Ancaman Negatif Media Sosial Love Scammers

Oleh : Mahasiswa UNIVERSITAS DIAN NUSANTARA

Ancaman Negatif Media Sosial Love Scammers, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

Fenomena Kejahatan Terjadi di Media Sosial Berdasarkan Analisis Teori Behavioral

Tafenpah.com - Pada masa kini, berbicara tentang teknologi dan komunikasi, tentu tidak akan dipisahkan satu sama lain, bahkan senantiasa terhubung, melingkupi segala aspek kehidupan manusia. 

Perkembangan teknologi yang memuat beragam arus informasi tak terbatas, dibarengi dengan kemudahan, dalam mengakses, memberikan pengaruh dan dukungan besar terhadap aktivitas penggunaan internet.

Berikut penjelasan dari data riset lembaga Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet


Baca Juga: Bahaya Publikasi Data Pribadi di Media Sosial 



Indonesia (APJII), menjelaskan bahwa tren terkini jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun 2024 menyentuh angka 221.563.479 jiwa dari jumlah Penduduk Indonesia sekitar 278.696.200 jiwa pada tahun 2023 dan hasil survei itu juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang begitu besar pada jumlah pengguna internet jika dilihat dari perspektif gender antara pria (50,7%) dan wanita (49,1%). 

Adi Saputra, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

Aktivitas penggunaan internet telah membuka ruang interaksi sosial lainnya yang membuat segala kemungkinan dapat terjadi di dalam kehidupan manusia.

 Bagaikan pedang bermata dua, hal ini dapat membantu menciptakan peluang dan kesempatan baik bagi yang mengharapkan, akan tetapi bersamaan dengan munculnya risiko dari berbagai rupa kejahatan siber yang berpotensi menimbulkan kerugian materiil maupun non materiil bagi orang-orang yang menganggap dirinya sebagai korban. 




Realitas ini telah membentuk variasi lain tentang bagaimana cara menjalin hubungan cinta melalui ruang virtual perpaduan antara kecanggihan teknologi informasi, internet, dan komunikasi, yang disebut sebagai dunia maya.

Cinta seringkali dikaitkan dengan sesuatu yang indah, murni, dan dikatakan sebagai seni dengan romansa didalamnya. Namun, kini dapat disalahgunakan oleh segelintir orang demi mencapai tujuan tertentu. 

Seiring dengan kemudahan akses internet yang ditawarkan serta meluasnya penggunaan media sosial yang berhasil dalam menciptakan ruang interaksi sosial lainnya, maka hal ini juga berbanding lurus dengan besarnya risiko dan bentuk eksploitasi emosi sehingga muncul fenomena baru yang mengerikan disebut dengan istilah love scam.

Windy Christianty Angkouw, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

Seorang penya’ir hebat bernama Kahlil Gibran mengatakan, “Terpujilah cinta yang mampu mengisi kesepian manusia dan mengakrabkan hatinya dengan manusia lain”.

Apa mungkin pelaku love scam tergerak melancarkan aksi penipuan sebab terinspirasi oleh kata-kata penyair? Jika iya, maka dapat dikatakan pelaku benar-benar penipu ulung yang tak tanggung-tanggung dengan rujukannya.

Sebagian orang yang belum memiliki jodoh atau merasa kesepian melakukan upaya “coba-coba” mencari pasangan dengan berselancar di dunia maya. 

Para korban biasanya mengabaikan peringatan karena pelaku penipuan selama kurun waktu tertentu sangat intens mengakrabkan diri dan meyakinkan bahwa mereka bisa menjalin hubungan cinta melalui dunia maya. 

Setelah berhasil meyakinkan target dan mendapatkan respon yang diharapkan, mulailah si penipu melancarkan aksinya untuk meminta uang, harta benda, dan barang berharga lainnya.

Tak jarang dari mereka yang kemudian mengalami kerugian materiil akibat tindak penipuan tersebut bahkan diantaranya menyisakan pengalaman trauma mendalam yang dapat mengubah cara pandang seseorang terhadap cinta dan kepercayaan. 

Siapa sangka dibalik layar ponsel yang menyala terang tersimpan bahaya yang mengintai?

Cinta yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan kini justru menjadi alat untuk menghancurkan hati dan merampas harta.

Maraknya fenomena love scam ini menjadi bukti bahwa dunia maya tak selamanya indah. 

Lantas, mengapa fenomena ini bisa terjadi? 

Selain disebabkan oleh adanya dorongan ekonomi, adapun faktor psikologis yang berperan. Kebutuhan akan kasih sayang, rasa kesepian, dan keinginan untuk dicintai membuat seseorang rentan terjebak dalam hubungan palsu dengan manipulator ulung.

Vanni Veronika, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

Studi kasus di Manado, menceritakan bagaimana seseorang berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya dan demi keberlangsungan hidupnya sendiri. Ia harus mencari pekerjaan yang pada akhirnya memaksa dirinya berubah menjadi orang jahat “bejat” dan terjebak dalam lingkaran hitam. Ia rela menghabisi korban dengan memanfaatkan “cinta” untuk kepentingan pencapaian target pada sebuah perusahaan.

Media sosial dan aplikasi kencan dapat dikatakan sebagai perantara yang digunakan dalam fenomena love scam. Integritas media sosial sekarang patut dipertanyakan karena begitu banyak dampak yang terjadi. 

Pelaku love scam melakukan aksi penipuan dengan cara membangun hubungan dan kepercayaan, menjadikan diri sebagai karakter palsu hingga berujung pada drama finansial yang telah direncanakan.

Dalam ilmu komunikasi melalui pendekatan teori behavioral (Sendjaja, 2021) menekankan bahwa suatu pesan dapat mempengaruhi bahkan mengubah perilaku individu. 

Penyajian pesan yang dilakukan oleh pengirim pesan (komunikator) dianggap sebagai stimulus, sedangkan respon si penerima pesan (komunikan) dianggap sebagai hasil dari reaksi terhadap stimulus yang ada. 

Pesan dapat direkayasa sedemikian rupa oleh si pengirim pesan (komunikator) sebagai strategi dalam berkomunikasi. 

Kemudian pesan dimaksud diharapkan dapat memberikan pengaruh kepada si penerima pesan (komunikan) agar merespon melalui tindakan yang dikehendaki si pengirim pesan (komunikator).

Para pelaku dengan mudahnya mengambil identitas dari sembarang orang berupa gambar dan karakter palsu serta menggunakan identitas itu pada media sosial mereka untuk menarik perhatian calon korban. 

Kemudian, pelaku melakukan pendekatan kepada calon korbannya dan menyusun strategi agar calon korban masuk ke dalam perangkapnya. 

Serangan romansa yang dilakukan pelaku begitu intens guna membangun hubungan, kepercayaan, dan keterbukaan diri sehingga korban bersedia menuruti segala permintaan dari pelaku.

Setelah pelaku merasa telah mendapatkan apa yang diinginkannya, maka pelaku perlahan-lahan menghilang dan menghindari korban. 

Perkembangan hubungan ini pun berlangsung begitu cepat. Love scam merupakan aksi penipuan memanfaatkan perasaan dan emosi seseorang untuk mendapatkan keuntungan finansial atau informasi pribadi.

Pelaku seringkali menyematkan pernyataan cinta secara berlebihan seperti "aku sayang banget sama kamu", " aku tidak sabar ketemu kamu" dan "kamu adalah orang pertama yang benar-benar aku cinta". 

Pelaku juga seringkali menceritakan kisah sedih penuh dramatisasi yang boleh jadi tidak benar-benar dialami olehnya. Topik percakapan seperti pengalaman kehilangan anggota keluarga, adanya masalah keuangan, atau sedang mengalami penyakit serius menjadi keharusan untuk memperoleh rasa simpati dan empati dari korban.

Resty W. Pratandani, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

Setelah pelaku menceritakan kisahnya dan korban menganggap bahwa apa yang diceritakan pelaku sebagai musibah dan kisah yang sangat memilukan, maka pelaku mulai meminta uang kepada korban dengan berbagai alasan, seperti untuk keperluan biaya perjalanan, pengobatan, atau masalah keuangan lainnya. 

Pelaku seringkali menghindari pertemuan langsung dengan korban, dengan alasan seperti jarak jauh, sedang sibuk urusan pekerjaan, berhalangan sebab adanya masalah pribadi, masalah di kantor dan lain-lain.

Adapun solusi yang dapat ditawarkan sebagai upaya preventif agar tidak terjerumus menjadi pelaku love scam seperti dari “Studi kasus di Manado”, diperlukan pendekatan menyeluruh yang melibatkan beberapa aspek sosial, ekonomi, dan psikologis, antara lain:

1. Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi

Salah satu alasan utama seseorang menjadi pelaku penipuan cinta adalah tekanan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. 

Oleh karena itu, dengan adanya lapangan pekerjaan yang stabil dan pendapatan yang memadai, seseorang tidak perlu mencari cara-cara ilegal seperti scamming. Menurut Samudera, Anton Hendrik (Jurnal Berkala) 31.1 (2019) : 59-74 tentang “Modus Operandi dan Problematika Penanggulangan Tindak Pidana Penipuan Daring” menjelaskan berbagai teknik penipuan yang digunakan oleh pelaku, tetapi juga mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan tindak pidana ini .

Ia menyatakan, bahwa pentingnya peran penegak hukum dan keefektifan masyarakat untuk memerangi cara-cara dari modus digital. Disisi lain Pelaku Love Scam yang terjerumus dengan pekerjaan tersebut menjadi dilema karena tuntutan ekonomi keluarga. 

Terlepas dari semua itu seharusnya secara individu kita lebih berusaha membangun karakter yang jelas, berusaha menjadi pribadi yang mampu bersosialisasi di lingkungan yang sehat, berani terbuka kan ketidakmampuan, andil dalam mengambil keputusan, berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak sesuai kapasitas diri. Jangan pernah memaksakan sesuatu di luar keterbatasan kita.

Peran pemerintah pun harus lebih memadai akan status ketidakmampuan individu baik secara fisik maupun mental, materi dan pendidikan. 

Adakan sebuah perubahan untuk mendukung masyarakat yang sekarang lebih berpartisipasi diri menjadi “budak” di negara tetangga .

2. Pendidikan Moral dan Etika

Membangun kesadaran moral dan etika dalam masyarakat sangat penting. Hal ini bisa dilakukan melalui pendidikan formal maupun informal yang menekankan pentingnya kejujuran, empati, dan tanggung jawab sosial. 

Individu perlu mengembangkan dan memelihara kesadaran bahwa memanfaatkan kepercayaan, perasaan, emosional seseorang adalah tindakan yang salah dan membawa dampak yang buruk bagi korban.

3. Kesadaran Akan Bahaya Perusahaan yang Eksploitatif

Mencegah seseorang bekerja di perusahaan yang melakukan tindakan ilegal dan eksploitatif juga merupakan langkah penting. Perusahaan yang beroperasi dengan motif “komunis” dalam konteks ini mengacu menekankan para pekerja dan pemaksaan target yang tidak etis. 

Pemerintah harus meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan semacam ini, serta menyediakan kesempatan kerja yang lebih aman dan legal bagi masyarakat, sehingga mereka tidak tergoda untuk bergabung dengan organisasi yang mendorong tindakan kriminal.

Rangga Riski W, Mahasiswa Universitas Dian Nusantara/Tafenpah.com

4. Bantuan Psikologis dan Dukungan Sosial

Dalam beberapa kasus, pelaku love scam terjerumus karena merasa tidak punya pilihan lain akibat kesulitan hidup dan keterasingan sosial. Memberikan dukungan psikologis, baik dalam bentuk konseling maupun terapi, dapat membantu seseorang keluar dari situasi sulit dan mencegah mereka mencari jalan pintas yang ilegal. 

Juga penting untuk menyediakan program dukungan sosial seperti pusat bantuan bagi individu yang merasa terjebak dalam situasi ekonomi yang sulit.

Kontributor Mahasiswa Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren -  Jakarta Barat 

1) Adi Saputra

2) Rangga Riski W.

3) Resty W. Pratandani

4) Vanni Veronika

5) Windy Christianty Angkouw


Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Ancaman Negatif Media Sosial Love Scammers "