagram: @suni_fredy || @tafenpahcom || @pahtimorcom || Youtube: @Tafenpah Group

Posting Komentar untuk "Hubungan Filsafat Liyan dan Cara Pandang Etnis Dawan di Tengah Keberagamaan Nusantara "