Review Film Netflix Thicha, Romansa Migran Ilegal, Berujung Pada Sindikat Kejahatan, Misi Balas Dendam Hingga Misteri Kehilangan Orang Tercinta
Penulis: Frederikus Suni
Review Film Netflix Thicha. Ilustrasi gambar Tafenpah.com |
Tafenpah.com - Di awal film, pemirsa sudah mulai merasakan sindikat atau kelompok orang/organisasi yang bekerja sama untuk memperjual-belikan tenaga pekerja migran ilegal dari perbatasan Myanmar dan Thailand.
Di mana, pihak berwenang (Polisi) Thailand memberikan akses kepada seorang sopir truk untuk mengirimkan puluhan drum air atau tong sampah yang di dalamnya berisikan tenaga pekerja migran ilegal Rohingya.
Kemudian, sopir itu meneruskan perjalanannya menuju salah satu markas Bussara (Bos) yang terletak di tengah hutan belantara negeri Gajah, Thailand.
Adegan berikutnya, menampilkan seorang perempuan paruh baya yang badannya sebagian bertato, siapa lagi kalo bukan Bussara yang sedang menelpon konco/temannya yang bernama Matthew.
Firma hukum Matthew sangat terkenal di Thailand. Matthew sendiri adalah pengacara yang paling banyak menangani klien besar sekaligus ia sukanya mabuk, selain hobinya menikmati tubuh gadis-gadis pekerja migran ilegal.
Di samping itu, anak semata wayang Bussara sedang mempersiapkan diri untuk meneruskan sekolahnya di negeri Ratu Elisabeth (Inggris).
Sebenarnya, anak lelaki Bussara yang bernama Phatchai tidak mau meninggalkan ibunya, karena pertimbangan usianya yang masih muda. Selain ia juga harus hidup sendirian di Inggris yang pada saat itu, budaya diskriminasinya terhadap pendatang sangat mengerikan.
Kendati demikian, untuk memuluskan bisnis penjualan tenaga pekerja migran ilegal di Thailand, Bussara mau tidak mau terus memaksa anak lelakinya untuk pergi meninggalkannya.
Kepergian Phatchai meninggalkan luka batin yang amat mendalam terhadap ibunya.
Pimchanok Leuvisadpaibul (Pemeran Thicha dalam Film Netflix Thicha). Gambar Instagram @baifernbah/Tafenpah.com |
Sementara, Ou Yi (Aktris Utama) bersama ibunya (Yaow) tiba di kediaman Bussara di Bangkok, Thailand.
Kesan pertama dari Ou Yi dan Yaow adalah mereka sangat senang. Karena rumah majikannya (Bussara) bak istana yang halamannya luas, ada kolam renang, serta berbagai fasilitas lainnya yang akan memanjakan mereka.
Sayangnya, impian Ou Yi yang pada saat itu masih berusia sepuluh tahun dan ibunya (Yaow), berbanding terbalik dengan realita.
Karena majikannya (Bussara) sangat kasar dan temperamental. Sekecil kesalahan Ou Yi dan Yaow akan menjadi hukuman cambuk sampai pada kekerasan fisik lainnya.
Pimchanok Leuvisadpaibul (Pemeran Thicha dalam Film Netflix Thicha). Gambar Instagram @baifernbah/Tafenpah.com |
Bahkan ketika Bussara makan pun, Ou Yi dan ibunya tidak boleh bersuara. Layaknya, kehidupan di salah satu penjara paling mengerikan yang biasanya kita tonton di film-film Hollywood.
Apesnya, Ou Yi dan ibunya sedang mencuci piring, tanpa sengaja, ia menjatuhkan baskom. Bussara yang sedang menikmati makanan pun naik pitam, akhirnya ia memanggil salah satu asisten rumah tangga untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi di bagian belakang.
Yoaw yang tidak melihat Bussara menyiksa Ou Yi memutuskan untuk menerima hukuman cambuk.
Sekeluar dari ruangan Bussara, wajah Yaow berlumuran darah. Ou Yi hanya menatap diam, gemetar, dan takut hampir kencing di celananya.
Pimchanok Leuvisadpaibul (Pemeran Thicha dalam Film Netflix Thicha). Gambar Instagram @baifernbah/Tafenpah.com |
Karena rumah ini benar-benar kediaman iblis. Manusia yang tidak mempunyai bekas kasih terhadap sesamanya.
Empat tahun berlalu, Bussara memerintahkan Ou Yi dan ibunya untuk menyiapkan menu sederhana untuk keperluan pesta kecil-kecilan bersama koleganya, yang tak lain adalah Matthew, kepala polisi, dan rekan bisnis pekerja migran ilegal lainnya.
Matthew yang hobinya mabuk memutuskan untuk tinggal di rumah Bussara. Karena ia sudah mengincar Ou Yi yang waktu itu sudah berumur empat belas tahun untuk menemaninya.
Permintaan Matthew mendapatkan penolakan dari Bussara. Karena Ou Yi masih kecil untuk memuaskan birahi Matthew.
Pimchanok Leuvisadpaibul (Pemeran Thicha dalam Film Netflix Thicha). Gambar Instagram @baifernbah/Tafenpah.com |
Tetapi, Matthew kembali mengancam Bussara untuk membongkar kejahatannya di publik.
Bussara tidak mempunyai pilihan, selain ia meminta Yaow untuk menyerahkan anaknya (Ou Yi) kepada Matthew.
Yaow menentang permintaan Bussara. Bodyguard Bussara terpaksa mengurung Yaow di salah satu ruangan.
Matthew meminta Ou Yi untuk memijatnya, sembari ia berfantasi untuk bersanggama/bersetubuh dengan Ou Yi.
Ou Yi sangat gemetaran sambil nangis terpaksa memijit Matthew. Matthew meraba-raba bokong Ou Yi, dan ketika tangan Matthew ingin menyentuh bagian dada Ou Yi, dan inilah yang terjadi.
Tetiba Ou Yi menggigit salah satu jari sekaligus menendang keperkasaan Matthew. Matthew mulai brutal, ia menendang Ou Yi dengan ganas.
Tubuh Ou Yi terkulai lemas di di bawah sofa ruangan tamu Bussara.
Pimchanok Leuvisadpaibul (Pemeran Thicha dalam Film Netflix Thicha). Gambar Instagram @baifernbah/Tafenpah.com |
Ibu Ou Yi pun melepaskan diri dan berusaha untuk menyelamatkan anaknya yang hampir saja diperkosa Matthew, pengacara brandalan itu.
Bussara pun melayangkan tamparan keras ke wajah Yaow. Yaow pun mengeluarkan tusuk konde dan menggores leher Bussara.
Bussara hampir saja kehilangan nafasnya. Namun, ia pun berjuang dan akhirnya mengambil semacam palu lalu melayangkan ke kepala Yaow.
Darah pun keluar membanjiri mata Yaow. Yaow pun meninju hidung Bussara hingga pecah.
Bussara dan bodyguardnya akhirnya melenyapkan tubuh Yaow dan menyeretnya, bagaikan Singa yang sedang menyeret mangsanya di Padang rumput.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Yaow memberikan tusuk konde kepada Ou Yi sebagai kenang-kenangan terakhir keduanya di negeri asing yang penuh dengan kekejaman.
Lalu, Bussara memerintahkan sopir dan kepala kebunnya untuk menguburkan mayat Yaow di halaman rumahnya, kemudian menanam pohon Zaitun di atasnya.
Sementara, bawahan Bussara lainnya terpaksa membawa Ou Yi ke kediaman Matthew yang tidak pernah puas memperkosa gadis-gadis perawan pekerja migran ilegal.
Dalam perjalanan, Ou Yi terus menangis, sembari ia memikirkan cara untuk melarikan diri dari genggaman anak buahnya Bussara.
Tepat pada waktu macet, Ou Yi mengeluarkan tusuk konde ibunya, lalu menusukkannya ke leher dan mata para pengawal Bussara dan ia berhasil meloloskan diri, dengan melompat dari atas jembatan.
Dua puluh tahun kemudian, Ou Yi sudah berganti nama menjadi Thicha. Sementara anak Bussara Phatchai menjadi seorang desainer terkenal di Inggris.
Sebagai misi balas dendam, Thicha dan relawan buruhnya di Thailand memutuskan untuk mendekati Phatchai, agar lebih mudah mencari titik lemah Bussara.
Di sebuah kafe, Phatchai dan Thicha mulai saling menatap, menikmati secangkir kopi hangat, lalu basa-basi.
Lamban tapi pasti, kisah cinta antara anak majikan dan anak bos tumbuh di negeri penggila bola Inggris.
Pada fase ini, Thicha bersama ibu angkatnya yang merupakan salah satu korban dari pekerja migran ilegal Rohingya di Thailand sudah satu langkah maju untuk mengungkap kejahatan Bussara.
Terlepas dari misi balas dendam Thicha, ia pun terlanjur jatuh cinta dengan Phatchai. Demikian pula, Phatchai sangat mencintai dan menyayangi Thicha.
Untuk mendekatkan kisah cinta di antara mereka, maka di salah satu malam, keduanya memutuskan untuk saling memadu kasih, layaknya kehidupan suami dan istri.
Phatchai memutuskan untuk menikahi Thicha. Lalu, Phatchai meminta restu kepada ibunya (Bussara) bos mafia sekaligus agen penjualan tenaga pekerja migran ilegal terbesar di Thailand.
Bussara keberatan dan mengirimkan pengawalnya untuk menyelidiki Thicha.
Setelah melalui proses penyidikan yang lama, mereka tidak menemukan informasi valid terkait Thicha.
Keberadaan Thicha layaknya misteri dalam kehidupan Bussara. Karena ia selalu protektif terhadap anaknya, meski keduanya tinggal beda negara.
Phatchai dan Thicha pun tiba di Thailand. Mereka pun berkenalan dengan Bussara. Bussara awalnya tidak merestui hubungan mereka, namun atas kegigihan Phatchai, akhirnya Bussara pun merestuinya.
Tujuan Thicha untuk memilih tinggal di rumah Phatchai adalah agar ia lebih dekat dengan makam ibunya, yang kini menjadi kantor Bussara.
Phatchai dan Thicha menghabiskan waktu yang lama di rumah Bussara. Setiap malam, Thicha keluar dan memutuskan untuk jalan-jalan, sembari merokok di halaman rumah Bussara, sesekali ia mengintip kantor Bussara, terutama pohon Zaitun yang tumbuh subur di dalam kantor tersebut.
Ketika Thicha dan Phatchai mendapatkan restu untuk masuk ke kantor Bussara, sebenarnya Thicha ingin menangis, namun ia menahan tangisannya.
Lalu, Thicha meletakkan patung yang di dalamnya terdapat alat penyadap dan kamera tersembunyi, untuk selalu memantau aktivitas kejahatan Bussara.
Selama Thicha tinggal di rumah Bussara, keduanya tidak pernah akur.
Kejadian paling mengerikan adalah, waktu upacara pernikahan Thicha dan Phatchai. Di mana, Bussara menyuruh salah satu pelayannya untuk mencampurkan racun ke dalam makanan Thicha.
Thicha yang tidak hati-hati, akhirnya terkena racun. Pernikahan Thicha dan Phatchai pun tidak dilanjutkan.
Dokter dari rumah sakit memberikan keterangan palsu kepada Phatchai, bahwasannya istrinya terkena alergi makanan.
Karena di belakang layar, Bussara sudah mengancam dokter. Mengingat dokter sendiri mendapatkan beasiswa full dari Bussara, sewaktu masih kuliah.
Hati dokter selalu bertentangan dengan sumpah profesinya. Namun, ia terus berada dalam fase dilema.
Sementara, dokter kepercayaan ibu angkat Thicha mengatakan itu bukan alergi makanan, melainkan racun.
Pada momen tertentu, Thicha pun memasukkan racun ke dalam minum teh Bussara. Dan akhirnya, Bussara pun terkena racun, meski kadarnya tidak seberapa yang pernah Thicha rasakan.
Bussara pun memecahkan sebuah gelas dan mencampurkan pecahan kaca tersebut ke dalam sup.
Bussara memaksa Phatchai untuk meminta istrinya makan malam bersama mertuanya.
Sebenarnya, Thicha tidak mau makan masakan mertuanya, karena ia tidak yakin. Namun, untuk menjaga keberadaan Phatchai, akhirnya ia makan dan inilah yang terjadi.
Thicha terkena goresan pecahan kaca di dalam tenggorokannya. Thicha pun segera mendapatkan penanganan dari dokter kepercayaan Bussara.
Thicha pun hamil dan perlakuan Bussara terhadap menantunya berubah drastis.
Phatchai memutuskan untuk kembali ke Inggris bersama Thicha. Tapi, Thicha tidak mau menghentikan penyelidikan atas apa yang Bussara lakukan terhadap ibunya dan juga jutaan tenaga pekerja migran ilegal di Thailand.
Lalu, ia meminta Phatchai untuk kembali ke Inggris untuk bekerja sekaligus mempersiapkan rumah baru mereka.
Bussara pun menghadiahkan calon cucunya sebuah rumah di Inggris. Sementara, Thicha terus melakukan gerilya untuk menjatuhkan kejahatan mertuanya yang adalah Bussara sendiri.
Di Inggris, Phatchai bertemu dengan Arthur yang dulunya rekan kerja Thicha. Phatchai memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya. Hasilnya, ia kecewa dengan Thicha. Karena istrinya berbohong!
Phatchai pun kembali jatuh dalam jurang depresi. Sebagaimana yang pernah ia lihat ketika kecil. Di mana, ibunya (Bussara) menyiksa dan membunuh seorang asisten rumah tangga yang pada akhirnya adalah mertuanya sendiri.
Belum lagi, pengalaman traumatis yang pernah Phatchai alami di sekolah Inggris, terutama diskriminasi anak-anak bangsawan Inggris terhadap dirinya dan juga temannya yang waktu itu adalah masyarakat kelas dua dari bangsa Asia.
Kejadian malam itu, meninggalkan trauma yang berkepanjangan dalam diri Phatchai. Saat itu pun, ia memutuskan untuk kembali ke Thailand, meski ia harus pasrah dengan hubungannya bersama Thicha.
Sementara, Thicha yang dalam kondisi hamil memutuskan untuk mengikuti mobil Bussara bersama Matthew dan kepala polisi korup Thailand menuju salah satu dermaga pembantaian tenaga pekerja migran ilegal.
Di lokasi tersebut, Thicha melihat Phoo (asisten rumah tangga Bussara) disiksa oleh pengacara Matthew dan koleganya.
Saat itu pun, Phatchai mengikuti Thicha dan berhasil menyelamatkan istrinya itu dari pencarian kepala polisi.
Jika selangkah Phatchai tidak menarik Thicha, maka kepala polisi korup Thailand akan menembak kepala Thicha.
Sementara ibu angkat Thicha dan relawan pekerja migran ilegal lainnya membakar sebuah mobil di dekat lokasi interogasi Phoo.
Bussara dan kawan-kawannya memutuskan untuk melarikan diri. Matthew berhasil membawa Phoo ke kediamannya, lalu ia memutuskan untuk memperkosa Phoo.
Setelah memperkosa Phoo, Matthew mengambil kamera digitalnya dan memotret Phoo dan menempelkan foto tersebut ke sebuah papan.
Di mana papan tersebut berisikan puluhan korban dari nafsu birahi Matthew.
Phoo akhirnya menusuk leher dan perut Matthew dengan pisau. Dokter bawahan Bussara tiba di kediaman Matthew ikut melayangkan tendangan ke bagian luka Matthew, sambil melepaskan kata-kata kebun binatang.
Phoo kembali mengambil pisau dan menusukkan ke bagian keperkasaan Matthew dan akhirnya pengacara brandalan tersebut meninggal.
Ada kepuasan dan kelegaan yang terpancar dari wajah Phoo. Karena ia berhasil menghentikan pelaku pemerkosa tenaga pekerja migran ilegal.
Adegan lainnya menampilkan pertengkaran hebat antara Bussara dan menantunya (Thicha).
Karena Thicha telah merilis rekaman obrolan Matthew dan Bussara serta kepala polisi yang sudah bertahun-tahun menyembunyikan mayat ratusan pekerja migran ilegal di salah satu pabrik.
Pertengkaran Thicha dan mertuanya (Bussara) hingga adegan tinju-tinjuan menghiasi layar Kacar penonton.
Emosi penonton ikut tercabik-cabik. Karena Bussara (bos) mafia penjual tenaga pekerja migran ilegal mendekati akhir karirnya
Bussara mengambil pacul dan melayangkan ke tubuh Thicha. Demikian Thicha membalas dan mereka pun terjatuh ke dalam kuburan ibu Thicha, yang saat itu digali oleh kepala taman/kebun Bussara.
Dalam keadaan tersebut, Phatchai datang dan berusaha untuk menghentikan perkelahian kedua orang tercintanya.
Namun, ketika azal menjemput, siapa pun tidak akan menolak. Kejadian itulah yang menerpa Phatchai.
Phatchai terkena tembak ibunya sendiri (Bussara). Karena Thicha menghindari tembakan Bussara dan mengenai dada Phatchai.
Kisah cinta antara seorang pekerja migran dan anak majikannya, berakhir dalam balutan penyesalan.
Lalu, apa relavasi film Netflix Thicha dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia?
Sebagai perantau, ketika kita memutuskan untuk keluar dari kampung halaman untuk mencari pekerjaan, demi meningkatkan perekonomian Keluarga dan juga merealisasikan cita-cita, sejatinya kita tidak akan pernah tahu, situasi dan kondisi seperti apa yang akan menerpa kita di negeri asing. Modal kita hanyalah keberanian.
Film Netflix Thicha juga mengajak kita untuk lebih peduli pada sesama. Perbedaan latar belakang, ras, budaya, bahasa, bangsa dan ideologi apa pun, tidak menghalagi kita untuk merangkul dan menerima semua orang dalam kasih.
Film Thicha juga menampilkan keadaan traumatis pekerja rumah tangga di negeri asing. Apalagi, tenaga pekerja migran ilegal, yang kehidupan hariannya selalu bersentuhan dengan pertaruhaj nyawa.
Melalui cerita alur film Thicha yang mengangkat isu sosial, terutama sindikat kejahatan yang terorganisir antara pengusaha, pengacara, hingga Kepolisian membawa kita untuk melihat kasus-kasus yang terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri.
Di mana, setiap kasus di pengadilan atau yang berurusan dengan kepolisian, mungkin saja sebagian besar sudah didesain oleh segelintir orang. Terutama sesuai dengan besaran uangnya.
Mungkinkah, kematian tenaga pekerja migran ilegal dalam film Netflix Thicha sama halnya dengan realita yang dialami oleh tenaga pekerja Indonesia di tanah asing yang sudah bertahun-tahun tidak ada kabarnya?
Di akhir film Thicha, kita disajikan data pekerja migran dunia.
Di dunia ini populasi pekerja migran mencapai 169 juta orang, atau 5 persen dari pekerja di seluruh dunia.
Ada lebih dari tiga juta pekerja migran ada di Thailand. Dan masih banyak lagi yang tidak bisa dilacak.
Disclaimer: Film ini berisikan adegan dewasa dan yang berhak untuk menontonnya adalah mereka yang berusia 18+. Teruntuk teman-teman media yang ingin mempublikasikan ulang tulisan ini ataupun mengutip sebagian, mohon cantumkan link TAFENPAH sebagai sumbernya.
Posting Komentar untuk "Review Film Netflix Thicha, Romansa Migran Ilegal, Berujung Pada Sindikat Kejahatan, Misi Balas Dendam Hingga Misteri Kehilangan Orang Tercinta"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat