Kajian Gaya Komunikasi Equalitarian antara Presiden Prabowo, Jokowi dan SBY di Balik Danantara
Penulis: Frederikus Suni
![]() |
Kajian Gaya Komunikasi Persamaan (Equalitarian Style) antara Presiden Prabowo Subianto, SBY dan Jokowi Widodo di balik Danantara. Tafenpah.com |
TAFENPAH.COM - Salah satu poin penting di balik Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 30 Tahun 2025 adalah dengan pengangkatan Dewan Pengawas dan Badan Pelaksana Pengelola Investasi Danantara.
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto bersama dengan Susilo Bambang Yudhoyono (Mantan presiden ke-6) dan Joko Widodo (Mantan presiden ke-7) telah meresmiskan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) di Istana Negara, Jakarta Pusat pada Senin (24/2/2024).
Sebagai mahasiswa Program Studi PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia, saya pun akan mengkaji peristiwa besar tersebut dari perspektif equalitarian style (gaya komunikasi persamaan).
Di mana, presiden Prabowo Subianto berusaha untuk mengkomunikasikan gagasan besarnya, terutama visi "Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045, yang terjawantahkan dalam misi atau 8 Asta Cita-nya.
Pertama-tama Prabowo Subianto tidak menjadikan dirinya sebagai sentrisnya pemerintahan Indonesia. Kendati Prabowo adalah presiden atau kepala negara Indonesia.
Melainkan, Ketua Umum partai Gerindra tersebut, turut menginisiasi gaya komunikasi persamaan (equalitarian style) dengan melibatkan seluruh stakeholder internal (stafnya di lingkungan kementerian) hingga pihak eksternalnya untuk merumuskan sekaligus memantau jalannya Badan pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
Kehadiran SBY dan Joko Widodo bukan sebatas Penasihat Danantara. Bukan pula sebagai aksi balas budi presiden Prabowo Subianto terhadap dukungan kedua figur publik tersebut dalam pemilihan presiden tahun lalu.
Melainkan, Prabowo Subianto ingin menunjukkan kepada masyarakatnya termasuk pihak luar negeri, bahwasannya di era kepemimpinananya, fleksibilitas, keterbukaan serta komunikasi dua arah sangat tepat dan efesien untuk memajukan bangsa Indonesia di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Kendati, Prabowo adalah mantan Menteri Pertahanan ke-26 Indonesia periode 2019 - 2024, yang notabene komunikasinya bersifat linear atau satu arah. Layaknya komunikasi di lingkungan TNI yang anggotanya selalu siap mengikuti instruksi pimpinannya, tidaklah tepat untuk diterapkan di era kepemimpinannya.
Inilah kelebihan presiden Prabowo Subianto yang tidak piawai dalam urusan meracik strategi pertempuran di medan perang. Melainkan Prabowo juga merupakan seorang pakar komunikasi yang selalu menginspirasi generasi muda tanah air untuk membuka diri dengan insight atau masukan dari semua pihak, guna meningkatkan kualitas diri.
Mencermati fenomenologi atau realitas yang sedang terjadi antara Prabowo, SBY dan Jokowi, sama halnya kita sedang flashback akan kisah persahabatan 5 sahabat dan 2 cinta dalam film layar lebar 5 CM yang disutradarai Rizal Mantovani dari novel karya Donny Dhirgantoro.
Berkaitan dengan spekuasi dari pengamat, ahli ekonom, citizen journalism, kreator konten, selebgram hingga figur publik yang berkompeten di setiap bidangnya, menilai Temasek Holdings Limited Singapura.
Berdasarkan rujukan TAFENPAH dari berbagai sumber terpercaya, Temasek Holdings adalah perusahaan investasi global milik Singapura.
Atau dengan kata lain, BUMN-nya Singapura yang berdiri sejak tahun 1974.
Sementara jika saya merujuk pada pengalaman Anis Uzzaman dalam bukunya yang berjudul "Startup Pedia," yang mengupas aliran dana investasi Fenox Venture Capital dalam melirik pasar digital di Asia Tenggara untuk membantu sekaligus menginvestasikan dananya dalam jumlah yang fantastis dengan tujuan untuk membangun Startup ala Silicon Valley -nya Asia, di sana saya menemukan kesamaan antara mimpi pemerintah Singapura di awal mendirikan Temasek.
Sama halnya mimpi besar presiden Prabowo Subianto di balik berdirinya Danantara.
Jika pun program Danantara berhasil, maka perekonomian Indonesia akan meningkat dan tentunya akan ada banyak lapangan pekerjaan terbuka.
Karena pihak asing bersedia untuk ikut berinvestasi di tanah air. Sebagaimana konsep Singapura, terutama Temasek Holdings yang hingga kini telah menjadikan mantan negara bagian Malaysia tersebut menjelma sebagai macan perekonomian Asia Tenggara dan menjadi negara maju.
Untuk merealisasikan cita-cita tersebut, presiden Prabowo Subianto mengubah total gaya kepemimpinannya yang selama masa kampanye dinilai banyak pihak akan menerapkan sistem pemerintahan otoriter.
Namun, pada kenyataannya presiden Prabowo Subianto justru memiliki gaya komunikasi Equalitarian Style (komunikasi persamaan) yang menjiwainya semangat keterbukaan dan komunikasi dua arah atau lebih fleksibel antara pemerintah dan masyarakat dalam menyukseskan Danantara.
Demikian ulasan singkat dari saya. Kiranya tulisan ringan ini ikut memberikan pemahaman baru bagi pembaca budiman.
Posting Komentar untuk "Kajian Gaya Komunikasi Equalitarian antara Presiden Prabowo, Jokowi dan SBY di Balik Danantara"
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan baik dan sopan ya! | Terima kasih
Diperbolehkan mengutip tulisan dari Tafenpah tidak lebih dari 30%, dengan syarat menyertakan sumber | Mari, kita belajar untuk menghargai karya orang lain | Salam hangat