10 Teori Komunikasi Massa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Wajib Tahu
Penulis: Frederikus Suni
10 Teori Komunikasi Massa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Wajib Tahu. Sumber gambar; goKampus/Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Salam jumpa sobat kampus. Ilmu pengetahuan itu bersifat dinamis, karena setiap saat ilmu tersebut diuji oleh ahli/pakar. Makanya, dalam dunia akademis ada ruang diskusi. Dalam diskusi ada pelbagai cara guna mendapatkan solusi dari ilmu pengetahuan itu sendiri.
Berkaitan dengan dunia jurnalisme, dewasa ini kita dihadapkan pada problematika, terutama yang berkaitan dengan etika pers, antara jurnalisme tradisional dan online.
Kendati demikian, substansi kedua profesi tersebut sama yakni mengabarkan informasi kepada audiens/khalayak umum, meski dengan cara yang berbeda. Karena pada dasarnya, baik jurnalisme tradisonal dan online/digital menekuni komunikasi massa.
Baca Juga: Sekolah Zaman Now, Integrasi Modernitas dan Tradisi
Berikut adalah 10 teori komunikasi massa dari admin Tafenpah untuk pembaca, terutama sobat kampus yang sedang mencari referensi sederhana guna menulis.
1. Teori Jarum Suntik
Berdasarkan disiplin ilmu yang saya dapatkan, baik melalui pengalaman selama menjalani
kegiatan citizen journalism hingga pernah menjadi salah satu reporter di salah satu media di Jakarta
Pusat, saya menemukan konsep pemikiran teori jarum suntik sebagai sesuatu yang sangat
berpengaruh dalam meliput berita, mengolah, memproduksi hingga menyebarkan informasi
tersebut kepada khalayak umum.
Asumsi dari teori ini adalah pesan disampikan komunikator secara langsung kepada komunikan
(penerima pesan).
Kendati demikian, teori ini juga berasumsi bahwasannya penerima pesan cenderung bersifat pasif.
Artinya, pembaca tidak memberikan feedback atau umpan balik, entah berupa komentar,
sanggahan, kritik guna membuka ruang diskusi dengan para jurnalis atau pekerja medianya.
Persoalan lebih kompleks adalah ide dari setiap pekerja media yang termanivestasi dalam
pengelola media, cenderung mempengaruhi pikiran pembaca. Pembaca seolah tidak berdaya
dengan apa yang pengelola media sampaikan.
2. Teori Penentu Agenda
Teori ini didesain sedemikian rapi dan sistematis oleh pengelola media, guna memainkan isu-isu
yang mereka siapkan, demi meningkatkan trafik pengunjung.
Artinya, segala sesuatu yang bersumber dari media tertentu, semuanya sudah berada dalam draf
setingan.
Tujuan dari agenda seting adalah menggiring opini publik hanya untuk menaikan rating dari media
massa.
Jika kita kaitakan dengan situasi kontestasi politik, di sanalah kita akan melihat bagaimana teori penentu agenda dimainkan oleh buzzer dari kandidat hingga partai politik pendukungnya, guna memenangkan pemilu.
3. Teori Spiral Kebisuan
Konsep teori ini mengandaikan kecenderungan kaum minoritas memilih untuk diam, meski kasus
atau persoalan yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara benar-benar penting.
Kendati demikian, mereka (minoritas) tidak memiliki kapasitas untuk menyuarakan aspirasi
mereka.
Karena mereka tidak menginginkan sesuatu yang nantinya membahayakan kelangsungan hidup
keluarga maupun pribadi mereka sendiri di tengah mayoritas.
Contoh konkret dari teori ini adalah seperti yang minoritas alami di bangsa Indonesia. Di mana,
kaum minoritas tidak banyak bersuara di ruang publik.
Diamnya mereka bukanlah tanpa sebab dan mereka juga bukanlah sumber daya manusia yang
tidak kompeten, namun mereka mencari rasa aman dan hanya fokus pada persoalan di dalam
lingkungan mereka tempati.
4. Teori Kultivasi Media
Konsep teori ini berlandaskan pada seberapa lamanya seseorang menyaksikan tayangan di media
televisi dan sejenisnya.
Semakin lama seseorang mengikuti kerangka berpikir di media tertentu, ia pun akan membangun
persepsinya seturut citra televisi tersebut.
5. Teori Propaganda Media
Dari namanya, kita pun sudah tahu bahwasannya teorinya bercita rasa propaganda. Tujuan dari
propaganda media massa adalah mencari popularitas sekaligus keuntungan untuk kelompok.
Konsep teori ini kita bisa amati dalam sejarah kelam perang dunia satu dan perang dunia kedua.
Di mana, pada perang dunia kedua, Hitler melalui organisasi Nazi berhasil membangun
propaganda rasialnya untuk membunuh ras Yahudi.
6. Teori Kekayaan Media
Ciri khas dari teori ini adalah setiap media memungkinkan pelanggannya untuk membangun
komunikasi yang lebih intens.
Setiap komunikasi yang diberikan oleh media, juga tergantung pada sumber daya manusianya.
Semakin cakap sdm dari media tertentu, semakin besar pula tingkat kepercayaan masyarakat,
terutama pelanggan kepada media tersebut.
7. Teori Dependensi Media
Landasan teori ini bergantung pada hubungan timbal balik antara media massa dan khalayak umum
artinya, media massa selalu berpegang pada tingkat kepercayaan atau pengaruh/feedback dari
pembaca setianya.
8. Teori Pers
Teori ini berkaitan erat dengan tanggung jawab sosial. Artinya media massa memiliki tanggung
jawab sosial dalam komunikasi hariannya. Kendati, bersifat otoritarian, namun konsep
pemikirannya dapat dipertanggungjawabkan secara komprehensif oleh para praktisinya.
9. Teori Pers Komunis
Teori ini berkaitan dengan doktrin dari segelintir penguasa atau sekelompok orang yang cenderung
berkuasa. Di mana sistem pemberitaannya selalu berpusat pada sekelompok orang.
10. Teori Media Demokratik Partisipan
Teori ini secara bebas dan bertanggung jawab. Artinya, semua orang dapat menyampaikan
aspirasinya di ruang publik, dengan dalil dapat dipertanggungjawabkan secara teoritisnya.
Posting Komentar untuk "10 Teori Komunikasi Massa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Wajib Tahu"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat