Etimologi dan Terminologi Kua Tuaf (Tuan Kampung) dalam Keseharian Suku Dawan Timor
Penulis: Frederikus Suni
Tafenpah.com - Terminologi atau istilah 'Kua Tuaf ' dalam interaksi dan komunikasi harian antar Atoni Pah Meto (Suku Dawan Timor) menjadi hal biasa dalam memaknainya. Sedangkan, terminologi tersebut, tampaknya sangat asing bagi masyarakat di luar suku Dawan.
Karena itu, dalam artikel ini saya akan membahas etimologi dari 'Kua Tuaf ' sebagai bahan kajian studi Ilmu Komunikasi.
Pertama-tama'; kita akan melihat bersama arti etimologi. Etimoloi merupakan salah satu cabang ilmu Linguistik yang mempelajari asal-usul, perubahan dan pembentukan kata.
Etimologi sendiri berasal dari bahasa Yunani yakni; Etymos yang berarti kata dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah atau makna kata dasar merupakan ilmu yang mempelajari kata.
Setelah kita melihat penjelasan linguistik dari etimologi, saatnya kita akan mengelaborasi atau tahap pengembangan ide, khususnya terminologi 'Kua Tuaf.'
Etimologi Kua Tuaf
Kua Tuaf terdiri dari dua kata yakni: Kua metatesis dari Kuan yang berarti Kampung. Sedangkan Tuaf merupakan Tuan atau Pemilik.
Jadi, Kua Tuaf merupakan gelar penghormatan yang diberikan masyarakat di suatu wilayah atau kampung kepada kelompok suku, terutama tua adat yang pertama kali tinggal di wilayah atau kampung tersebut.
Makna pemberian sekaligus Penghormatan kepada Kua Tuaf atau Tuan Kampung
Filsuf Ernst Cassirer mengatakan manusia pertama-tama harus didekati dari budayanya. Sebab pada kenyataannya, manusia adalah makhluk yang membudaya, yakni; makhluk yang hidup dalam dan melalui unsur-unsur budaya itu sendiri.
Perihal makna penghormatan masyarakat kepada Kua Tuaf dalam tradisi kebudayaan suku Dawan Timor, juga didasarkan pada kecakapan-kecakapan pribadi pemilik kampung di antaranya; pendiri atau pemilik kampung tersebut harus memiliki keberanian, kekuataan, kesetiaan, kewibawaan, serta dedikasinya dalam mengembangkan sistem demokrasi dalam keseharian warganya.
Penghormatan kepada Kua Tuaf bukan hanya berlaku bagi masyarakat yang bermukim atau tinggal di wilayah tersebut, melainkan penghormatan tersebut juga datang dari tetua adat yang berada di kampung tetangga hingga pemimpin di kota/provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kua Tuaf Sebagai Studi Kebudayaan Perjalanan
Dewasa ini, terutama di bawah perkembangan dan kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memungkinkan setiap orang untuk saling mempelajari kebudayaan orang lain. Apalagi, Indonesia merupakan embrio atau pusat benihnya kebudayaan dunia yang makin seksi dan menggoda wisatawan mancanegara.
Studi kebudayaan dalam etimologi dan terminologi Kua Tuaf dalam artikel ini, saya memaknainya sebagai drama perjalanan.
Bagaimana tidak, merujuk pada ajaran dari filsuf blasteran Yahudi dan Jerman, Ernst Cassirer, yakni: manusia pertama-tama harus didekati dari budayanya.
Artinya, bagi Anda yang suka bepergian atau traveling ke berbagai destinasi wisata yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya daratan Timor Barat Indonesia (Kabupaten Timor Tengah Utara, Belu, Malaka dan Timor Tengah Selatan), tentunya Anda pun butuh pengetahuan dasar seputar kebudayaan termasuk sapaan kepada masyarakat yang bermukim di wilayah destinasi tersebut.
Dengan membaca dan memahami artikel ini, saya pun yakin, bahwasannya kisah perjalanan Anda bersama keluarga tercinta di bumi Timor Barat Indonesia akan terasa makin bermakna dan tentunya sangat menyenangkan, lho.
Tafenpah.com |
Jika tulisan saya ini sekiranya memberikan potretan yang bermanfaat terkait satu dari sekian banyaknya kearifan lokal budaya Atoni Pah Meto (Suku Dawan Timor NTT), silakan Anda membagikan (share) artikel ini kepada teman hingga komunitas Anda di berbagai laman media sosial.
Ikutin Juga Media Sosial Kami di bawah ini:
Youtube : Tafenpah Group
TikTok : @tafenpah.com
Instagram:@suni_fredy
Posting Komentar untuk "Etimologi dan Terminologi Kua Tuaf (Tuan Kampung) dalam Keseharian Suku Dawan Timor"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat