Mengenal Dua Musim di Timor Barat, Termasuk Aspek Geografis, Religi dan Demografi

Penulis: Frederikus Suni

Atoni Pah Meto dari aspek Geografis, Religi dan Demografi.
Tafenpah.com

Tafenpah.com – Indonesia Tenggara, khususnya Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki dua musim, yakni: musim kemarau dan musim hujan.

Musim kemarau biasanya dimulai dari bulan Juni – November. Sementara, musim hujan akan terjadi pada pertengahan ataupun akhir Desember – akhir Mei dalam setiap tahun.

Dalam konteks pembahasan ini, admin Tafenpah akan kembali menyajikan lanskap atau potretan musim kemarau dan musim hujan, khususnya di Timor Barat Indonesia.

Timor Barat meliputi kabupaten Kupang (Ibukota provinsi Nusa Tenggara Timur), Kabupaten Timor Tengah Selatan/TTS, Kabupaten Timor Tengah Utara/TTU, Kabupaten Malaka (Pemekaran dari Belu), Kabupaten Belu (Atambua).



Merujuk pada aspek geografis, Timor Barat Indonesia yang berbatasan langsung dengan mantan ke-27 provinsi Indonesia, yakni: Timor Timur/TimTim yang sejak tahun 2002 memperolah kemerdekaan penuh, berkat dukungan dari PBB, Portugal, Australia dan Indonesia, Sebagian besar wilayahnya berupa tanah kering, deretan batu karang, padang sabana yang luas, hamparan pantainya yang cantik dan estetik hingga perbukitan yang menampilkan beragam spot instagramable.

Bukan hanya itu saja, Timor Barat juga berbatasan langsung dengan Australia, selain Timor Leste. Suhu udara di Timor Barat sangat panas dan curah hujannya sangat minim.

Panasnya suhu di Timor Barat, terutama  di setiap musim kemarau bisa mencapai 47 – 50 derajat celcius bahkan lebih.

Walaupun begitu, Timor Barat memiliki hamparan sabana atau padang yang sangat luas. Teruntuk pencinta travelling, mengunjungi Timor Barat memang menjadi pilihan yang tepat bagi Anda dan juga keluarga tercinta.

Apalagi Anda mengunjungi Timor Barat di musim Hujan, segalanya tampak hijau dan sungguh menyejukkan hati.

Ketika berada di Timor Barat, wisatawan akan merasakan serihan surga tersembunyi di Timor Belanda tersebut. (Catatan: Timor Belanda ada sejak zaman kolonial Belanda yang kini dikenal dengan sebuatan Timor Barat Indonesia).

Senada dengan euforia kunjungan Anda di SwitZerland yang sangat terkenal dengan keindahan alamnya.

Terpisah dari aspek geografis Timor Barat, saatnya admin Tafenpah akan kembali mengajak pembaca Budiman untuk mengenal lebih dekat aspek RELIGI warga di Timor Barat Indonesia.



Sejenak kita akan kembali bernostalgia dengan zaman penjajahan Belanda dan Porugal. Di mana, sejak pendudukan bangsa koloni (Portugal dan Belanda) di Indonesia, khususnya di pulau Timor, sejatinya saat itulah aspek religi warga Timor Barat mulai mengenal, bersentuhan, menghayati dan menjalaninya kepercayaan Kristen Katolik dan Protestan.

Kristen Protestan merupakan warisan keagamaan dari Belanda. Sementara, Katolik merupakan warisan kepercayaan dari Portugal yang kala itu menguasai wilayah Timor Timur atau yang sekarang kita kenal dengan negara Demokratik Timor Leste.

Jadi, agama mayoritas warga di Timor Barat adalah Kristen (Katolik dan Protestan). Meskipun begitu, arus ‘ruralisasi’ (perpindahan warga dari kota ke desa). Ruralisasi kebalikan dari urbanisasi (perpindahan warga dari desa ke kota).

Sederhananya, arus transmigrasi atau perpindahan warga dari wilayah yang padat ke daerah yang minim penduduknya, juga membawa kepercayaan lain, yakni: Hindu, Budha, Konghucu dan Islam.

Para penganut Islam masuk ke pulau Timor, khususnya Timor Barat melalui jalur perdagangan. Mayoritas penganut Muslim di Timor Barat berasal dari Makassar (Bugis), Sumatera, Padang, Jawa dan daerah lainnya.

Selain itu juga, belakangan ini, adanya pergeseran kepercayaan. Terutama adanya warga lokal yang memilih untuk masuk Islam, karena adanya pernikahan lintas budaya dan juga lintas keagamaan, baik warga Timor Barat yang berada di tanah perantauan hingga tanah Timor sendiri.

Dikotomi tersebut merepresentasikan bahwasannya persoalan kepercayaan di Timor Barat, merupakan ruang privat. Artinya, meskipun warga di Timor Barat mayoritas menganut kepercayaan Kristen Katolik dan Protestan.

Akan tetapi, perihal fanatisme, warga Timor Barat berusaha untuk menghindarinya. Karena urusan kepercayaan itu tergantung kepada pribadi yang menjalaninya.

Justru warga di Timor Barat memilih untuk hidup di bawah nilai-nilai Pancasila. Karena dalam Pancasila, warga Timor terus mengimplementasikan sekaligus mengaktualisasikan makna dari setiap butir-butir Pancasila.

Hasilnya tingkat toleransi di Timor Barat menjadi contoh bagi daerah mayoritasnya Di bumi Nusantara.

Masih dalam topik religi. Minoritas pemeluk agama Hindu, Budha, Konghucu berasal dari etnis Tionghua.

Walaupun begitu, sebagian kecil warga Timor Barat juga memercayai roh yang berada di balik sesuatu yang mereka yakini, lebih tepatnya kepercayaan animisme.

Anismisme adalah keperayaan primitif, di mana warga zaman dulu menyakini dalam setiap benda ada penghuninya (roh) yang menggerakkannya.

Dari kedua topik pembahasan di atas, yakni geografis dan religi, admin Tafenpah juga akan mengupas sekilas mengenai aspek demografi.

Apa itu Demografi? Menilik pengertian demografi berdasarkan Wikipedia, dapat dikatakan bahwasannya Demografi merupakan gabungan dua kata berasal dari bahasa Yunani, yaitu demos dan grafein yang artinya rakyat dan tulisan. Jadi demografi adalah setiap tulisan mengenai rakyat atau kependudukan manusia.

Dalam konteks pembahasan warga di Timor Barat, mayoritasnya memiliki karakter yang keras, tapi sopan. Pembentukan karakter warga Timor Barat dipengaruhi oleh kerasnya didikan dari orang tua, entah orang tua dari zaman dulu hingga di abad ke-21 ini, ciri khas pembentukan karakter generasi muda Timor Barat masih sama.

Bukan tanpa alasan, kerasnya watak warga Timor Barat juga bertalian erat dengan aspek geografisnya yang sangat kering dan tandus, serta luasnya padang sabana di pulau Timor manise.

Perihal kerasnya watak warga Timor Barat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari lingkungan, kepercayaan, politik, usia, pengalaman, nuansa psikologis, ekonomi, antropologi, filsafat, teologi, dan lain sebagainya.

Setelah melalui beragam pengenalan, mulai dari aspek geografis, religi hingga demografi, maka tibalah kita pada epilog atau penutup dari rangkaian safari atau perjalanan pembaca dalam menemukan mutiara-mutiara terpendam seputar indah dan eksotiknya wilayah Timor Barat Indonesia dengan satu pesan penting dari admin Tafenpah, yakni:

“Seberapa jauhnya kita berjalan, tanpa peduli apa pun yang kita lalui, yang pasti, kita akan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai kearifan lokal budaya kita. Karena dari budaya, kita lahir, besar dan mengalami pasang surut kehidupan hingga pada akhirnya kita akan meninggalkan dunia ini dalam bingkai kebudayaan” _ Fredy Suni.

Ikutin juga media sosial kami di bawah ini:

 

Youtube: Tafenpah Group

TikTok: Tafenpah.com

Instagram: @suni_fredy

 


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia. Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Mengenal Dua Musim di Timor Barat, Termasuk Aspek Geografis, Religi dan Demografi"