Menghargai Nilai Tradisi Kearifan Lokal dalam Menciptakan Kampanye Digital Yang Adil

Mahasiswa Universitas Siber Asia. Tafenpah.com

TAFENPAH.COM - Regulasi komunikasi digital Indonesia, terutama landasan sosiologis yang mengatur nilai-nilai kearifan lokal dalam sistem penyiaran, sejatinya merupakan fondasi, di mana setiap figur publik memanajemen pola pikir, rasa, pengalaman, empati serta itikad baik dalam menyampikan sesutau di hadapan publik.

Ketika kita melihat kembali fenomenologi atau realita yang dialami oleh para kontestan dalam pemilihan presiden lalu, di antara ketiga cawapres dan capres saling mempertahankan visi dan misinya.

Channel Youtube Perspektif Tafenpah



Di balik visi dan misinya, ada kecenderungan atau tendensi dari setiap kontestan untuk saling menjatuhkan. Persoalan tersebut, bila kita mengaitkan dengan etika dan moral, sebenarnya keliru (salah).

Karena untuk mencapai tujuan tertentu, di antara ketiga pasangan capres dan cawapres tidak boleh menggunakan segala macam cara licik (satiris).

Kendati demikian, realita yang tersaji dalam debat pilpres tahun lalu, sangat jelas menelanjangi etika dan moral leluhur bangsa Indonesia.

Karena di antara ketiga capres saling memainkan instrumen yang berbasiskan pada satirisme di balik setiap kata.

Terpisah dari persoalan remeh temeh di atas, secara subjektif, saya memberikan penilaian positif terhadap pasangan nomor urut 2 (Prabowo-Gibran).

Karena pasangan ini tahu menempatkan nilai-nilai kearifan lokal bangsa Indonesia. Seperti; membungkuk terhadap orang yang lebih tua, memberikan kesempatan yang lebih kepada senior, merangkul perbedaan, belajar dari figur publik terdahulu, terutama yang berkaitan dengan positivismenya.

Karena maju dan berkembangnya sebuah negara, tidak dilihat dari seberapa kuat militer serta atributnya. Namun, kemajuan peradaban dunia dimulai dari aspek sosio-budayanya.


Mahasiswa dan Dosen Universitas Siber Asia. Tafenpah.com


Memiankan instrumen kearifan lokal dalam menyampaikan argumen, bertalian erat dengan prinsip filsuf kebudayaan blasteran Jerman dan Yahudi, Ernst Cassirer.

Di mana, Ernst Cassirer mengajarkan kepada kita bahwasannya untuk mengetahui disposisi batin seseorang, pertama-tama kita harus melakukan penetrasi dari kebudayaannya. Karena manusia adalah makhluk yang hidup dalam dan melalui unsur-unsur kearifan lokal tersebut (Sumber; www.tafenpah.com).

Hal demikian senada/serupa/sefrekuensi dengan setiap kalimat yang diucapkan Prabowo Subianto. Artinya, Prabowo Subianto menempatkan nilai-nilai tradisi bangsa Indonesia jauh lebih agung/tinggi daripada ilmu pengetahuan yang melatarbelakanginya.

Frasa tersebut seolah menarik kita untuk masuk lebih dalam lagi untuk bergumul dengan regulasi komunikasi digital dewasa ini.

Di mana, kemajuan teknologi dan informasi saat ini, tidak menjadikan kita sebagai pribadi yang hanya sebatas ikut arus. Melainkan, kita pun harus menumbuhkembangkan nalar kritis dan mindset positif dalam memilah apa yang baik dan benar dalam menjalani kehidupan harian bersama orang lain.

Memang, secara eksplisit/tersembunyi, Prabowo Subianto tidak secara terang-terangan mengatakan bahwasannya betapa pentingnya nilai tradisi dalam kehidupan setiap orang.

Namun, dalam refleksi, kita dapat menemukan benang merah, terkait urgentnya pendidikan etika dan moral dalam berkomunikasi.

Apalagi dalam regulasi komunikasi digital, terutama landasan sosiologis dengan jelas mengatakan, penyususnan regulasi penyelenggaraan sebaiknya berbasis kearifan lokal dan mengusung nilai-nilai tradisi, guna menciptakan ekosistem komunikasi yang baik di ruang publik (Sumber: Materi Kuliah ‘Regulasi Komunikasi Digital, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Siber Asia).

Kesimpulan

Bangsa Indonesia kaya akan kearifan lokal budayanya. Kekayaan tersebut juga ikut memainkan peran penting dalam pembentukan karakter manusianya. Untuk itu, dengan memahami nilai-nilai tradisi, kita pun akan jauh bersikap adil dan sangat menghargai keberadaan orang lain.

Sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto di masa kampanyenya. Terlepas dari hasil kampanye yang mungkin bagi sebagian orang kurang tepat dan memuaskan. Namun, bagi saya, cerminan Prabowo Subianto dalam membungkuk, memberikan kesempatan yang lebih kepada senior, merangkul perbedaan dan rasa nasionalismenya, patut kita ajungi jempol serta kita aplikasikan dalam kehidupan harian, di mana kita berproses menjadi pribadi-pribadi yang peka, cinta, empati dan simpati terhadap keberadaan orang lain. Ketimbang ambisi dan ego.

Dengan demikian, ke depannya kita akan menciptakan ruang kampanye digital yang adil dan beradap, sebagaimana yang terkandung dalam kelima Sila Pancasila.

Frederikus Suni

Mahasiswa Prodi Komunikasi

Universitas Siber Asia

Discalimer: Artikel ini saya sudah publikasikan di Kompasiana dengan link di bawah ini:

www.kompasiana.com/fredysuni

 

Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Menghargai Nilai Tradisi Kearifan Lokal dalam Menciptakan Kampanye Digital Yang Adil"