Mungkinkah Internet Bagian dari Produk Marxisme? Bagaimana Pembuktian Teori Tim Jordan dan Relevansinya terhadap Kemajuan Ilmu Komunikasi

Oleh: Frederikus Suni 


Mungkinkah Internet produk dari Marxisme? Sumber gambar: Tirto

Tafenpah.com - Kehadiran internet bukan untuk menggantikan atau meniadakan struktur sosial dalam kebudayaan Nusantara. Tapi, sebagai mediasi atau jalan tengah komunikasi antar setiap pribadi, kelompok, komunitas hingga jalinan komunikasi lintas budaya, baik dalam cakupan domestik hingga mancanegara.

Kendati demikian, kehadiran internet juga mengundang tanya di kalangan akademisi hingga praktisi.

Di mana, ada yang berpendapat bahwasanya teknologi ada untuk membantu komunikasi manusia dalam waktu dan jarak yang tak terbatas.

Baca Juga: 

Ancaman Negatif Media Sosial Love Scammers





Di samping itu, ada yang menganggap kehadiran internet akan menggantikan semua proses sosial dalam tradisi kearifan lokal budaya Nusantara.

Sejatinya perdebatan tersebut sampai kapan pun tidak ada ujung temunya, alias endingnya.

Dalam kondisi tersebut, saya ikut mempertanyakan 'mungkinkah internet bagian dari produk Marxisme?'

Sebelum kita mencermati sekaligus mendiskusikan pertanyaan tersebut, alangkah baiknya kita melihat pendapat dari Anthony G. Wilhelm, dalam buku 'Democracy in the Digital Age.

Anthony G Wilhelm mengatakan kehadiran teknologi internet bisa ditanggapi secara berbeda oleh setiap orang, terutama para akademisi dan praktisi.

Dari semua persepsi dan juga jawaban para akademisi dan praktisi, tiada satu pun yang membuahkan hasil.

Karena perdebatan terkait kelebihan dan kekurangan dari hadirnya teknologi internet akan selalu ada dan menyejarah bersama peradaban manusia.

Untuk itu, tak menutup kemungkinan bahwasanya teknologi internet adalah bagian dari produk atau hasil pikiran paham Marxisme.

Apa itu Marxisme? 




Marxisme adalah metode atau cara analisis sosial ekonomi. 

Dalam menganalisa sosial ekonomi dunia, biasanya para ahli/praktisi menggunakan interpretasi dialektis dan materialisis tentang perkembangan sejarah (materialisme historis).

Tujuannya adalah untuk menganalisis hubungan kelas, konflik sosial dan transformasi sosial.

Perihal internet adalah bagian dari produk Marxisme, setidaknya ada beberapa pertimbangan saya di bawah ini:


Pendapat Tim Jordan yang mengatakan bahwa sifat internet pada dasarnya adalah anti hierarki.

Persoalan tersebut selaras dengan Marxisme yang anti terhadap kepemilikan pribadi, terutama superioritas kaum Borjuis/kapatalis/kelompok yang tingkat ekonomi menengah ke atas terhadap kaum proletar/kelas ekonomi pas-pasan bahkan di bawah standar hidup.

Kedua: Dunia Virtual Menyatukan Semua Orang dan Setara

Tim Jordan juga menyadari betul akan dampak positif dari kehadiran dunia virtual atau yang biasanya kita kenal dengan jaringan internet.

Di mana, siapa pun yang sudah menggunakan produk internet akan merasa setara atau sama dalam berjejaringan.

Konsep tersebut, kurang lebih dihidupi oleh para pengikut Yesus Kristus semasa awal pengejaran umat Kristen di Yerusalem.

Artinya, saat itu, meski umat Kristen awal merasa terintimidasi oleh penguasa, akan tetapi di antara pengikut Yesus Kristus yang percaya pada penyelenggaraan Roh Kudus, bersatu padu dalam semangat untuk saling merangkul tanpa membedakan satu dengan yang lainnya.

Mereka semua setara atau sama sebagai pribadi yang memiliki akal budi.

Metodologi tersebut berlaku dalam dunia Marxisme. Ya, jelas lah. Karena paham Marxisme kan muncul atau terinspirasi dari kehidupan awal umat kristen di Yerusalem.

Di mana, semangat kesetaraan tersebut juga berlaku dalam dunia virtual atau konektivitas jaringan internet.

Ketiga: Internet tidak mengenal birokrasi yang berbelit-belit.

Hadirnya jaringan internet telah menjauhkan birokrasi yang rumit atau berbelit-belit.

Artinya, pengguna internet tidak terlalu pusing dengan ketat dan ribetnya birokrasi di dunia nyata.

Keempat: Internet juga mengaburkan batasan-batasan geografis.

Artinya, dunia virtual yang berkembang saat ini memungkin setiap orang untuk bersay-hello lintas wilayah.

Inilah satu kekuatan maha dahsyat yang sebelumnya tak terpikirkan oleh generasi pendahulu kita.

Kita yang hidup di era canggihnya jaringan internet, semestinya lebih mensyukuri hidup ini.

Karena segala sesuatu terasa mudah dan simple dalam mendapatkan apa yang kita cari.

Kelima: Jaringan internet juga membantu kita dalam berkomunikasi tanpa batas.

Jika dulunya kita ingin membangun komunikasi lintas budaya dan lintas negara, kita pun harus bepergian ke negeri asing untuk bertemu dan berdiskusi dengan kebudayaan baru.

Namun, sejak maraknya pembangunan jaringan internet dalam negeri era kepemimpinan presiden Joko Widodo melalui program Base Transceiver Station (BTS), kita bebas untuk menjalin komunikasi dengan budaya dan suku bangsa lainnya di dunia ini.

Kemajuan teknologi internet ini juga memberikan andil yang besar bagi pertumbuhan industri kreatif Indonesia, terutama kearifan lokal budaya Nusantara yang kekayaannya sejak lama menjadi incaran bangsa asing.

Relevansi Kemajuan Teknologi Internet dan Sumbangan terhadap Ilmu Komunikasi di Indonesia.

"Orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia bisa dipastikan akan 'tersesat,' karena ia tidak bisa menaruh dirinya dalam lingkungan sosial."

Pendapat Prof Deddy Mulyana tersebut juga merupakan bagian dari epilog atau penutup dari rangkaian pembahasan kita di edisi kali ini.

Di mana, sumbangan jaringan internet terhadap Ilmu Komunikasi di Indonesia benar-benar nyata.

Karena bagaimana pun juga, sejak hadirnya teknologi internet dalam kehidupan bangsa kita, kita pun mendapatkan banyak 'insight' seputar novelty atau pembaharuan secara kontinyu terhadap kearifan lokal budaya nusantara.

Selain itu, kita juga diajak untuk lebih terbuka dengan dunia luar. Artinya komunikasi kita tidak lagi sebatas dalam negeri, tapi jangkaun komunikasi kita makin mengglobal.

Untuk itu, kita perlu mempelajari semak-beluk dampak dan pengaruh di balik gercapnya kemajuan teknologi internet.

Agar komunikasi yang kita bangun juga ikut memberikan impact terhadap kemajuan studi Ilmu Komunikasi Indonesia yang berbasiskan pada kearifan lokal budaya nusantara serta historitas lainnya.

Sumber:  Interpretasi Pribadi & Buku Komunikasi AntarBudaya di Era Budaya Siber, karya Rulli Nasrullah.

Ikutin juga media sosial kami di bawah ini 👇 👇 👇 

YouTube: TAFENPAH GROUP 

TikTok: Tafenpah.com

Instagram: @suni_fredy

Facebook: @fredysuniII






Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk " Mungkinkah Internet Bagian dari Produk Marxisme? Bagaimana Pembuktian Teori Tim Jordan dan Relevansinya terhadap Kemajuan Ilmu Komunikasi "