Tradisi Takanab sebagai Bentuk Komunikasi Tertinggi Suku Dawan Timor NTT
Oleh: Frederikus Suni
Tradisi Takanab sebagai Bentuk Komunikasi Tertinggi Suku Dawan Timor NTT. Foto: Frederikus Suni |
Tafenpah.com - Tradisi Takanab merupakan salah satu bentuk komunikasi tertinggi dari suku Dawan Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kekayaan tradisi suku Dawan atau yang lebih akrab kita kenal dengan sebutan Atoni Pah Meto ini hanya bisa dilaksanakan oleh tua adat (Kepala Suku), ketika menerima tamu, acara peminangan, kematian hingga meminta restu kepada leluhur.
Sebelum kita melanjutkan pembahasan ini, admin TAFENPAH mengajak pembaca tercinta untuk melihat kerangka berpikir (metodologi) dari filsuf Kebudayaan blasteran Jerman dan Yahudi yakni; Ernst Cassirer, terkait pendekatan kebudayaannya dalam memahami kehidupan manusia.
Ernst Cassirer mengembangkan teori filosofi budaya dalam memaknai simbol-simbol kebudayaan dirinya, lingkungan, orang yang berbeda darinya hingga pemahaman yang jauh lebih kompleks untuk memahami manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sementara, dalam buku 'Kearifan Lokal ~ Pancasila Butir - Butir Filsafat Keindonesiaan' karya Riyanto Armada (Mantan dosen saya sekaligus Rektor Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Widya Sasana Malang) mengatakan; Metodologi studi Kearifan Lokal ~ Pancasila bagaimana dijalankan? Kearifan lokal bagaikan sumber – sumber alam yang berharga yang tersembunyi dalam – dalam di tanah keseharian hidup masyarakat yang terbentang di seluruh wilayah Indonesia. Studi kearifan lokal mengandaikan metodologi studi kebudayaan, studi filsafat nilai – nilai tradisi, studi pula prinsip – prinsip hidup bersama, dan studi cita rasa religius populis yang tidak reduktif pada tataran tekstual seperti konsep agama – agama institusional, serta pengalaman konkret masyarakat dalam menapaki peziarahan hidup bersama.
Landasan teori dari filsuf Ernst Cassirer dan juga Perspektif Riyanto Armada akan menemani kita dalam menggali apa yang tersadari dan tidak tersadari dari kearifan lokal Suku Dawan Timor NTT, terutama tradisi Takanab.
Tradisi Takanab sesuai dengan pengalaman saya adalah momen di mana kami (etnis Dawan Timor) menjalin komunikasi bersama leluhur.
Selain kami membangun komunikasi yang lebih intim dengan leluhur, kami juga sangat menghargai tamu yang berkunjung ke daerah kami di Timor Barat (Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Malaka, dan Kabupaten Belu) yang merupakan garda terdepan antara Indonesia dan Timor Leste.
Sebagai suku Dawan Timor, tradisi Takanab juga kami memaknai sebagai bentuk kepedulian kami kepada mereka yang telah pergi (Meninggal), entah karena sakit, peristiwa kecelakaan, dan lain sebagainya.
Bentuk kepedulian tersebut, termanivestasi dalam setiap syair atau bait-bait yang biasanya dikomunikasikan oleh orang yang lebih tua, (Tua Adat, Atoin Amaf, dan sosok yang berhak untuk berbicara dalam momen tersebut).
Artinya, tradisi Takanab juga bisa disesuaikan dengan konteks peristiwa.
Model komunikasi Takanab juga mencerminkan bagaimana ikatan emosional antara etnis Dawan Timor dan pendatang (tamu).
Karena bagi suku Dawan Timor, tamu merupakan sosok yang sangat berkharisma dalam ucapan, tindakan hingga pembawaannya dalam menjalani Komunikasi harian.
Komunikasi Takanab hingga kini masih menjadi salah satu simbol kebudayaan yang takkan tergantikan oleh apa pun.
Karena suku Dawan Timor hidup dari tradisi dan akhirnya meninggal pun dalam bingkai kebudayaan.
Bingkai kebudayaan Timor melambangkan nilai-nilai Pancasila yang mendapatkan kedudukan istimewa di mata suku Dawan Timor NTT.
Maka, tepatlah apa yang filsuf Ernst Cassirer katakan bahwasannya budaya itu ada, jauh sebelum terbentuknya negara.
Tradisi Takanab juga ada, jauh sebelum semangat inkulturasi agama Katolik Roma di daratan Timor.
Untuk itu, ketika salah satu pihak yang berusaha untuk menerbitkan peraturan yang nantinya meniadakan momen tradisi harian suku Dawan Timor NTT, masyarakat lokal pun tak segan untuk menghakiminya.
Karena bagaimana pun juga, agama, negara dan hukum apa pun ada, sebelum leluhur suku Dawan Timor menghidupi tradisi kesehariannya yang melekat dengan alam.
Kendati demikian, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada tantangan di balik penghayatan sekaligus melanjutkan tradisi Takanab di lingkungan generasi Alpha.
Anak-anak milenium ini kurang mendapatkan ajaran seputar kearifan lokal budayanya.
Karena keengganan orang tua, tenaga pendidik, pihak akademisi, Pemda dan Pemprov kurang memfasilitasi model pendidikan yang berbasiskan pada kebudayaan setempat.
Untuk itu, solusi yang terbaik adalah orang tua, guru, dosen, pejabat publik, Pemda dan Pemprov bersinergi dalam menentukan kebijakan otonomi daerah, khususnya model pendidikan kebudayaan yang benar-benar berlandaskan pada tradisi kearifan lokal budaya setempat.
Karena kemajuan suatu bangsa tidak pernah lepas dari kecintaan sumber daya manusia yang berkarakter dan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya sendiri.
Ulasan ini tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak mana pun. Karya ini hanya sebatas pandangan subjektif dari penulis, guna membuka diskusi dengan pembaca dalam memaknai kebudayaannya sendiri.
Untuk itu, penulis menantikan kritik dan saran yang positif dari pembaca tercinta, guna melengkapi karya ini, sebagai bahan pembelajaran setiap suku Dawan Timor NTT di mana pun.
Sumber: Analisa TAFENPAH dan buku Kearifan Lokal ~ Pancasila Butir - Butir Filsafat Keindonesiaan' karya Riyanto Armada.
Instagram Penulis: @suni_fredy & @tafenpah_group
YouTube: TAFENPAH GROUP
TikTok: @tafenpah.com
Halaman Facebook: TAFENPAH
Posting Komentar untuk "Tradisi Takanab sebagai Bentuk Komunikasi Tertinggi Suku Dawan Timor NTT "
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat