Elisa Benedicta, Kisah Dibalik Menganyam Mimpi, Berbagai Harapan bersama Mama-Mama Timor Tengah Selatan NTT

Penulis: Frederikus Suni 

Elisa Benedicta, kisah dibalik menganyam mimpi dan berbagai harapan bersama Mama-Mama Timor Tengah Selatan. (Sumber gambar; Ig@eliseabenedicta)/TAFENPAH.COM


TAFENPAH.COM - Menganyam Mimpi dan Berbagi Harapan bukan sekadar filosofi, apalagi retorika ala politisi! Namun, ada hope yang terjawantahkan dibalik rajutan kenangan Elisa Benedicta (Putri Indonesia NTT 2025), ketika dirinya berbagi canda tawa, pengalaman, sharing kebudayaan hingga konsep budidaya daun lontar bersama Mama-Mama dari Kabupaten Timor Tengah Selatan (Soe), Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Merajut kenangan bersama Mama-Mama pengrajin daun lontar di daratan Timor Barat, khususnya kota Soe, Timor Tengah Selatan - NTT, ikut menambah wawasan bagi Elisa Benedicta yang nantinya menjadi perwakilan NTT dalam ajang pemilihan Putri Indonesia 2025 di Jakarta, tepatnya pada Selasa (2/5/2025).

Menariknya, Elisa lulusan Binus yang sudah lama menaruh ketertarikannya pada isu lingkungan berkomitmen untuk terus memperjuangkan kelestarian lingkungan di wilayah provinsi Nusa Tenggara Timur.



Baca Juga: 

Gubernur NTT Ajak Warga Dukung Elisa Benedicta Pemilihan Putri Indonesia 2025 dan Piche Kota di Indonesian Idol


Karena NTT merupakan surganya turistik Indonesia dan dunia di abad ke-21.

Sebagai provinsi kepulauan yang menyimpan kekayaan alam, hewan reptil terbesar dunia (Komodo), budaya hingga history peninggalan zaman koloni (Portugal, Belanda, dan Jepang), NTT menjadi salah satu opsi pemerintah pusat dalam destinasi perjalanan super premium di daratan Flobamora, bagian selatannya Australia tersebut.

Elisa Benedicta, kisah dibalik menganyam mimpi dan berbagai harapan bersama Mama-Mama Timor Tengah Selatan. (Sumber gambar; Ig@eliseabenedicta)/TAFENPAH.COM


Kekayaan tersebut juga mendorong Putri Indonesia NTT 2025, Elisa Benedicta untuk aktif turun ke berbagai kabupaten, guna menimba ilmu, gagasan, pengalaman sebelumnya dirinya bertolak ke Jakarta untuk memperkenalkan wajah NTT dalam ajang pemilihan Putri Indonesia.

Potretan Elisa Benedicta ketika menganyam daun lontar bersama Mama-Mama dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, ikut menyajikan kemajuan seni kerajinan warga NTT.

Selain kemajuan seni kerajinan, hasil olahan dari daun lontar juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi warga setempat.

Senada dengan isu hati Elisa Benedicta, yakni; mengolah daun lontar menjadi karya seni dan bernilai ekonomis, seakan menyimpan harapan bahwa hidup harus terus teranyam dan berdampak nyata bagi hadirnya kehidupan yang lebih baik.

Mama pengrajin daun lontar dari Kabupaten Timor Tengah Selatan. TAFENPAH.COM

"Ketika dunia sedang beretorika soal pencemaran lingkungan dan terancam dampak sampah plastik, Mama-Mama dari daratan Timor Tengah Selatan (Kota Soe), memilih bijak dengan mengelola alam, berdaya dari potensi lokal yang ada, dan memberi solusi nyata peningkatan ekonomi keluarga, tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.

Pendapat Elisa Benedicta tersebut, setali dengan impiannya untuk terus mengkampanyekan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan.

Karena dari alam, manusia dapat memanfaatkannya untuk kebutuhan hidupnya. Selain, alam juga menjadi tempat untuk berbagi cerita, berbagi canda dan tawa, tempat rekreasi, ruang inspirasi hingga ruang menyatukan segala kepentingan masyarakat di suatu wilayah, khususnya yang berada di daratan Timor Barat, NTT (Perbatasan Indonesia dan Timor Leste).

Secara eksplisit atau tersembunyi, pesan Elisa Benedicta di atas juga merupakan manivestasi dari cinta, harapan (hope), cita-cita untuk kehidupan generasi penerus bangsa yang nantinya sulit mendapatkan ruang ekspresi bebas di alam terbuka.

Karena keserakahan pemerintah untuk mengeksploitasi sumber daya alamnya, tanpa memikirkan solusi panjang akan kehidupan the next generation.

Tindakan yang sudah dilakukan oleh Mama-Mama dari Kabupaten Timor Tengah Selatan, sejatinya sudah selaras dengan misi Elisa Benedicta yang tak hentinya memperjuangkan kelestarian lingkungan hidup.

Kendati, apa yang Mama-Mama lakukan adalah hal lumrah (biasanya mereka lakukan sejak turun temurun), akan tetapi di baliknya, tanpa sadar mereka sudah menerapkan kebijakan PBB yang berkaitan dengan poin 'menjaga kualitas hidup, tanpa mengorbankan kehidupan generasi mendatang.'

Akhirnya, setiap anyaman bukan hanya karya tangan, tetapi juga simbol ketahanan, pemberdayaan, dan masa depan yang lebih baik.

Demikian, potretan mengenai Elisa Benedicta dan Kisah Dibalik Menganyam Mimpi dan Harapan di tanah Soe (Kabupaten Timor Tengah Selatan) NTT.

Sumber: Instagram @eliseabenedicta


Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Elisa Benedicta, Kisah Dibalik Menganyam Mimpi, Berbagai Harapan bersama Mama-Mama Timor Tengah Selatan NTT "