Resensi Konsep Etika Sosial, Pandangan Jean-Luc Marion di Era Postmodern dan Relevansi terhadap Kehidupan Beragama di Indonesia

Penulis: Frederikus Suni 

Resensi Konsep Etika Sosial, Pandangan Jean-Luc Marion di Era Postmodern dan Relevansi terhadap Kehidupan Beragama di Indonesia. Gambar: Freepik/Tafenpah.com

TAFENPAH.COM - Penelitian yang dilakukan oleh Rudolfo Jacob Manusiwa (2023) dengan judul “Konsep Etika Sosial dalam Pandangan Ketuhanan Jean-Luc Marion di Era Postmodern”. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif studi kepustakaan. 

Dengan subjek penelitian adalah umat manusia di seluruh dunia yang pada akhirnya sangat relevan dengan kehidupan beragama di tanah air. Karena klaim keagamaan hingga saat ini menjadi sesuatu yang sangat memprihatinkan. 

Di mana, antara satu pemeluk agama dan lainnya saling mengklaim kebenaran. Klaim ini bermula dari kesempitan logika berpikir. Dengan pikiran dangkal tersebut, Klaim kebenaran berpotensi melahirkan disharmoni sosial, menolak kebenaran plural, bahkan melakukan kekerasan antar sesama. 



Baca Juga: 

Lebih Dekat dengan Caregiver, Profesi yang Dibutuhkan di Kota Besar Indonesia

Rodolfo dkk juga mengatakan klaim keagamaan juga akan membawa masyarakat Indonesia menuju pada kegelapan etika dan moral. 

Semakna dengan pendapat saya, bahwasannya agama yang kita anut, jika kita tidak menelaah secara mendalam dan penuh kesadaran yang berbasiskan pada nilai-nilai Pancasila, pada akhirnya kita akan masuk dalam kehidupan diskriminatif. Padahal, jauh sebelum masuknya dimensi agama dalam kehidupan warga Indonesia, leluhur kita sudah memiliki kepercayaan lokal. 

Kendati leluhur kita menganut animisme atau mempercayakan kekuatan di balik setiap benda keramat, entah itu pohon, gunung, sungai, dan lain sebagainya. Namun, kehidupan mereka sangat harmonis. 

Justru pasca masuknya agama-agama, baik yang di bawah bangsa Eropa (Portugis dan Belanda), Arab, India dan sebagainya, lamban tapi pasti leluhur hingga kehidupan kita saat ini, kerap mengalami gesekan atau distorsi kepercayaan. 

Dalam kondisi demikian, kita akan terus hidup dalam bayang-bayang peniadaan sesama manusia. Bahkan lebih fatalnya adalah, kita akan mendekati rezim pembersihan ras, sebagaimana yang dilakukan Hitle di Jerman. 

Fenomena tersebut, sejatinya saaat ini sudah marak terjadi di lingkungan antar pemeluk agama di Indonesia. Di mana, di berbagai daerah, muncullah kelompok-kelompk garis keras yang melakukan tindakan anarkis hingga pelarangan agama dengan mengatasnamakan agama tertentu. 

Padahal, dalam kepercayaan atau perspektif saya, setiap agama mengajarkan nilai-nilai universal. Muncullnya kelompok intoleran di Indonesia adalah tingginya seseorang, selain pemerintah tidak tegas dalam memberantas para brandalan keagamaan di tanah air. 

Membaca penelitian dari Rodulfo Jacob Manusiwa dkk dapat mencerahkan pikiran kita untuk selalu membangun metodologi pengetahuan yang baik dan benar. 

Selain itu, secara eksplisit, penulis dalam jurnal tersebut mengimbau kita untuk tidak bersikap eksklusif dalam beragama. Karena tindakan tersebut, hanya akan menghambat kita dalam merealisasikan mimpi Indonesia menuju generasi emas 2045, sebagaimana yang dicanangkan dalam misi Presiden Prabowo Subianto yang terjawantahkan dalam ke-8 program Asta Cita-nya. 

Berdasarkan pandangan yang sudah ditawarkan Rodulfo Jacob Manusiwa dkk dalam jurnal penelitian di atas, saya mengambil hipotesa bahwasannya, munculnya ide/gagasan untuk saling mengklaim kebenaran di ruang teologi (kepercayaan) merupakan bagian dari matinya logika dan akal sehat manusia. 

Karena jika akal dan logika dipakai oleh pemeluk agama, maka sikap eksklusif dalam beragama tidak akan pernah ada. Karena merujuk pada kehidupan sebelum leluhur dan kita mengenal apa itu agama dan kebenarannya, kita pun menjalani kehidupan sesuai dengan nilainilai tradisi kearifan lokal budaya. 

Klaim kebenaran di ruang keagamaan juga menandakan rendahnya sumber daya manusia Indonesia. Bagaimana tidak, negara-negara besar dan maju di senatero dunia saat ini fokus mengembangkan teknologi, meningkatkan perekonomian negara, membenahi sistem birokrasi hingga pelayanan publiknya, sementara kita di tanah air hanya fokus pada klaim-kalim kegamaan. 

Bagi saya di dunia ini tidak ada kebenaran absolut. Jika pun ada, maka manusia, terutama warga Indonesia hanya akan mengakui satu aliran kepercayaan. Mari, merajut perbedaan tanpa harus melukai, apalagi mengorbankan kebebasan orang lain dalam beribadah. C. Rekomendasi Saya sangat merekomendasikan mahasiswa dan juga masyarakat umum untuk membaca penelitian yang dilakukan oleh Rudolfo Jacob Manusiwa dkk. 

Karena di sana kita akan mendapatkan banyak pencerahan, mulai dari perspektif seputar kehidupan beragama yang baik dan benar dari filsuf dan teolog asal Prancis Jean-Luc Marion.

Gagasan Marion mengajak manusia untuk membatasi dan bahkan memutlakkan definisi konsep Tuhan, melainkan membuka ruang yang tidak terbatas untuk terus merefleksikan kebebasannya. 

D. Link Publikasi

 https://ejournal.stftws.ac.id/index.php/spet/article/view/524/268 Publikasi Kompasiana: https://www.kompasiana.com/fredysuni Publikasi artikel ini di blog pribadi https://www.tafenpah.com 

Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Resensi Konsep Etika Sosial, Pandangan Jean-Luc Marion di Era Postmodern dan Relevansi terhadap Kehidupan Beragama di Indonesia "