Kekhawatiran Memasuki Usia 30 Tahun, Bagaimana Menyikapinya?
Oleh: Frederikus Suni
Kekhawatiran Memasuki Usia 30 Tahun, dan bagaimana menyikapinya? Sumber gambar: Pixabay |
Tafenpah.com - Cemas, takut, perasaan rendah diri dan ketidakpercayaan terhadap setiap usaha di awal usia 30 tahun merupakan masalah yang hampir dialami oleh setiap orang.
Persoalan tersebut bagi pakar Psikolog disebut 'krisis identitas.'
Entah apa itu benar atau tidak, saya pun sedang berada di fase demikian.
Saya memasuki usia 30 tahun di bulan Oktober lalu. Dalam keadaan diam, saya mengamati sekaligus mencari tahu setiap arah pikiran saya.
Kemudian, di satu fase saya menemukan kelemahan saya yakni terlalu cemas dengan segala sesuatu yang belum tentu terjadi di masa depan.
Akibatnya, keadaan psikologis saya terganggu, makan tidak teratur, suka begadang, sering menyendiri dan berbagai perasaan inferior/rendah diri.
Kebanyakan orang mungkin saja menilai dan melihat saya dalam keadaan baik-baik saja.
Namun, pandangan mereka sejatinya tidaklah akurat atau 100 persen benar.
Karena saya menyimpan banyak luka batin. Luka batin itu berupa deretan kegagalan yang pernah saya alami di masa lalu, luka karena dikhianati, luka karena sering digosipin, luka karena belum banyak membantu kesejahteraan keluarga, dan berbagai peristiwa yang secara tak sadar mengerdilkan ataupun mengasingkan diri saya sendiri.
Akibat yang paling fatal dari deretan peristiwa luka tersebut adalah hingga kini saya merasa apa yang ada dalam diri saya bukanlah pribadi saya sendiri.
Melainkan kepribadian orang lain. Karena saya terlalu peduli dan mendengarkan pendapat orang lain.
Padahal yang tahu betul kepribadian serta apa yang terbaik dalam setiap langkah kakiku adalah diri sendiri.
Kendati demikian, sejak bulan lalu saya merayakan hari kelahiran, di situlah saya menyadari akan pentingnya menghargai diri sendiri.
Karena ketika saya susah dan jatuh dalam keadaan yang tidak punya apa-apa lagi, tiada seorang pun yang membantu saya. Kecuali saya sendiri.
Itulah kekuatan yang saya temukan di usia awal 30-an tahun.
Sejak saat itu, saya memutuskan untuk sepenuhnya mengendalikan hidupku, ketimbang mendengarkan pendapat orang lain.
Dalam hal ini, bukannya saya tidak mendengarkan saran orang lain. Namun, saya menciptakan filter atau semacam penyaring.
Di mana, ketika berjumpa dan berkomunikasi dengan orang lain, saya pastinya mendengarkan apa pun yang diobrolkan.
Jika pun obrolan tersebut bermanfaat untuk kesehatan diri, saya akan menyimpan dan mengembangkannya.
Namun, sebaliknya apabila saran tersebut mengarah pada kehancuran diri, saya tidak akan mentolerirnya.
Karena memasuki usia 30 tahun ini, saya lebih mementingkan hubungan yang sehat, bukan relasi yang toxic.
Selain itu, saya memilih untuk terus mengeksplor diri demi kemajuan diri dan juga keluargaku.
Itulah cara sederhana yang saya lakukan untuk menyikapi setiap permasalahan psikologis di usia awal 30 tahun ini.
Catatan: Tulisan ini adalah bagian dari sharing kehidupan. Jika pun tulisan ini bermanfaat, silakan dibagikan.
Saran, kritik dan sanggahan dengan senang hati saya menantikannya demi perbaikan tulisan ini ke depannya.
Posting Komentar untuk "Kekhawatiran Memasuki Usia 30 Tahun, Bagaimana Menyikapinya?"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat