Nusa Tenggara Timur Dalam Bingkai Pengembangan Konten Kearifan Lokal Berdasarkan Perspektif Jurnalis dan Dosen

Penulis: Frederikus Suni

Foto: Frederikus Suni/Tafenpah.com

TAFENPAH.COM - Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu wilayah otonomi Indonesia, yang dulunya menjadi satu kesatuan dari Kepualan Sunda Kecil. Kepualau Sunda Kecil pada tahun 1958 dibagi menjadi tiga provinsi yakni: Bali, NTB, dan NTT.

Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak di bagian Tenggara Indonesia, dan berbatasan langsung dengan negara Demokratik Timor Leste dan Australia. Kendati demikian, Provinsi Nusa Tenggara Timur memiliki keunikan budayanya. 

Lanskap kebudayaan tersebut, mencerminkan seni estetik dan kekayaan warisan leluhur, yang termanivestasi dalam berbagai pesan verbal maupun nonverbal kebudayaan yang berada di Flobamorata. 



Flobamorata merupakan singkatan dari Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata. Untuk melengkapi hasil proposal saya terkait ‘Analisis Komunikasi Citizen Journalism terhadap Pertumbuhan Konten Lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur,’ saya menggunakan metode kualitatif, terutama wawancara dengan beberapa narasumber, di antaranya: Pendiri, Pemilik sekaligus Jurnalis senior (NTTPedia.id dan Savanaparadise.com), Ketua Ikatan Wartawan Timor Tengah Utara/INTAN TTU, Dosen Komunikasi dari Universitas Dian Nusantara (Undira), dan Dosen Sistem Informasi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. 

Kata Kunci: NTT, Budaya, Citizen Journalism, dan Narasumber. 

Nusa Tenggara Timur 

Provinsi Nusa Tenggara Timur, dewasa ini makin dikenal luas oleh berbagai kalangan. Karena keberadaan Komodo. Selain pesona alamnya yang cantik dan eksotik, menjadikan wilayah otonomi Indonesia tersebut sebagai destinasi super prioritas tanah air. 

Kecantikan alam dan keberadaan hewan endemik Komodo di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur, juga didukung oleh kearifan lokal budayanya yang sangat kaya Kekayaan alam dan budaya yang terbentang dari daratan Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata (Flobamorata) menjadaikan NTT sebagai komoditas budaya yang sangat menjanjikan di era pertumbuhan teknologi informasi dan komunikasi. 

Perihal komunikasi, saya akan meminjam ajaran dari filsuf kebudayaan Jerman dan Yahudi yakni: Ernst Cassiere yakni: Manusia pertama-tama harus didekatin dari budayanya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya. Artinya, makhluk yang hidup dalam dan melalui unsur-unsur budaya itu sendiri. 

Budaya

Setiap kebudayaan memiliki kekayaannya tersendiri. Dalam kebudayaan, kita melihat dunia. Sebaliknya, bagaimana dunia melihat diri kita. 

Persoalan komunikasi kebudayaan di wilayah Tenggara Indonesia, khususnya NTT, tentunya sangat kompleks pembahasannya. Untuk itu, saya fokuskan pembahasannya di salah satu suku bangsa yang berada di daratan Timor Barat, yakni; Suku Dawan Timor. 

Suku Dawan merupakan salah satu kelompok masyarakat yang mendiami wilayah Timor Barat Indonesia, tepatnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kupang (Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur) hingga distrik Ambenu negara Demokratik Timor Leste.1 Dalam kehidupan harian, kelompok etnis Dawan Timor ini menggunakan bahasa Dawan. 

Bahasa adalah simbol pemersatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahasa dawan disebut sebagai simbol aktualisasi Pancasila, karena dalam setiap zaman, ada perubahan dan pembaharuan secara kontinyu, untuk mentransformasikan nilai-nilai leluhur etnis Dawan dalam kehidupan praktis, khususnya dalam norma atau aturan hidup berbangsa dan bernegara.

Citizen Journalism 

Citizen Journalism belakangan menjadi salah satu topik pembicaraan terhangat di ruang-ruang diskusi daring maupun daring. Karena momentum kebangkitan citizen journalism berdasarkan pemahaman saya dalam mengelola website www.tafenpah.com adalah ketika Pandemi Covid-19 melanda Indonesia pada awal tahun 2020 lalu. 

Kala itu, komunikasi apa pun seakan terbatas. Dan memang, berdasarkan informasi yang saya dapatkan di berbagai kanal berita mengatakan Pandemi Covid-19 merupakan bagian dari desain maha dahsyat kaum kapitalis dalam merekonstruksi mindset warga Indonesia untuk memasuki tatanan dunia yang baru yakni; revolusi industri 4.0 dan persiapan menjelang ‘era society’ era keterhubungan yang ditandai dengan revolusi industri 5.0. 

Terlepas dari problematika tersebut, saya merasakan dampak pertumbuhan konten kearifan lokal budaya Provinsi Nusa Tenggara Timur di website saya (www.tafenpah.com). 

Di mana, sebagai salah satu portal yang mengusung tagline ‘Memotret dari Tapal Batas Indonesia dan Timor Leste Menuju Dunia,’ dengan fokus utama pembahasannya pada kearifan lokal budaya suku Dawan Timor NTT, minat dan perhatian (animo) masyarakat di Flobamorata sangat tinggi terkait konten-konten lokal. 

Awalnya, saya mendirikan portal Tafenpah sebagai opsi atau pilihan pembaca, khususnya mereka yang ingin berkunjung ke wilayah otonomi NTT, tepatnya di daratan Timor Barat dan mencari referensi terkait kearifan lokal budaya Dawan. 

Seiring dengan perkembangannya hingga menjelang 4 tahun berdirinya www.tafenpah.com respon dari mahasiswa, dosen, jurnalis, praktisi hingga tokoh publik, baik yang berada di Pemda dan Pemprov NTT hingga Anggota DPR RI di Senayan Jakarta pun sangat positif. 

Sebagai citizen journalism milenial, saya pun merasa bangga. Karena karya saya pun diterima dan ikut memberikan kontribusi bagi pertumbuhan konten lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur. 

Dari apresiasi dan rasa bangga tersebut, sebenarnya terkandung nilai-nilai kearifan lokal budaya dari mana saya lahir, bertumbuh hingga berproses menjadi pribadi yang nantinya seperti apakah potretan diri saya ke depannya, saya pun tidak tahu. Karena kehidupan adalah proses transformasi secara kontinyu. 

Senada dengan ajaran etika ‘Nikomakhean’ dari filsuf Aristoteles yakni; Pencarian tertinggi dan terakhir dari manusia dalah kebahagiaan.’ Dalam fase pencarian tersebut, saya menemukan kecintaan yang luar biasa dalam mengkomunikasikan kearifan lokal budaya Timor Dawan NTT dalam berbagai karya digital. 

Memaknai era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama materi kuliah yang berkaitan dengan ICT LITERACY, Program Studi PJJ Komunikasi Universitas Siber Asia, di bawah semangat “Memajukan Ilmu dan Kebudayaan,” saya menjadikan kearifan lokal budaya etnis Dawan Timor NTT, sebagai wahana untuk menajamkan pikiran dengan semangat reflektif dan kontemplatif, dalam mengelaborasikan setiap pesan kebudayaan, yang terjawantahkan dalam perspektif narasumber, terutama yang berasal dari Jurnalis dan Dosen.

Perspektif Narasumber Untuk melengkapi hasil tulisan ini, saya menggunakan metode kualitatif, tepatnya wawancara via pesan WhatsApp dengan Founder, Owner sekaligus Jurnalis senior (NTTPedia.id dan Savanaparadise.com) Elas Jawamara. 

“Selamat malam kak, jika berkenan saya ingin menanyakan perihal pengalamannya sebagai seorang Jurnalis dalam mengamati peran citizen journalism dalam mengembangkan konten kearifan lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur?” 

“Pertumbuhan konten kearifan lokal terus mengalami pertumbuhan yang signifikan dari masa ke masa. Apalagi dijaman digital saat ini, di mana platform Sosial media menjadi wahana eksplorasi dari para konten kreator Lokal. Saat ini Tiktok , Facebook , IG menjadi "ladang"bagi konten kreator untuk berekpresi. 

Selain beraktualisasi ,menjadi konten kreator dengan menampilkan kearifan lokal juga mendatangkan penghasilan Yang menggiurkan.” 

Langkah apa saja yang harusnya dilakukan citizen journalism dalam mengembangkan konten kearifan lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur? 

“Beberapa langkah yang dapat dilakukan citizen journalism dalam mengembangkan konten Kearifan Lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur: Lakukan Riset dan Eksplorasi untuk mempelajari kearifan lokal NTT, seperti tradisi, budaya, dan sejarah. dentifikasi Sumber, Cari narasumber yang kredibel, seperti tokoh masyarakat, budayawan, dan akademisi. Kembangkan Jaringan untuk membangun kerjasama dengan komunitas lokal, organisasi budaya, dan lembaga pemerintah. Lakukan liputan lapangan berupa wawancara, dokumentasi Kegiatan budaya. Buat Berita , konten foto dan video serta podcast terkait kearifan lokal.” 

Sementara hasil wawancara bersama Kornelia Johana Dacosta, S.I.kom., M.I.Kom (Dosen Komunikasi Universitas Dian Nusantara) adalah sebagai berikut: 

“Selamat malam Bunda, jika ada waktu luang, apakah saya bisa minta perspektif bunda terkait pengamatannya dalam menyaksikan peran aktif citizen journalism dalam menumbuhkembangkan konten kearifan lokal NTT saat ini dan di masa depan?” 

Peran Citizen Journalism 

1. Mengumpulkan dan mendokumentasikan cerita : Mengumpulkan cerita dari masyarakat lokal tentang tradisi, budaya dan kearifan lokal. 

2. Mengembangkan konten multimedia : Membuat konten multimedia seperti video, foto dan artikel tentang kearifan lokal NTT. 

3. Mempromosikan konten : Mempromosikan konten kearifan lokal melalui media sosial dan platform online lainnya. 

4. Mengajak partisipasi masyarakat : Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan konten kearifan lokal. 

5.Mengkritisi dan memperbaiki : Mengkritisi dan memperbaiki konten yang sudah ada untuk meningkatkan kualitasnya. 

“Langkah apa saja yang harusnya dilakukan citizen journalism dalam mendukung Pemda dan Pemprov dalam mengembangkan konten kearifan lokal Provinsi Nusa Tenggara Timur?” 

Peran Pemda dan Pemprov 

1. Mendukung infrastruktur : Mendukung infrastruktur seperti jaringan internet dan fasilitas pendukung lainnya. 

2. Mengalokasikan anggaran : Mengalokasikan anggaran untuk pengembangan konten kearifan lokal. 

3. Mengembangkan kebijakan : Mengembangkan kebijakan yang mendukung pengembangan konten kearifan lokal. 

4. Mengadakan pelatihan : Mengadakan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan Citizen Journalism. 5. Mengakses dan mempromosikan : Mengakses dan mempromosikan konten kearifan lokal melalui platform resmi. 

“Bagaimana peran akademisi dalam mengembangkan konten kearifan lokal budayanya?” 

Peran Akademisi 

1. Mengembangkan teori dan konsep : Mengembangkan teori dan konsep tentang kearifan lokal. 

2. Mengadakan penelitian : Mengadakan penelitian tentang kearifan lokal NTT. 

3. Mengembangkan kurikulum : Mengembangkan kurikulum yang memasukkan kearifan lokal. 

4. Mengadakan workshop dan seminar : Mengadakan workshop dan seminar tentang kearifan lokal. 

5. Mengkritisi dan memperbaiki : Mengkritisi dan memperbaiki konten yang sudah ada. 

Strategi Pengembangan Konten 

1. Membuat konten yang menarik : Membuat konten yang menarik dan relevan dengan kehidupan masyarakat. 

2. Menggunakan bahasa lokal : Menggunakan bahasa lokal untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat. 

3. Mengembangkan platform online : Mengembangkan platform online untuk mempromosikan konten kearifan lokal. 

4. Mengadakan kolaborasi : Mengadakan kolaborasi dengan organisasi budaya dan komunitas lokal. 

5. Mengakses dan mempromosikan : Mengakses dan mempromosikan konten kearifan lokal melalui media massa. 

Tantangan dan Solusi 

1. Keterbatasan infrastruktur : Mengembangkan infrastruktur yang memadai. 

2. Kurangnya kesadaran : Mengadakan kampanye kesadaran tentang pentingnya kearifan lokal. 

3. Keterbatasan sumber daya : Mengalokasikan anggaran dan sumber daya yang memadai. 

4. Kurangnya partisipasi : Mengajak partisipasi masyarakat dan komunitas lokal. 

5. Keterbatasan kemampuan : Mengadakan pelatihan dan pengembangan kemampuan. 

Dengan kerja sama dan sinergi antara Citizen Journalism, Pemda, Pemprov dan Akademisi, pengembangan konten kearifan lokal NTT dapat dilakukan secara efektif dan berkelanjutan. 

Demikian hasil wawancara bersama kedua narasumber tersebut. Kesimpulan Secara garis besar, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, ikut menumbuhkembangkan minat citizen journalism di Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam mengembangkan konten kebudayaannya. 

Kendati demikian, ada tantangan yang menjadi tugas dan tanggung jawab bersama, terutama yang berkaitan dengan sinergitas antara citizen journalism bersama dengan Pemda dan pemprov, serta lintas stakeholder, guna mengkompilasikan berbagai pandangan dan akhirnya, pikiran-pikiran tersebut, menjadi landasan baru dalam brangkas ilmu pengetahuan yang berangkat dari kebudayaan dari mana kita lahir dan dibesarkan. 

Daftar Pustaka 

Artikel Mengenal Suku Dawan Yang Mendiami Timor Barat. Diakses pada tanggal 29 Desember 2024, Pukul 20.24 WIB dari website www.tafenpah.com 1 Artikel Bahasa Dawan Sebagai Simbol Kepribadian, Aktualisasi dan Implementasi Pancasila Etnis Dawan Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Diakses pada tanggal 29 Desember 2024, Pukul 20.32 WIB dari Website www.tafenpah.com Metode kualitatif, wawancara bersama narasumber. Channel Youtube Tafenpah Group https://www.youtube.com/@suni_fredy

Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Nusa Tenggara Timur Dalam Bingkai Pengembangan Konten Kearifan Lokal Berdasarkan Perspektif Jurnalis dan Dosen"