Tanggapan Netizen di YouTube TAFENPAH GROUP, Terkait Mirisnya Kualitas Jurnal Perguruan Tinggi Indonesia
Oleh: Frederikus Suni
Netizen TAFENPAH GROUP. Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Netizen di YouTube TAFENPAH GROUP dan juga TikTok TAFENPAH serius menyoroti topik pembicaraan 'Mirisnya Kualitas Jurnal Perguruan Tinggi Indonesia,' dari berbagai perspektif.
Beragam Perspektif tersebut, dalam pandangan Profesor Deddy Mulyana, penulis buku 'Komunikasi Lintas Budaya' adalah inti dari komunikasi.
Komunikasi yang sedang dibangun admin TAFENPAH bersama komunikanya atau pihak penerima pesan tersebut, berkaitan dengan sorotan tajam Profesor Stella Christie (Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi) terkait rendahnya kualitas jurnal terbitan Perguruan Tinggi Indonesia dalam acara Sarasehan 100 Ekonom Indonesia yang diselenggarakan oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) pada pekan lalu.
Kritikan dari Profesor Stella Christie, pertama-tama tidak hanya tertuju pada kaum akademisi (Pengajar, Dosen dan Guru) di berbagai perguruan Tinggi hingga Institusi Pendidikan lainnya.
Melainkan kritikan tersebut juga berlaku bagi masyarakat Indonesia.
Namun, sebelum kita melanjutkan pembahasan kita, pertama-tama kita melihat perbedaan antara Perguruan Tinggi/Universitas dan Institut, agar kita tidak salah kaprah di lain kesempatan.
Perguruan Tinggi memberikan beragam pilihan program studi kepada mahasiswanya. Sementara, Institut hanya mempelajari bidang tertentu dan sangat spesifik, seperti: Kesehatan dan Teknologi.
Melanjutkan persoalan tanggapan Netizen di channel Youtube TAFENPAH GROUP, berikut adalah rangkuman dari admin TAFENPAH kepada pembaca Budiman, sebagai berikut:
"Sebagian besar pejabat fungsional/guru/dosen ingin cepat meningkatkan kesejahteraan/uang, dan yang paling pragmatis adalah membuat karya ilmiah untuk memenuhi angka kredit," tulis pemilik akun @gunadiwirawan7288.
"Disertasi para doktor itu kan ilmu kelas dunia dan terapan, dan sudah ada puluhan ribu disertasi, lalu terapan ke masyarakatnya ke mana?," timpal pemilik akun @El-Ge.
Kendati demikian, ada juga netizen yang tidak keberatan dengan pernyataan Profesor Stella Christie.
Sebagian berpendapat dan juga ikut mempertanyakan kebenaran jurnal Scopus.
"Apakah Rusia dan China juga berkiblat ke Scopus?," tanya pemilik akun @muhammadchaldun9030.
Pertanyaan tersebut juga dilontarkan oleh pemilik akun @adem62395, "Gara-gara serdos dengan tridharma-nya. Scopus juga belum tentu semuanya murni.
Tak hanya di situ, pemilik akun @muhammadchaldun9030 kembali meminta Profesor Stella Christie untuk mengubah kebijakan Beban Kerja Dosen atau BKD.
"BKD perlu dirubah bu!" Pintanya.
Tanggapan Netizen di YouTube TAFENPAH GROUP tak hanya berhenti di situ saja. Karena di akun TikTok TAFENPAH, netizen juga lebih kritis terkait persoalan rendahnya kualitas jurnal terbitan dosen di berbagai Perguruan Tinggi Indonesia.
Karena berkaca dari data yang disampaikan oleh profesor Stella Christie, terkait 22.000 jurnal Perguruan Tinggi Indonesia, hanya 11 jurnal yang berhasil tembus Q1 Scopus.
Mari, kita melihat komentar netizen di akun TikTok TAFENPAH, seperti di bawah ini.
"Sejalan dengan komentar Rocky Gerung bahwa kualitas lulusan S2 dan S3 di Universitas PT/PTS tidak bisa buat jurnal, petantang petenteng dengan gelar saja," tulis pemilik akun TikTok @piocireng.
Komentar di atas, sejatinya sudah masuk loggical Fallacy atau menyudutkan mereka yang bergelar S2 dan S3. Itu sih berdasarkan perspektif admin TAFENPAH.
Namun, terlepas dari persoalan tersebut, kritikan dari pemilik akun TikTok Cio Cireng tidak bermaksud untuk menyerang pribadi akademisi, melainkan sebagai alarm untuk meningkatkan kualitas jurnal dan karya pelayanan para akademisi, demi memajukan sumber daya manusia Indonesia.
Pemilik akun TikTok Wendys Dany menilai persoalan tersebut dari perspektif humanis.
Di mana, ia mengisahkan pengalamannya sewaktu dirinya masih berkuliah.
"Gak juga benar 100 persen, tergantung orangnya. Contohnya, dosen saya dulu Doktor di salah satu universitas swasta di Surabaya. Setelah gak ngajar lagi, dia jadi dosen di Jerman dan kini berkarir di Silicon Valley," kisah Wendys.
Wendys Dany juga melanjutkan kisahnya. Ada berita Mimi Kurniawan Alumni TI UK Petra, Surabaya menduduki posisi Vice President Operation untuk Latin America dan Canada di Philip Moris International, New York, AS. Lulusan S1 di Universitas Indonesia juga bisa menduduki manajemen puncak di perusahaan kelas dunia.
Bagi admin TAFENPAH, apa yang disampaikan oleh Wendys Dany di atas, sejatinya itu termasuk prestasi di lingkungan kerja.
Paradoks dengan topik pembicaraan kita yakni persoalan kualitas jurnal terbitan dosen di berbagai Perguruan Tinggi Indonesia yang hanya 11 jurnal berhasil diindeks oleh Scopus.
Padahal sejauh ini, jurnal terbitan dosen di berbagai Perguruan Tinggi Indonesia sudah berjumlah 22.000.
Akan tetapi, kualitasnya tidak sebanding dengan harapan profesor Stella Christie yang sudah lama berkecimpung di bidang Artificial Intelligence dan juga berbagai penelitian ilmiah.
Guru Besar Tsinghua University, China dan juga mantan Guru Besar Swarthmore College, Amerika Serikat tersebut pun berencana untuk mengubah kebijakan Beban Kerja Dosen (BKD) yang selama ini membebani para dosen di setiap semester.
Bagaimana tidak, dosen juga adalah manusia yang punya keterbatasan. Mereka tidak mungkin harus mempublikasikan setiap karya ilmiah atau jurnal di setiap semester.
Untuk itu, kita juga berharap, kiranya Pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto, yang termanivestasi dalam Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pun mengurangi beban kerja dosen, demi menghasilkan karya terbaik di waktu mendatang.
Demikian pembahasan kita di edisi pekan ini. Admin TAFENPAH berterima kasih kepada pembaca dan juga pendengar budiman. Katena tanpa dukungan Anda, channel Youtube TAFENPAH GROUP dan juga website TAFENPAH tidak akan berkembang sejauh ini.
Silakan Anda berpendapat, menyampaikan sanggahan, kritik dan masukan yang membangun demi kemajuan Sumber Daya Manusia Indonesia di masa depan.
Salam inspirasi.
Posting Komentar untuk "Tanggapan Netizen di YouTube TAFENPAH GROUP, Terkait Mirisnya Kualitas Jurnal Perguruan Tinggi Indonesia "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat