Analisis Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku Konsumen
Penulis: Frederikus Suni
![]() |
Analisis pengaruh media sosial. Tafenpah.com |
TAFENPAH.COM - Salah satu fase penetrasi penggunaan media sosial secara besar-besaran di tanah
air adalah merebaknya Pandemi Covid-19. Di mana, komunikasi interpersonal dan komunikasi massa melebur menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan dalam keseharian masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia menjadikan media sosial sebagai ruang komunikasi massa. Selain masyarakat juga menjadikan media sosial sebagai sarana untuk mencarinafkah.
Karena media sosial seperti Facebook, Instagram, WhatsApp, TikTok dan lain sebagainya, memudahkan interaksi antara komunikator (user/pengguna) dengan komunikan (penerima/audiens).
Baca Juga:
HUT Yayasan Tri Asih Ke-56: Ayo Berubah Menjadi Lebih Baik
Selain itu, media sosial juga memudahkan penggunanya dalam memperjualbelikan hasil kreativitas, baik berupa jasa maupun produk. Aktivitas atau ruang virtual tersebut, perlahan tapi pasti menggeser paradigma (cara berpikir) masyarakat dalam memandang dunia marketing, yang sebelumnya para sales harus berjuang ekstra untuk menawarkan produk dari pintu ke pintu, menerjang kerasnya perjalanan hingga panasnya terik matahari, dalam sekejab memudahkan mereka dalam melakukan transaksi tawar menawar hingga terjadinya proses pembelian (closing), hanya dengan satu panggilan ataupun pesan singkat.
Lebih jauhnya, proses negosiasi antara pemilki produk dan konsusmen tak terbatas oleh jarak dan waktu. Efesiensi tersebut memungkingkan setiap orang untuk ikut memanfaatkan berbagai media sosial, guna meningkatkan perekonomian mereka. Selain, mereka menjadikan media sosial sebagai sarana untuk menjalin relasi lintas profesi, ras, budaya, bangsa dan negara.
Bagaimana cara media sosial memengaruhi keputusan pembelian konsumen?
Berdasarkan pengalaman serta analisa yang saya pelajari, salah satu faktor yang memegaruhi tingginya konsumen dalam membeli produk melalui media sosial adalah ulasan dan rating.
Rating dan ulasan menjadi faktor penentu keputusan bagi konsumen dalam membelanjakan segala kebutuhannya melalui media sosial.
Tanpa ulasan atau testimoni yang baik dari pelanggan, sebuah produk atau brand sama sekali tidak akan dilirik oleh konsumen lainya.
Makanya, setiap kali kita memesan barang melalui TikTok, Facebook, Instagram, WhatsApp dan media sosialnya, hal yang pertama-tama kita telusuri adalah komentar sekaligus feedback dari sesama pelanggan.
Semakin tingginya feedback/umpan balik yang positif, sebuah brand akan semakin menarik di mata pelanggan.
3. Apa dampak dari penggunaan influencer terhadap persepsi konsumen terhadap suatu produk?
Maraknya jasa penggunaan influencer dari pemilik brand atau produk, tidak lain adalah untuk meningkatkan interaksi sekaligus ketertarikan pelanggan terhadap sebuah barang atau jasa.
Dalam perspektif saya, seorang influencer kurang lebih seperti juru bicara (jubirnya) seorang presiden, figur publik dan lain sebagainya.
Di mana, mereka (influencer) bertanggungjawab dalam meningkatkan komunikasi yang baik dengan pelanggan.
Selain mereka juga bertanggungjawab dalam menjaga nama baik merek atau brand dari perusahaan, tempat di mana mereka menjadi Ambassadornya.
Citra baik dari sebuah brand adalah manivestasi jangka panjang dari eksistensi atau keberadaan produk. Karena hal demikian sangat berdampak pada persepsi/pemikiran/pandangan/penilaian konsumen terhadap produk tertentu. Salah satu contoh produk yang hingga kini dan nanti masih disukai pelanggan
adalah minuman Le Mineral.
Karena selain desainnya yang sangat interaktif dengan pelanggan, influencernya juga cerdas dalam memegaruhi pelanggan.
Tentunya masih ada banyak brand yang selalu upgrade terkait desain, kemasan, nilai hingga tingkat kepuasan pelanggan, namun dalam konteks ini, saya hanya memfokuskan pada daya pikat yang ditampilkan oleh influencernya Le Mineral.
Karena saya punya pengalaman terkait dengan minuman Le Mineral. Di mana, sejak beberapa tahun lalu, ketika saya menonton sebuah tayangan di media sosial, seorang Brand Ambassador atau influencernya Le Mineral di bawah terik matahari, ia membuka tutupan botol, lalu meminumnya dengan caption menarik yakni, “Ada manis-manisnya.”
Saat itu pun, saya bergegas ke salah satu kios atau tempat jualan Madura untuk membeli sebotol minuman Le Mineral.
Apesnya, setelah saya meminum air Le Mineral, saya sama sekali tidak merasakan manis-manisnya, sebagaimana yang dikatakan oleh influencer tersebut.
4. Analisis dampak negatif yang dapat muncul akibat ketergantungan terhadap media sosial dalam komunikasi pemasaran.
Salah satu bahaya, jika kita terpaku pada media sosial dalam melakukan komunikasi pemasaran adalah kita melewatkan kesempatan untuk berjumpa sekaligus bersay-hello dengan pelanggan konservatif.
Istilah pelanggan konservatif yang saya maksudkan adalah mereka (kelompok) usia tua yang hidupnya masih mempertahankan cara-cara lama dalam membeli barang ataupun jasa. Artinya, mereka lebih menyukai membeli sebuah produk dengan cara datang dan melihat langsung kualitas barang tersebut.
Hal demikian jauh berbanding terbalik dengan pelanggan atau konsumen milenial. Di mana, generasi ini bisa dipastikan menaruh harapan yang lebih kepada media sosial, terutama dalam proses mencari hingga memutuskan untuk membeli barang.
Meskipun, terkadang kepercayaan mereka sangat kontras (terbalik) dengan kualitas barang yang didapatkan melalui media sosial. Namun, mereka tidak mempersoalkan problem tersebut.
Selain itu, mereka (generasi milenial) menginginkan sesuatu secara cepat. Jika ada proses yang lebih gampang, mengapa harus mencari yang susah? Pertanyaan tersebut, kurang lebih sebagai manivestasi kepercayaan yang berlebihan generasi milenial terhadap eksistensi media sosial.
Bahaya lain dari ketergantungan media sosial dalam komunikasi pemasaran adalah secara tidak sadar, cara tersebut mereduksi atau menjauhkan sekaligus ikut menghilangkan beberapa profesi, salah satunya adalah sales manual.
Analisis Peran Televisi dalam Pembentukan Persepsi Publik
Apa peran televisi sebagai media massa dalam membentuk opini publik? Televisi merupakan salah satu medium atau sarana pemberitaan yang hingga kini masih dinilai masyarakat sebagai sumber kredibel, berimbang, dan dapat dipertanggungjawabkan pemberitaannya.
Karena apa yang ditampilkan di media televisi adalah figur publik yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat. Sehingga, masyarakat sangat respek dengan opini/ide/gagasan mereka sebagai sumber rujukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, produksi berita di televisi juga berdasarkan etika dan moral yang berlaku dalam kehidupan masyarakat.
Hal demikian, tentunya sangat paradoks dengan informasi yang kita dapatkan di media sosial. Di mana, setiap orang dapat menyiarkan atau mewartakan berita yang terjadi di setiap wilayah, tanpa adanya filterisasi.
Untuk itu, televisi yang hingga kini masih menjadi roh kepercayaan publik terhadap setiap pemberitaannya, secara kontinyu memperbaharui sistem pemberitaannya, terutama para pelakunya, agar setiap informasi yang keluar dari sebuah stasiun televisi dapat mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Televisi sebagai wadah yang menghimpun aspirasi masyarakat dengan tingkat keberimbangan serta filterisasi yang ketat, juga perlu didukung dengan regulasi komunikasi digital yang secara kontinyu mengikuti perubahan zaman.
Regulasi komunikasi digital yang baik, juga akan mencerminkan positivisme masyarakat dalam menjalani kehidupan. Karena segala sesuatu yang terpancar dalam penglihatan, perasaan, pendengaran dan penciuman insan pencipta berita di televisi dapat melahirkan opini-opini yang sehat dan tentunya menambah wawasan.
2. Analisis bagaimana penyajian berita yang tidak seimbang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat.
Secara logika, kita tidak akan percaya dengan sebuah stasiun televisi, yang kiprahnya sudah puluhan tahun menjadi laboratorium informasi dan komunikasi bagi bangsa Indonesia, secara keliru menayangkan pemberitaan yang tidak seimbang, terhadap tokoh publik, tokoh adat hingga praktisi lainnya dalam berbagai bidang kehidupan.
Sebagai pendekatan kontekstual, saya pun melihat dan mengamati fenomenologi
(realitas yang dialami oleh subjek) dalam hal ini masyarakat Provinsi Nusa
Tenggara Timur yang hingga kini dan nanti akan terbelenggu dengan satirisme
massa.
Di mana, publik tanah air sudah sejak lama didoktrin oleh pemberitaan media massa, terutama televisi untuk menilai mereka yang berasal dari NTT adalah pribadi-pribadi yang kasar.
Memang secara realita, mungkin sebagain besar warga Indonesia dalam menjalani kehidupan harian bersama dengan diaspora NTT, pernah mengalami kekerasan verbal dan lain sebagainya.
Namun, tidak mungkin segala sesuatu terjadi tanpa adanya sebab. Untuk lebih jelasnya, sebelum kita menghukum masyarakat NTT secara moral dan etika, sebaiknya kita mempertajam pengetahuan kita tentang arti dari perbedaan.
Apalagi warga Indonesia terdiri dari beragam ras, etnis, bahasa, karakter, kepercayaan dan tingkat pendidikan yang berbeda. Tentu saja, pola pikir, pemahaman dan karakter pun sangat berbeda.
Perbedaan itulah yang menjadikan bangsa Indonesia sangat seksi dan menarik di mata dunia internasional.
Untuk itu, sebelum kita menilai baik dan buruknya pribadi seseorang, alangkah baiknya kita memahami arti dari Bhineka Tunggal Ika.
Karena Bhineka Tunggal Ika bukan sebatas slogan kebangsaan. Melainkan, Bhineka Tunggal Ika sebagai roh/jiwa dan nadinya dari perjalanan setiap bangsa Indonesia dalam menjalin relasi bersama orang yang berbeda budaya dari kita.
Saya sangat mengapresiasi mereka (jurnalis/reporter) yang dalam setiap pemberitaannya tidak pernah menyinggung isu SARA. Karena dinamika tersebut, ikut melahirkan keberimbangan dalam setiap pengamatan mereka terhadap eksistensi atau keberadaan dirinya, sesamanya, alamnya hingga Tuhan yang ia
imani.
3. Bagaimana framing (penyusunan berita) mempengaruhi pemahaman audiens terhadap isu tertentu?
Sesuai dengan apa yang saya ketahui, framing yang baik biasanya diawali dengan isu-isu kebudayaan, kemudian berlanjut pada isu psikologi, dan ditutup dengan pesan-pesan yang berlandaskan pada etika dan moral, sebagaimana yang terdapat dalam kepercayaan yang kita yakini.
Sebagai warga Indonesia yang meletakkan segala sesuatu pada aspek religi (Teologi), sudah semestinya kita melakukan sesuatu harus sesuai dengan nilai- nilai kebudayaan lokal, dari mana kita lahir hingga kita berproses menjadi versi terbaik dari diri kita.
Saya selalu percaya, jika sebuah berita menerapkan framing tersebut, pastinya audiens akan sangat mudah mengikuti epistemologi dari setiap jurnalis/reporter.
Kendati demikian, saya dan kamu pastinya memiliki pandagan lain lagi, kan? Terutama yang berkaitan dengan statmen saya di atas. Di mana, desain framing apa pun yang terlihat perfect, pastinya ada celah di antaranya.
Untuk itu, setidaknya, melalui ulasan saya di atas, dapat menambah wawasan pembaca dalam mendesain sebuah berita yang otentik dan tentunya berlandaskan pada nilai-nilai kearifan lokal budaya kita.
4. Sebutkan dan jelaskan dua teori komunikasi massa yang relevan untuk menganalisis pengaruh televisi terhadap pembentukan opini publik.
Untuk menganalisasi pengaruh televisi terhadap pembentukan opini publik, sejauh ini saya lebih menyukai teori jarum suntik.
Apa itu teori jarum suntik? Berdasarkan disiplin ilmu yang saya dapatkan, baik melalui pengalaman selama menjalani kegiatan citizen journalism hingga pernah menjadi salah satu reporter di salah satu media di Jakarta Pusat, saya menemukan konsep pemikiran teori jarum suntik sebagai sesuatu yang sangat berpengaruh dalam meliput berita, mengolah, memproduksi hingga menyebarkan informasi kepada khalayak umum.
Asumsi dari teori ini adalah pesan disampikan komunikator secara langsung kepada komunikan (penerima pesan), tanpa adanya feedback (Sumber:www.tafenpah.comdengan judul artikel “https://www.tafenpah.com/2025/01/10-teori-komunikasi-massa-mahasiswa.html).
Kedua: Teori Kultivasi Media
Teori ini sangat relevan dengan masyarakat Indonesia. Mengingat, warga Indonesia suka menonton televisi. Semakin mereka menghabiskan waktu yang lama untuk menyaksikan acara di stasiun televisi, mereka pun perlahan tapi pasti akan membangun image/personal brandingnya sendiri.
Contohnya: Saya biasanya menyukai acara Kick Andy yang biasanya dibawakan oleh Andy Flores Noya di Metro TV.
Alasan utama saya menyukai program ini adalah materi dan juga narasumbernya sangat kompeten di setiap bidangnya.
Semakin lama saya menghabiskan waktu untuk menonton program Kick Andy,
saya pun semakin sadar bahwasannya dengan banyak membaca, mendengarkan
dan mengamati setiap fenomena yang terjadi dalam kehidupan setiap hari,
pendidikan adalah salah satu jalan terbaik, guna mengeluarkan diri kita dari
lorong-lorong kegelapan menuju cahaya.
Analisis Penggunaan Iklan dalam Majalah dan Surat Kabar Analisis bagaimana iklan di media cetak berfungsi dalam menyampaikan pesan kepada audiens yang lebih tersegmentasi.
Setiap kali saya membaca majalah, biasanya saya perhatikan sisipan iklan banner dari pihak pengiklan, yang terkadang sulit saya pahami. Bagaimana tidak, di tengah disrupsi media baru, kok bisa masih ada pihak pengiklan yang menaruh harapan pada media cetak, entah itu tabloit, majalah, koran dan lain sebagainya.
Karena perspeksi saya, pengiklan besar kini lebih tertarik untuk mengalokasikan dananya untuk beriklan di media digital. Karena prosesnya lebih mudah dan hasilnya juga lebih menguntungkan, ketimbang beriklan di media cetak.
Beriklan di media cetak, sama halnya kita menaruh harapan pada kertas kosong. Karena tidak mungkin pembacanya yang sudah tersegmentasi dan mayoritas pemikir konservatif termakan oleh rayuan di balik iklan tersebut.
Untuk itu, saya kurang setuju dan tidak percaya untuk beriklan di media cetak. Karena beriklan di media digital, jauh lebih menguntugkan dan dapat menjangkau pelanggan di mana pun.
Namun, persepsi saya ini akan bertolak belakang dengan mereka yang lebih percaya pada iklan di media cetak, karena ada sisi positifnya.
Selain itu, iklannya juga tidak terlalu berdampak negatif kepada pelanggan, apabila kita melihat sisi negatif dari iklan di media digital, yang kadang kala menjerumuskan kita ke dalam persoalan yang rumit dan menyayat hati.
2. Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan media cetak sebagai saluran komunikasi massa dibandingkan dengan media digital?
Salah satu kekurangan media cetak adalah informasi yang terjadi saat ini, tidak serta merta dapat diketahui oleh publik. Karena proses produksi beritanya harus melalui manajemen redaksional.
“Manajemen redaksional terdiri dari pencarian berita (News Gathering), sampai
pada penulisan berita (News Writing).”1 (1 Muhammad Ikhwan, Manajemen Media Komtemporer (Jakarta: Kencana, 2022), hlm. 26.
Dalam bahasa kaum awam, berita yang ada di media cetak, ketika tiba di hadapan pembaca sudah basi. Selain itu, biaya untuk mendpatkan informasi di media cetak juga terbilang mahal.
Di samping keleman media cetak, ada pun kelebihan dari media cetak yakni: penulisannya lebih mendalam, informasi yang kita dapatkan benar-benar lebih dipercaya, karena berisi kajian yang sarat makna dan dari ahlinya.
Media cetak juga dapat dijadikan sebagai bahan rujukan valid dalam menulis tulisan ilmiah.
3. Bagaimana desain dan penempatan iklan dapat memengaruhi efektivitas pesan
yang disampaikan dalam media cetak?
Menurut saya desain dan penempatan iklan di media cetak tidak fleksibel, sebagaimana kita menempatkan iklan di media digital. Karena media cetak, terutama kertasnya tidak memungkinkan ruang ekspresi yang lebih bagi pihak pengiklan.
Kendati demikian, mungkin saja iklan di media cetak akan berdampak positif bagi pembaca, bila ditempatkan di sela-sela bait tulisan.
Penempatan iklan di media cetak juga harus disesuaikan dengan aspek rasa, selain iklannya harus menarik. Makanya, di media cetak, kebanyakan modelnya adalah wanita. Karena cara demikian ikut meningkatkan ketertarikan konsumen, pihak laki-laki dalam membelanjakan produk yang bersangkutan.
4. Jelaskan peran media cetak dalam membentuk sikap dan persepsi terhadap
suatu produk atau layanan.
Peran media cetak dalam membentuk sikap dan persepsi masyarakat terbilang pengaruhnya cukup besar. Karena media cetak sangat tersegmentasi dan punya pelanggan tetap.
Semakin bagus konten yang dihadirkan, semakin tinggi ketertarikan pelanggan (pembaca setianya) untuk melirik produk yang bersangkutan.
Untuk itu, tim redaksi biasanya memilah produk atau layanan yang reputasinya sudah lama mendapatkan tempat di ruang masyarakat Indonesia. Karena reputasi yang baik dari brand tertentu, tingkat ketertarikan sekaligus daya beli pelanggan juga sangat tinggi. Apalagi produk tersebut sangat membantu banyak orang dalam mengatasi kesulitannya.
Daftar Pusata
Ikhwan, Muhammad. (2022). Manajemen Media Kontemporer. Jakarta: Kencana.
www.tafenpah.com
Posting Komentar untuk "Analisis Pengaruh Media Sosial terhadap Perilaku Konsumen"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat