Persepsi Budaya, Bagaimana Etnis Dawan Timor Memandang Kehidupan di Tengah Kemajuan Artificial Intelligence

Penulis: Frederikus Suni 

Persepsi Budaya. Potretan Stefanus Binsasi dari Kefamenanu yang sedang takjub dengan derasnya kemajuan teknologi di ruang publik Jakarta Pusat. Foto: Frederikus Suni/Tafenpah.com

Tafenpah.com - Setiap kebudayaan memiliki cara pandang yang berbeda dalam memaknai kehidupan. Masyarakat adat suku Dawan Timor NTT, melihat kemajuan teknologi, terutama pesatnya penggunaan 'artificial Intelligence/kecerdasan buatan di berbagai sektor kehidupan seperti sesuatu yang tidak tersentuh, alias ruang kosong dalam perdebatan para filsuf Yunani.

Karena terbatasnya pemahaman dan juga kurangnya edukasi dari para praktisi pendidikan hingga pemerintah setempat.

Jika pun edukasi seputar kemajuan penggunaan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence sudah disosialisasikan oleh praktisi pendidikan hingga pejabat daerah kepada masyarakat.

Akan tetapi, edukasi tersebut hanya menyasar segelintir orang hingga kelompok tertentu.




Pertanyaannya, bagaimana dengan kelompok masyarakat yang belum pernah atau tidak memahami kelebihan dan kekurangan dari penggunaan 'artificial Intelligence,' terutama kelompok masyarakat adat etnis Dawan Timor yang sebagian besar masih mengandalkan cara-cara konvensional dalam melakukan segala sesuatu, mulai dari petunjuk jalan, pembayaran kes ketimbang menggunakan Qris dalam bertransaksi, pengurusan data administrasi hingga lain sebagainya?

Sebelum kita melanjutkan pembahasan tersebut, pertama-tama kita akan melihat kelebihan dan kekurangan dari penggunaan 'artificial Intelligence.

Kelebihan Artificial Intelligence/AI

- Peningkatan produktivitas 
- Kemampuan analitik
- Pembelajaran mandiri 
- Inovasi Baru
- Kemudahan dalam melakukan sesuatu dari jarak jauh, dll.

Kekurangan Artificial Intelligence/AI

- Kurangnya kemampuan manusia dalam menggunakan emosi
- Adanya kecemasan terhadap perkembangan karir
- Meningkatnya kejahatan Siber
- Penyalahgunaan data pribadi
- Ketergantungan manusia terhadap teknologi, dll.

Nah, setelah kita membahas kelebihan dan kekurangan dari penggunaan 'artificial Intelligence/AI dalam kehidupan manusia, setidaknya memberikan pemahaman baru, terutama kepada para praktisi pendidikan dan pejabat daerah untuk lebih getol dalam mengedukasi masyarakat adat Dawan Timor yang selama ini belum pernah memahami kemajuan teknologi, terutama kehadiran otomatisasi AI/artificial Intelligence dalam kehidupan sehari-hari.

Karena setiap suku bangsa, terutama etnis Dawan Timor memiliki hak yang setara dalam mendapatkan informasi yang bermanfaat terkait kemajuan teknologi terutama penggunaan 'artificial Intelligence dalam berbagai bidang kehidupan.

Perspektif Masyarakat adat Timor Dawan Terkait Penggunaan Artificial Intelligence 

Setiap kebudayaan pastinya memandang penggunaan 'artificial Intelligence itu berbeda.

Masyarakat adat Timor Dawan memandang AI semacam sesuatu yang tidak mungkin tersentuh.

Karena minimnya penggunaan AI dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, edukasi seputar kemajuan Artificial Intelligence masih sebatas formalitas.

Hal itu, justru sangat berbeda dengan perspektif atau pandangan masyarakat etnis Jawa yang sedari kecil sudah hidup dan berdampingan dengan penggunaan 'artificial Intelligence,' terutama di pusat-pusat perbelanjaan, transportasi, sekolah, perkantoran, lingkungan kerja, perumahan, perangkat desa dll.

Kendati demikian, saya tidak mereduksi bahkan mendiskreditkan kelompok etnis Dawan Timor NTT.

Karena bagaimanapun juga, setiap kebudayaan memiliki cara pandang yang berbeda dalam memaknai simbol-simbol dalam kehidupan setiap hari.

Persepsi Inti dari Komunikasi 

Setiap suku bangsa memakai dan menjiwai perkembangan zaman, terutama maraknya otomatisasi atau penggunaan 'artificial Intelligence/AI dalam mobilisasi/pergerakan manusia dari suatu tempat ke tempat lainnya, dengan sudut pandang yang berbeda dan unik.

Masyarakat adat Dawan Timor yang sejak lahir hingga saat ini masih kental dengan nuansa kearifan lokalnya dalam setiap peredaran zaman, tentunya berbeda dengan kelompok masyarakat yang hidup di kota-kota besar atau metropolitan tanah air.

Meski adanya range atau jarak pengetahuan dan pengalaman hidup, antara masyarakat adat Dawan Timor dan warga kota metropolitan memiliki ciri khas dalam memandang segala sesuatu.

Untuk itu, persepsi atau pandangan didasarkan pada pengalaman hidup.

Semakin tingginya mobilitas atau pergerakan seseorang, maka semakin tinggi pribadi yang bersangkutan 'open minded' atau terbuka terhadap perkembangan zaman, termasuk kehadiran Artificial Intelligence/AI dalam setiap sektor kehidupan manusia.

Hipotesa

Masyarakat adat Dawan Timor memandang kemajuan teknologi, terutama maraknya penggunaan 'artificial Intelligence tidak seheboh dengan kelompok masyarakat yang ada di perkotaan.

Artinya, masyarakat adat Dawan Timor memandang kemajuan teknologi tidak akan mengasingkan mereka dari alam, budaya, tradisi dan cara mereka menjalani hidup.

Hal demikian sangat berbanding terbalik dengan kelompok masyarakat yang hidup di kota besar mana pun.

Di mana, masyarakat yang hidup di kota memiliki tingkat stres dan depresi yang tinggi, ketimbang masyarakat adat Dawan Timor yang hidup di daerah pegunungan, pantai, lembah dan dataran savana yang hijau permai.

Untuk itu, kemajuan teknologi terutama penggunaan 'artificial Intelligence tidak akan pernah mengubah persepsi atau pandangan masyarakat adat Dawan Timor NTT dalam menjalani Komunikasi harian bersama diri mereka sendiri, lingkungan sekitar hingga kebudayaan lain.

Masyarakat adat Dawan Timor NTT tidak anti terhadap kapitalisme, terutama kemajuan teknologi. 

Namun, mereka memiliki cara sendiri dalam menjalani hidup. Di mana, mereka akan hidup berdampingan dengan alam dan teknologi itu sendiri.

Semakna dengan pandangan filsuf Baruch de Spinoza yakni manusia memandang satu substansi yang tunggu dan sama dalam hidupnya yakni alam atau Tuhan.




Frederikus Suni Admin Tafenpah Group
Frederikus Suni Admin Tafenpah Group Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Persepsi Budaya, Bagaimana Etnis Dawan Timor Memandang Kehidupan di Tengah Kemajuan Artificial Intelligence"