4 Argumen Filsuf Ernst Cassirer, Meruntuhkan Pandangan Plato terhadap Pendekatan Manusia dari Aspek Sosial dan Politis
Oleh: Frederikus Suni
Ernst Cassirer dan 4 Argumennya untuk melawan Plato. Digital Imaging: Frederikus Suni/Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Plato berpendapat bahwasanya manusia harus dipahami dari aspek sosial dan politis. Argumen tersebut dikritik oleh filsuf Ernst Cassirer dengan 4 perspektif di bawah ini.
Pada perspektif yang pertama, kita akan melihat kajian Ernst Cassirer dari sudut pandang negara adalah hasil peradaban dari sejarah perjalanan hidup harian manusia.
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak sendirian. Melainkan manusia selalu hidup berdampingan dengan orang lain.
Makanya, kita kenal epistemologi atau kerangka berpikir komprehensif dan sudah terjawantahkan dalam kajian manusia sebagai makhluk sosial.
Sebagai makhluk sosial, manusia pun berusaha membangun citranya dalam bidang politik.
Kendati demikian, pendapat tersebut, sejatinya belum memberikan kepuasan emosional bagi Ernst Cassirer.
Karena persekutuan/perkumpulan manusia tidak hanya terjadi dalam ruang lingkup politik sebagai sistem organisasi dan pada akhirnya melahirkan negara.
Negara adalah hasil akumulasi dari ide, tujuan, minat, kepentingan, kesepakatan, dan kemauan kelompok masyarakat untuk membangun satu sistem yang nantinya menjadi role model/panduan dalam menjalani kehidupan harian.
Perspektif kedua dari Ernst Cassirer menyangkut antitesis terhadap pandangan Plato yang masih berpusat pada manusia sebagai makhluk politik.
Ernst Cassirer mengatakan jauh sebelum terciptanya negara, manusia sudah mencoba banyak hal untuk menata dan mengatur keinginannya, perasaan, dan pemikirannya.
Jadi kita dapat mengambil hipotesa atau kesimpulan sementara, bahwasannya Ernest Cassirer memang mencoba untuk terus menggali apa yang tersadari dan tidak tersadari dari Plato (Gurunya filsuf Aristoteles) tersebut, dari sudut pandang yang 'out of the box', atau pemikiran liar/bertentangan di luar nalar manusia biasa.
Saya mengagumi Ernst Cassirer, bukan karena pribadinya yang super jenius dan nalar kritiknya yang tajam.
Tetapi, saya melihat pribadi Ernst Cassirer sebagai manusia yang punya indra keenam.
Bagaimana tidak, ia berhasil meruntuhkan pemikiran Plato yang sudah bertahun-tahun menjadi perdebatan di kalangan filsuf terkait manusia sosial dan politisi.
Dalam hal ini, saya melihat Ernst Cassirer sebagai manusia yang memiliki kharisma dalam mengelaborasikan setiap pengalamannya untuk melihat manusia dari pendekatan metafisika atau sesuatu yang belum dilihat oleh Plato dan filsuf pendahulunya.
Perspektif ketiga, kita akan melihat pemikiran antitesis Ernst Cassirer terhadap Plato dari aspek agama dan bahasa.
Kendati Plato dan Ernst Cassirer adalah dua filsuf yang berbeda masa, namun pemikiran mereka selalu relevan lintas generasi dan zaman.
Untuk itu, kita mencoba untuk mereview perjalanan daya kreasi dari filsuf Plato.
Plato hidup dalam sistem kepercayaan masyarakat Yunani kuno yang menyembah dewa/dewi sebagai kekuatan semesta, yang termanivestasi dalam elemen atau unsur Udara, Air, Api, tanah dan lainnya.
Sedangkan, Ernst Cassirer hidup dalam lingkaran pemikiran manusia di pertengahan abad ke-20, khususnya zaman kekuasaan Hitler (Nazi) Jerman.
Situasi kehidupan yang dialami Ernst Cassirer di bawah pemerintahan Hitler, membentuknya untuk menilai manusia dari aspek bahasa dan agamanya.
Karena manusia berhasil menyatukan pemikiran mereka melalui kesamaan bahasa dan juga kepercayaan mereka.
Terkait aliran kepercayaan masyarakat Jerman di fase perang dunia kedua adalah Katolik Roma. Selain, aliran kepercayaan animisme atau bentuk kepercayaan dari masyarakat lokal terhadap kekuatan supranatural di balik pepohonan, bebatuan, dan benda-benda pusaka leluhurnya.
Maka tepatlah, antitesis Ernst Cassirer terhadap pemikiran Plato yang mengatakan manusia merupakan makhluk politik, tidaklah tepat!
Karena situasi politik Jerman, baik di fase perang dunia pertama dan kedua bermula dari kekuasaan politisi.
Dan berakhirlah pada kehancuran negara Jerman, termasuk beban ekonomi yang ditanggung Jerman (ganti rugi negara yang yang kalah perang) kepada Amerika Serikat, dengan tujuan untuk memulihkan kesejahteraan masyarakat dunia.
Pada perspektif keempat, kita pun akan melihat aspek Simbol dan Kesenian dari Ernst Cassirer.
Filsuf berpengaruh abad pertengahan ke-20 asal Jerman tersebut, mengatakan manusia mengenal simbol dan juga bidang kesenian jauh sebelum terciptanya negara.
Untuk itu, manusia harus didekati dari budayanya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya yakni makhluk yang hidup dalam dan melalui unsur-unsur itu sendiri.
Demikian 4 pemikiran antitesis Ernest Cassirer terhadap ide Plato dalam memandang manusia dari aspek Politik.
Sumber: Analisa TAFENPAH (https://www.tafenpah.com).
YouTube TAFENPAH GROUP
TikYok: Tafenpah.com
Instagram: Tafenpah_Group & @suni_fredy
Halaman Facebook: TAFENPAH
Posting Komentar untuk "4 Argumen Filsuf Ernst Cassirer, Meruntuhkan Pandangan Plato terhadap Pendekatan Manusia dari Aspek Sosial dan Politis "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat