Ume Kbubu Potretan Arsitektur Tradisional sekaligus Tempat Ternyaman Anggota Keluarga Atoin Meto Pah Timor Indonesia dan Timor Leste

Penulis: Frederikus Suni 

Potretan Elisa Benedicta Putri Indonesia NTT 2024 di salah satu Ume Kbubu kabupaten Timor Tengah Selatan. Foto; El Njukambani (Instagram @el.bastel)



TAFENPAH.COM - Ume Kbubu atau rumah bulat merupakan salah satu bangunan tradisional dari Atoin Meto (suku Dawan) Timor, provinsi Nusa Tenggara Timur.

Konsep bangunan tradisional Ume Kbubu tidak hanya dilestarikan oleh Atoin Meto (etnis Dawan) yang berada di daratan Timor Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Namun, konsep bangunan Ume Kbubu juga dilestarikan oleh sebagian warga Timor Leste, khususnya yang berada di Distrik Oecusse - Ambenu ( sebuah wilayah eksklave negara Demokratik Timor Leste).

Baca Artikel Menarik Lainnya;



Yang dimaksud dengan wilayah eksklave adalah bagian dari suatu negara yang terpisah.

Di mana, distrik Oecusse - Ambenu memang terpisah jauh dari wilayah Timor Leste.

Jika seandainya, tanah Timor tidak dipisahkan oleh dua kekuasaan koloni (Belanda dan Portugis), maka tanah Timor hingga kini akan menjadi satu kesatuan dari negara Republik Indonesia.

Potretan Elisa Benedicta Putri Indonesia NTT 2024 di salah satu Ume Kbubu kabupaten Timor Tengah Selatan. Foto; El Njukambani (Instagram @el.bastel)



Sayangnya, berdasarkan pengaruh kekuasaan dari dua bangsa penjajah tersebutlah yang memisahkan tanah Timor.

Kendati demikian, konsep pemikiran, arsitektur, ras/etnis, seni dan budaya antara warga Timor Barat Indonesia, khususnya yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur dan Timor Leste sampai kapan pun, tetap terjalin/terhubung.

Karena kedua warga negara perbatasan tersebut, berasal dari satu leluhur. Yang membedakan hanyalah batas wilayah.

Pembatasan wilayah antar kedua warga negara, tidak melenyapkan filosofi pembuatan rumah adat, yang terjawantahkan di balik Ume Kbubu.

Potretan Elisa Benedicta Putri Indonesia NTT 2024 di salah satu Ume Kbubu kabupaten Timor Tengah Selatan. Foto; El Njukambani (Instagram @el.bastel)



Ume Kbubu baik yang berada di permukiman warga Timor Barat Indonesia dan wilayah eksklave Oecusse - Ambenu Timor Leste, hingga saat ini dan nanti akan tetap sama.

Meskipun, realita peradaban zaman juga ikut mempengaruhi pemikiran Atoin Meto (suku Dawan), terutama dalam menggantikan bahan material dasar pembuatan Ume Kbubu.

Di mana, zaman saya masih kecil tahun 1994 - 2010-an, masyarakat Atoin Meto masih menjunjung tinggi nilai-nilai universal, terutama menjadikan alang-alang sebagai bahan utama dari pembuatan Ume Kbubu.

Sayangnya, distorsi (pengaruh) modernisasi kebudayaan, juga ikut mempengaruhi cara pandang pragmatis Atoin Meto untuk menggantikan alang-alang dengan seng.

Karena mayoritas Atoin Meto menganggap bahwasannya, apabila bahan dasar alang-alang digantikan dengan seng, justru jauh lebih mudah. Selain, kuat dan tidak perlu repot-repot untuk memperbaharui kondisi Ume Kbubu yang bolong, rusak dan lain sebagainya.

Konsep pemikiran Atoin Meto ini memang ada benarnya.

Namun, secara tidak sadar, nilai-nilai kesederhanaan di balik Ume Kbubu, terutama bahan material alang-alang ikut melunturkan filosofi Atoin Meto sendiri, terutama konsep arsitektur dari leluhur suku Dawan Timor.

Realitas tersebut di lain pihak, memang sangat menyakitkan! Karena fondasi filosofi arsitektur leluhur suku Dawan Timor ke depannya, terutama generasi mudanya kehilangan identitasnya sebagai Atoin Meto.

Fenomenologi ini juga mengandaikan bahwasannya perkembangan ilmu pengetahuan, arsitektur modern, teknologi hingga cara pandang masyarakat di abad ke-21, niscaya dapat mengubah dinamika budaya lokal Atoin Meto.

Meskipun perkembangan itu harus disertaikan dengan kehilangan jati diri Atoin Meto. Namun, kita tidak mungkin menolak perkembangan zaman!

Sementara di lain pihak, jika Atoin Meto tetap mempertahankan proses pembuatan Ume Kbubu dengan bahan dasar alang-alang, maka di situlah letak nilai pariwisata kebudayaan Atoin Meto sendiri terhadap wisatawan, entah wisatawan dari domestik sendiri maupun dari mancanegara.

Karena di balik pembangunan Ume Kbubu dengan alang-alang, di situlah ada kesejukan, kedamaian, ketenangan hingga keakraban antar anggota keluarga Atoin Meto sendiri, di kala terik Matahari maupun di saat musim hujan melanda pulau Timor manise.

Salah satu kenangan terindah saya dan juga warga Atoin Meto (Suku Dawan Timor) adalah kami menjadikan Ume Kbubu sebagai tempat untuk mencari kehangatan, berbagi suka dan duka, bercerita, makan dan minum bersama, melangsungkan dialog/diskusi sampai pada merajut mimpi di balik kesederhanaan Ume Kbubu.

Sebagaimana dalam potretan Elisa Benedicta Putri Indonesia NTT 2025 yang membagikan kisahnya, ketika menggali informasi bersama tetua adat dan juga kaum feminis (Mama-Mama) di daratan Timor Barat, khususnya di kabupaten Timor Tengah Selatan, terkait filosofi di balik kesederhanaan Ume Kbubu.

"Ume Kbubu menjadi tempat hangat, aman, dan nyaman bagi seluruh anggota keluarga," terang Elisa Benedicta Perwakilan Putri Indonesia NTT di ajang pemilihan Putri Indonesia 2025.

Perspektif Elisa Benedicta terkait Ume Kbubu juga ditinjau dari peran feminisme. 

Di mana, Elisa sendiri melihat nilai filosofis dari Ume Kbubu adalah merepresentasikan sosok perempuan.

Hal demikian, bertarian erat dengan pengalaman saya dan masyarakat Atoin Meto (suku Dawan Timor), bahwasannya Ume Kbubu melambangkan kekuasaan absolut dari seorang mama/ibu dalam mengatur dinamika etika dan moral keluarga, perekonomian keluarga (urusan makan dan minum) hingga tempat berbagi kasih dan sayang seluruh anggota keluarganya.

Terlepas dari peran seorang perempuan yang ramah, sabar, santun, rendah hati dan nilai-nilai kearifan lokal budaya Atoin Meto sendiri.

Membaca sambil bersafari (traveling) pikiran dan imajinasi terkait filosofi dan nilai-nilai di balik Ume Kbubu (Rumah Adat) Atoin Meto, saya juga akan menghubungkan pemikiran filsuf kebudayaan berpengaruh abad ke-20 di Eropa yakni; Ernst Cassirer.

Di mana, pemikir besar dunia blasteran Yahudi dan Jerman tersebut, membuka cakrawala kita untuk masuk lebih dalam lagi dalam memahami simbol-simbol kebudayaan manusia.

Artinya, Ernst Cassirer percaya bahwasanya untuk mengenal lebih dekat dengan orang lain, pertama-tama kita harus melakukan penetrasi terkait nilai-nilai kearifan lokal budaya sesama kita.

Karena di balik penetrasi atau usaha untuk masuk dan mengenal manusia lain dari kearifan lokal budayanya merupakan syarat mutlak yang perlu kita jalani.

Dengan memahami penggunaan simbol-simbol kebudayaan, maka kita pun tahu arti di balik makna, filosofi dan kepercayaan dari setiap suku bangsa.

Teruntuk sobat wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata kebudayaan di daratan pulau Timor (Timor Barat Indonesia dan Timor Leste), membekali diri dengan pemikiran di balik tulisan sederhana ini, menjadi langkah tepat.

Karena manusia pertama-tama harus didekatin dari budayanya. Karena manusia adalah makhluk yang membudaya. Artinya manusia hidup dalam dan melalui unsur-unsur kebudayaan itu sendiri.

Lebih kontekstual dan menariknya adalah makna Ume Kbubu (Rumah Bulat) dari Atoin Meto/suku Dawan Timor NTT dan Timor Leste, khususnya yang berada di wilayah eksklave Oecusse - Ambenu.

Disclaimer; Tulisan saya ini mungkin saja tidak merepresentasikan keseluruhan makna dan filosofi di balik Ume Kbubu (Rumah Bulat) masyarakat Dawan Timor. Namun, setidaknya dengan ulasan sederhana tersebut, saya berharap para pembaca, mahasiswa, rekan kreator, Jurnalis, Praktisi, Dosen, Antropolog, pemerintah daerah ikut melengkapi pandangan ini melalui kolom komentar.

Jika pembaca sungkan apalagi susah untuk memberikan pandangannya melalui kolom komentar, pembaca dapat menghubungi saya melalui akun media sosial saya di bawah ini;

WhatsApp; 082140319973
Instagram; @frederikus_suni
Tiktok; @tafenpah.com
YouTube; Perspektif Tafenpah 
Halaman Facebook; Tafenpahcom
Email; tafenpahtimor@gmail.com 

Satu lagi poin pentingnya, apabila pekerja media mainstream (media arus utama) yang berada di wilayah NTT dan luar pulau menggunakan sebagian atau keseluruhan materi tulisan ini, tolong cantumkan nama TAFENPAH.COM sebagai sumber rujukannya.


Mari, kita belajar respek dan ikut menghargai karya orang lain. Karena selama ini, banyak media arus utama yang mengambil bahan tulisan ataupun memposting ulang sebagian bahan materi di sini, tapi mereka tidak mencantumkan TAFENPAH.COM

🙏🙏🙏🙏

#AyoBangunNTT
#UmeKbubu
#AtoinMeto
#Tafenpah
#Tafenpahcom







Frederikus Suni Redaksi Tafenpah
Frederikus Suni Redaksi Tafenpah Salam kenal! Saya Frederikus Suni, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Siber Asia || Menekuni bidang Jurnalistik sejak 10 tahun lalu. || Saya pernah menjadi Jurnalis/Wartawan di Metasatu dan NTTPedia. Selain itu, saya juga berkolaborasi dengan salah satu Dosen dari Binus university dan Atma Jaya, terutama Proyek dari Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, dalam pendistribusian berita ke Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya juga pernah menjadi bagian dari Public Relation/PR sekaligus Copywriter dari Universitas Dian Nusantara (Undira) Tanjung Duren Jakarta Barat. Saat ini fokus mengembangkan portal pribadi saya TAFENPAH.COM dan juga menjadi kontributor di beberapa website tanah air, Kompasiana, Terbitkanbukugratis, Eskaber, PepNews, Lombokainsider. Tulisan saya juga beberapa kali dipublikasikan ulang di Kompas.com Saya juga menerima jasa pembuatan Website || Media sosial: YouTube: TAFENPAH GROUP || TikTok: TAFENPAH.COM || Instagram: @suni_fredy || Terkait Kerjasama dapat menghubungi saya melalui kontak ������ || WhatsApp: 082140319973 || Email: tafenpahtimor@gmail.com

Posting Komentar untuk "Ume Kbubu Potretan Arsitektur Tradisional sekaligus Tempat Ternyaman Anggota Keluarga Atoin Meto Pah Timor Indonesia dan Timor Leste "